• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Perlu penambahan jumlah tenaga kefarmasian pada bagian farmakmin agar segala aspek pekerjaan kefarmasian dapat dijalankan dengan baik.

b. Sistem pengelolaan persediaan obat perlu ditingkatkan dan diperbaiki, khususnya pada proses penyimpanan obat agar mutu obat tetap terjamin dan mengurangi kesalahan pengambilan obat berdasarkan tanggal daluwarsa.

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).

Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Rencana Strategis Dinas

Kesahatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012. Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta

Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan.

Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1331/Menkes/SK X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Teknis Kefarmasian. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006

Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun

Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

F-SDK-105 (00-19-Okt’11) Hal : Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Surat Izin Kerja (SIK)*

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Lengkap : ... Nomor STRA : ... Tempat/ Tanggal Lahir : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*)

Pendidikan Terakhir : ... Tempat Praktek/ Kerja :...

Rt/Rw ... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ...

Alamat Praktek Lain ** : 1 ... : 2 ... Alamat Rumah : ... No ... Rt/RW... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ... No Sertifikat Kompetensi : ... Tgl Sertifikat Kompetensi : ...

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) / Surat Izin Kerja(SIK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktikdan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

a. Foto kopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitaspelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi atau distribusi/penyalur.

c. Surat rekomendasi dari Organisasi profesi sesuai tempat praktek.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm ( 3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar).

e. Surat izin dari pimpinan instansi / sarana pelayanan kesehatan dimana Apoteker dimaksud bekerja(khusus bagi Apoteker yang berpraktek/ bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau saranapelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).

f. Foto kopi KTP.

g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA.

h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktek / bekerja di sarana (kecuali RS dan sarana pelayanankesehatan yang ditunjuk pemerintah).

Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ……… Pemohon Materai 6000 ………. Tembusan :

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (**) diisi sesuai permohonan (SIPA/SIK)

Lampiran 2. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenagaKefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA :

STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai: Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIPA_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefar masian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertaketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2011 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI NIP: 195604191983032002

Tembusan:

1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2. Ketua Komite Farmasi Nasional

3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4. Organisasi Profesi

Foto 4x6 cm

Lampiran 3. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

SURAT IZIN KERJA APOTEKER (SIKA)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA : STRA berlaku sampai dengan :

Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIKA_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2011 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI NIP: 195604191983032002

Tembusan:

1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2. Ketua Komite Farmasi Nasional

3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4. Organisasi Profesi

Foto 4x6 cm

Lampiran 4. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

F-SDK-46 (02-19-Okt’11) Hal : Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Lengkap : ... Nomor STRTTK : ...

Tempat/ Tanggal Lahir : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*)

Lulusan : SMF /D3 Farmasi / Sarjana Farmasi

Tahun Lulus : ... Alamat Rumah : ... No ... Rt/RW ... Kelurahan ... Kecamatan ...

Nama Sarana Ke 1 : ... Alamat Sarana Kesehatan : ... Nama Sarana Ke 2 : ... Alamat Sarana Kesehatan : ... Nama Sarana Ke 3 : ... Alamat Sarana Kesehatan : ...

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan(SIKTTK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

a. Foto kopi STRTTK yang dilegalisir.

b. Surat pernyataan Apoteker atau Pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. c. Surat rekomendasi dari Organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Foto kopi KTP.

Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ………..

Pemohon Materai 6000

……….

(*) coret yang tidak perlu (**) diisi salah satu yang sesuai

Lampiran 5. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

SURAT IZIN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (SIKTTK)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA :

STRA berlaku sampai dengan :

Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIKTTK_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus s elalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2011 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI NIP: 195604191983032002

Tembusan:

1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2. Ketua Komite Farmasi Nasional

3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4. Organisasi Profesi

Foto 4x6 cm

Lampiran 9. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek

F-SDK-02 (Rev 01-20 Jan’11)

No :

Lampiran : 1 (satu) berkas

Periha l : Permohonan Perubahaan Surat izin Apotek

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta

Bersama ini kami mengajukan Permohonan untuk mendapatkan perpanjang Surat Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut :

I PEMOHON Nama Apoteker : ... Nama SIK/SP : ... No. KTP : ... Alamat : ... Rt/RW ... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ... Pekerjaan Sekarang : ... Nama Apoteker Lama : ...

II APOTEK Nama Apotek : ... Alamat Apotek : ... Rt/RW ... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ...

Alamat Apotek Lama : ... No Izin Apotek Lama : ... Provinsi : DKI Jakarta

Dengan

Menggunakan sarana : milik sendiri / milik pihak lain.

Nama pemilik sarana : ... Akte Perjanjian kerjasama : No

...

Nama Notaris : ... di ...

Nama PSA Lama : ... Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

1. Surat Izin Apotek yang lama. 2. Data Apoteker

 Foto copy KTP Apoteker Pengelolah Apotek (APA).

 Pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar).

 Foto copy Surat Izin Kerja/Surat Penugasan.

 Foto copy Surat lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Jakarta.

 Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI.

 Surat keterangan masa bakti bagai APA yang PNS/TNI/POLRI.

3. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA/SK Pengangkatan bagai perusahaan BUMN (Kimia Farma).

Lampiran 9 (lanjutan)

4. Berita Acara serah terima dari APA lama ke APA baru, dan kalau APA lama meninggal dunia maka dari Apoteker supervisor ke apoteker baru.

5. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak merangkap pada sarana kesehatan farmasi lainnya di atas materai 6000.

6. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelolah Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat keras tertentu tanpa resep dokter di atas materai 6000.

7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelolah Apotek yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan pemerintah yang berlaku di atas materai 6000.

8. Surat kematian dari apoteker bila meninggal dunia / Surat pernyataan APA lama tidak keberatan atas pergantian APA diatas materai 6000.

9. Daftar perlengkapan Administrasi.

10. Surat Pernyataan pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak ikut campur dalam hal

pengelolaan obat di atas materai 6000.

11. Surat kematian dari Pemilik Sarana Apotek bila meninggal dunia. 12. Bukti pengalihan dari PSA yang lama ke PSA yang baru.

13. Foto copy akte notaris badan hukum dan foto copy pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman Hukum dan HAM RI bila berbentuk PT, dan pengesahan dari Pengadilan bila dalam bentuk CV.

14. Foto copy KTP PSA dan Pas foto 4x6 cm (1 lembar). 15. Foto copy NPWP PSA.

16. Alasan perubahan Nama (bila terjadi perubahaan nama). 17. Surat keterangan hilang dari Polisi (bila izin hilang atau rusak). 18. Denah Apotek Lama dan Baru (bila perubahaan ).

19. Surat keterangan telah terjadi perubahaan/nama jalan dari lurah (bila perubahaan nama jalan tanpa pindah lokasi).

20. Foto copy tanda bukti kepemilikan tempat / bila sewa lampirkan surat perjanjian sewa menyewa.

21. Foto copy IMB dan bagi sarana berada di pusat pasar/hotel dan sarana umum lain, lampirkan surat keterangan dari pengelolah.

22. Foto copy Undang-Undang Gangguan dan bagi sarana yang berada di perkantoran/ pasar swalayan/hotel melampirkan foto copy Undang-undang Ganguan gedung.

23. Peta lokasi.

24. Denah ruangan beserta ukuran dan fungsi.

Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnya, atas perhatian dan persetujuannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ……….. Pemohon

Apoteker pengelolah Apotek

Materai 6000 & stempel ………. Keterangan :

1. Perubahaan Apoteker pengelolah Apotek (persyaratan dilengkapi no 1s/d 9). 2. Perubahaan Pemilik Sarana Apotek (persayaratan dilengkapi no 1,3,10 s/d 15). 3. Perubahaan Nama (persyaratan dilengkapi no 1 s/d 15).

4. Izin hilang / rusak (persyaratan dilengkapi no 1 s/d 17). 5. Perubahaan nama jalan (persyaratan dilengkapi no 1 s/d 19). 6. Pindah lokasi (persyaratan dilengkapi no 1,9,20 s/d 24).

Lampiran 14. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Lampiran 18. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

Lampiran 19. Formulir Permohonan Perubahan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

PEMETAAN TENAGA APOTEKER DAN TENAGA TEKNIS

KEFARMASIAN DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA

BARAT

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DEVINA LIRETHA, S.Farm

1206329480

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang. Penyelenggaraan pembangunan dalam berbagai bidang, khususnya bidang kesehatan sedang digalakkan agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan penyelenggaraan upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009b). Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, terus-menerus berupaya agar pelayanan kesehatan semakin baik kualitasnya. Dengan adanya otonomi daerah, sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat telah dilimpahkan ke pemerintah daerah termasuk urusan di bidang kesehatan. Badan berwenang yang dibentuk di tingkat provinsi adalah dinas kesehatan provinsi. Badan berwenang yang dibentuk di tingkat kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota di provinsi non DKI Jakarta atau suku dinas kesehatan di Provinsi DKI Jakarta (Presiden Republik Indonesia, 2004).

Salah satu tugas suku dinas kesehatan adalah memberikan perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang telah memenuhi syarat. Kualitas sarana dan tenaga kesehatan yang telah mendapat izin dianggap telah terjamin sehingga akan memberikan kepercayaan bagi masyarakat. Selain itu, dengan adanya izin maka sarana dan tenaga kesehatan akan mendapat perlindungan hukum ketika menjalankan

tugas pelayanannya. Suku dinas kesehatan juga bertugas melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan. Pentingnya tugas suku dinas ini yaitu untuk menjamin bahwa kualitas sarana dan tenaga kesehatan telah dan tetap memenuhi syarat (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Pelayanan kesehatan tentunya dapat berjalan secara optimal dengan adanya sumber daya manusia yang kompeten, misalnya apoteker. Berdasarkan surat edaran Menteri Kesehatan No. TU.08.03./IV/1400/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melakukan pemetaan tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, jumlah penduduk, kebutuhan pelayanan kesehatan, keterjangkauan pelayanan dan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan bersama Dinas Kesehatan Provinsi, institusi pendidikan yang menyelenggarrakan pendidikan kefarmasian setempat dan wakil organisasi profesi, mengupayakan agar terdapat keseimbangan antara jumlah tenagga kefarmasian dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, merupakan kewajiban Suku Dinas Kesehatan yang dikerjakan oleh seksi sumber daya kesehatan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja dinas kesehatan.

1.2.Tujuan

a. Mengidentifikasi lokasi dan jumlah tenaga kefarmasian yang sudah terdaftar di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang terbagi dalam delapan kecamatan.

b. Mendeskripsikan ketersebaran tenaga kefarmasian yang sudah terdaftar di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang terbagi dalam delapan kecamatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Tenaga kefarmasian merupakan tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Presiden RI, 2009a).

Tenaga kefarmasian melakukan pekerjaan kefarmasian pada (Presiden RI, 2009):

a. Fasilitas produksi sediaan farmasi berupa industri bahan obat, industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain yang memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu.

b. Fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan melalui pedagang besar farmasi (PBF), penyalur alat kesehatan (PAK), instalasi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

c. Fasilitas pelayanan kefarmasian melalui praktik di apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktik bersama.

2.2. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Presiden RI, 2009a). Setiap apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Surat izin bagi apoteker dibagi menjadi 2 macam, yaitu SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker) bagi apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas, instalasi

farmasi rumah sakit, klinik, dan praktik bersama dokter) dan SIKA (Surat Izin Kerja Apoteker) bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan (industri farmasi dan kosmetika, PBF, PBBBF, dan PAK).

Surat izin praktik/kerja apoteker diajukan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Dalam hal ini untuk wilayah Jakarta Barat diajukan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Permohonan SIPA/SIKA harus melampirkan (Presiden RI, 2009a):

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan produksi ataudistribusi/penyalur.

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi sesuai tempat parktik.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana apoteker

dimaksud bekerja (khusus bagi apoteker yang berpraktik/bekerja di sarana pelayanan kesehattan pemerintah atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).

f. Fotokopi KTP.

g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA.

h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktik/bekerja di sarana (kecuali rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).

2.3. Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker (Presiden RI, 2009a). Setiap tenaga teknis kefarmasian yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja. Surat izin bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan

pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian adalah SIKTTK (surat izin kerja tenaga teknis kefarmasian).

Sama halnya dengan SIPA dan SIKA yang diajukan perizinannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat untuk wilayah Jakarta Barat. Permohonan SIKTTK harus melampirkan (Presiden RI, 2009a):

a. Fotokopi STRTTK yang dilegalisir.

b. Surat pernyataan apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian.

c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasian. d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 (3 lembar) dan 3 x 4 (2 lembar).

e. Fotokopi KTP.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat harus menerbitkan SIPA/SIKA atau SIKTTK paling lama 15 hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

2.4. Pemetaan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja dinas kesehatan, salah satu tugas Suku Dinas Kesehatan bagian Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah melakukan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan diantaranya adalah tenaga medis (dokter, bidan, dan perawat) dan tenaga kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

Dalam surat edaran dari Menteri Kesehatan nomor TU.08.13/IV/1400/2011

Dokumen terkait