• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Adapun saran penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Perlunya pemahaman dan penguasan bahasa asing sebagai media interaksi

terhadap wisatawan-wisatawan asing sehingga dapat mencegah kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

2. Membuka ruang dialog antar etnik dan antarbangsa sebagai suatu upaya untuk menciptakan kesadaran tentang pentingnya wacana kehidupan bersama dalam bermasyarakat tanpa menonjolkan perspektif kultural masing-masing etnik sehingga dapat mencegah eksklusivitas kelompok yang dapat mengancam integrasi antarbangsa.

3. Pemerintah perlu melakukan pemberdayaan budaya di mata dunia lewat program-program pariwisata sebagai aset untuk saling mengenal budaya, baik budaya domestik maupun budaya internasional.

4. Pemerintah juga perlu memasukkan konsep multikultural dalam materi

kurikulum pendidikan sebagai upaya menumbuhkan integritas sosial dan saling memahami perbedaan antaretnik dalam rangka menciptakan hubungan sosial yang terbuka dan bukan tertutup.

Daftar Pustaka

Ajzen, I dan Fishbein, M. 1980, Understanding Attitudes and Predicting Social

Behavior, Prentice-Hall, Enlewood Scliffs, New Jersey.

Ajzen, I. 1988, Attitudes, Personality, dan Behavior, Dorsey Press, Chicago. Ajzen, I. 2005, Attitudes, Personality, dan Behavior, (2nd edition), Berkhire, UK:

Open University Press-McGraw Hill Education.

Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi ke 2). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana. 1992. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi

Komunikologis, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An

Introduction to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley.

Hu, P. J, Chau, P.Y.K, Sheng, O.R.L dan Tam, K.Y. 1999. Examining the Technology Acceptance Model Using Physical Acceptance of Telemedicine Technology, dalam Journal of Management Information

Systems, Vol. 16, No. 2, pp. 91-112

Hopper, Robert dan Jack L. Whitehead Jr. 1979, Communication Concepts and

Skills. Harper & Row. New York.

Kriyanto, Rachmat. 2007, Riset Komunikasi. Kencana. Jakarta.

Lubis, A Lusiana. 2002, Komunikasi Antar Budaya. USU digital library.

Lubis, Suwardi. 1998, Metodologi Penelitian Komunikasi. USU Press. Medan. Moleong, Lexy J, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Moleong, Lexy J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Raja grafindo Persada, Jakarta.

Mulyana, Dedy. 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Dedy. 2004, Komunikasi Populer: Kajian Komunikasi dan Budaya

Kontemporer. Pustaka Bani Quraisy. Bandung.

Mulyana, Dedy. 2005, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy dan Rakhmat, Jalaluddin. 2005, Komunikasi Antar Budaya:

Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy. 2005, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy. 2007, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy dan Rakhmat, Jalaluddin. 2005, Komunikasi Antar Budaya:

Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 1996, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung. Nawawi, Hadari. 1991, Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 2001, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Purba, Amirr, dkk. 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Presss. Medan

Purwasito, Andrik, 2000, Komunikasi Multikultural, Muhammadiah University Press, Surabaya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004, Psikologi Komunikasi : Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Raharjo, Turnomo. 2005, Menghargai Perbedaan Kultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sairin, Sjafri. 2002, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia: Perspektif

Antropologi, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Samovar, Larry A dan Porter, Richard E. 1994, 7th edition – Intercultural

Communication: A Reader. Wadsworth Publishing Company. Belmont,

California.

Severin J.Werner dan Tankard W. James, 2007, Teori Komunikasi: Sejarah,

Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa, Edisi Ke-5, Kencana,

Jakarta.

Subagyo, P. Joko, 1999, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.

www.Google. Com www.Yahoo. Com www.pemkomedan.go.id

Lampiran 1

Panduan Pertanyaan (interview guide)

1. Apakah menurut anda perlu mengetahui atau memahami budaya di mana anda berada?

2. Bagaimana menurut pandangan anda tentang stereotip masyarakat Kota Medan/warga negara asing?

3. Apakah menurut anda media sangat berpengaruh dalam membentuk stereotip dan sikap serta perilaku masyarakat?

4. Apakah menurut anda sikap dan perilaku itu juga terbentuk dari terpaan budaya masing-masing etnik?

5. Selama anda di daerah ini, apakah anda pernah mengalami suatu diskriminasi budaya di daerah tujuan/di tempat tinggal anda?

6. Apakah menurut anda masyarakat/warga negara asing di lingkungan anda mudah untuk berinteraksi?

7. Sejauh yang anda lihat dan alami, sikap dan perilaku apa yang membedakan atau menyamakan anda dari masyarakat Kota Medan/warga negara asing?

8. Selama anda pernah berinteraksi dengan masyarakat Kota Medan/warga negara asing, bagaimana menurut anda dengan gambaran sikap dan perilaku mereka terhadap anda sendiri?

9. Hambatan seperti apa yang anda alami ketika berkomunikasi dengan masyarakat Kota Medan/warga negara asing?

10.Menurut anda, selama anda berada di daerah ini dan berinteraksi dengan masyarakat Kota Medan/warga negara asing, apakah anda merasakan adanya jarak sosial?

Lampiran 2

Petunjuk untuk Orang-Orang Kolektivis (Khususnya Indonesia) untuk Berinteraksi dengan Orang-Orang Individualis (Amerika, Eropa dan Australia):

1. Kurangilah perhatian terhadap kelompok-kelompok di mana orang-orang lain (dari budaya individualis/Barat) menjadi annggota. Anda tidak akan dapat meramalkan perilaku orang itu berdasarkan pengetahuan anda tentang keanggotaannya dalam kelompok, seperti yang biasa anda lakukan dalam budaya anda. Alih-alih, perhatikanlah kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap dan prinsip-prinsip orang itu.

2. Antisipasilah bahwa orang lain akan kurang terikat secara emosional dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kelompoknya dibandingkan dengan apa yang biasa terjadi dalam budaya anda. Jangan kaitkan perilaku ini dengan keburukan pribadi. Itu sekadar tuntutan budaya.

3. Antisipasilah bahwa hubungan-hubungan dengan orang lain bersifat dangkal, sementara, namun pada dasarnya baik. Jangan menafsirkan keramahan awal sebagai isyarat bahwa hubungan akan bersifat intim.

4. Antisipasilah bahwa orang individualis lebih terlibat dalam hubungan-hubungan horisontal dan kurang terlibat dalam hubungan-hubungan vertikal. Orang-orang berpengaruh terhadap orang itu

adalah kawan-kawan, istri/suami; merekalah yang paling sering diajak berkonsultasi.

5. Orang individualis akan merasa lebih nyaman dengan hubungan-hubungan sosial yang sederajat dibandingkan dengan orang-orang dalam budaya anda. Anda akan merasa tidak nyaman dengan hubungan-hubungan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan status, namun orang-orang individualis menikmati hubungan-hubungan yang sederajat. Belajarlah mengantisipasi hal ini.

6. Jangan berharap menerima respek hanya karena posisi, usia, jenis kelamin atau nama keluarga anda. Jangan berharap bahwa tempat lahir anda, bila itu prestisius dalam pandangan anda (misalnya, Paris, Prancis) akan

mengundang lebih banyak respek dari orang lain. Orang lain cenderung tidak akan terkesan oleh tempat lahir yang bahkan paling Prestisius.

7. Bila anda mencoba mengubah pendapat orang lain itu, jangan berharap bahwa anda akan sepersuasif seperti dalam budaya anda ketika anda menggunakan argumen-argumen anda dan menekankan kerjasama, harmoni, atau penghindaran konfrontasi. Sementara itu, orang lain terkesan agak perhitungan terhadap anda ketika ia menggunakan argumen-argumen yang menekankan keuntungan dan kerugian sesuatu.

8. Jangan berharap ditemani atau dibantu dalam semua waktu. Orang lain punya komitmen lain dan mungkin tidak punya banyak waktu untuk anda. Di samping itu, dengan membiarkan anda sendirian, mereka menunjukkan kepercayaan mereka kepada anda. Mereka cenderung tidak percaya bahwa anda membutuhkan banyak pertolongan seperti yang anda harapkan.

9. Orang lain bangga akan prestasi, dulu, kini dan yang direncanakan. Berikan pujian atas usahanya lebih daripada yang biasa anda lakukan dalam budaya anda. Orang itu akan menghargai karena “diistimewakan” dan akan mempunyai harga diri yang tinggi, akan berbicara mengenai pencapaian-pencapaian pribadi, dan umumnya akan membicarakan lebih banyak hal negatif tentang orang-orang daripada yang biasa terjadi dalam budaya anda.

10.Hindarilah perilaku-perilaku yang terlalu mengatur (bossy) atau terlalu menyerah pada keadaan (submisif). Perilaku-perilaku itu terkesan buruk bagi orang lain.

Beberapa perbedaan sikap dan perilaku secara umum negara Individualis antara lain:

- Austria : Hindari berbicara dengan tangan di saku. Jangan mengunyah permen karet pada waktu berkunjung atau pertemuan. Dalam pertemuan, gunakan nada suara resmi.

- Belanda : Tidak lazim menyentuh orang lain pada waktu berbicara. Mengunyah permen karet atau berdiri dengan tangan di saku tidak sopan. Memberi isyarat kepada seseorang dengan tangan merupakan suatu hal yang normal. Melambaikan tangan kepada seseorang dari jarak jauh dapat diterima.

- Findlandia : Bersilang tangan merupakan tanda keangkuhan. Hindari isyarat-isyarat yang berlebihan. Dalam pertemuan, pembicara berdiri tegak; hindari lelucon berlebihan, lihat mata orang pada saat berbicara. - Inggris : Isyarat-isyarat berlebihan seperti menepuk punggung

atau merangkul bahu dengan lengan harus dihindari. Gunakan isyarat tangan sekali-sekali saja.

- Spanyol : Untuk memanggil seseorang, lambaikan jari-jari dengan telapak tangan di bawah. Jangan membiarkan tangan di saku. Di restoran, pelayan dipanggil dengan mengacungkan tangan. Pertemuan-pertemuan dimulai tepat pada waktunya. Orang-orang Spanyol merasa kewajiban merekalah untuk memperbaiki kekeliruan yang mereka lihat (dalam pertemuan).

- Jerman : Senyum hanyalah untuk teman. Senyum tidak selalu merupakan ketulusan. Taat pada apa yang mereka yakini. Mereka perfeksionis. Oleh karena itu, mereka mengharapkan pekerjaan dilakukakn dengan baik.

- Slovenia : Mereka tidak suka menyangkal kolega mereka. Mereka adalah pendengar yang baik dan akan bersimpati dengan pandangan anda. Bila mereka bermaksud menyesuaikan diri dengan anda, mereka akan membutuhkan waktu untuk mengatur hal tersebut.

BIODATA

I. DATA PRIBADI

Nama : Ryka Ariona Pardede

NIM : 070922054

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : FISIP

Tempat /Tanggal Lahir : Rantauprapat/02 Mei 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : JL. Pendidikan Gg. Pribadi No.4 Medan – 20237

Nama Orang Tua

Ayah : M. Pardede, SE

Ibu : B.Sibarani

Alamat : JL. Gajah Mada No. 126 Rantauprapat

II.RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Taman Kanak-Kanak (TK) Methodist II Rantauprapat (1991) 2. Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 112137 Rantauprapat (1992-1998) 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Rantauprapat (1998-2001) 4. Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Rantauprapat (2001-2004) 5. Diploma III Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Inggris. Universitas Sumatera

Utara – Medan (2004-2007)

6. Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi. Universitas Sumatera Utara – Medan (2007-2010)

Dokumen terkait