• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6.2. Saran

1. Untuk menghindari masalah - masalah kerusakan sistem isolasi maka seharusnya dilakukan pemeliharaan secara berkala terhadap semua komponen dari sistem isolasi sehingga kita dapat mencegah masalah - masalah tersebut sebelum terjadi.

2. Kerja sama dengan lingkungan akademis agar lebih ditingkatkan, dengan mengadakan berbagai macam kegiatan yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa pada khususnya dan dunia kerja pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] C. Stone. Greg, “Recent Important Changes in IEEE Motor and Generator Winding Insulation Diagnostic Testing Standards”, IEEE Fellow, Iris Power Engineering, 1 Westside Drive Unit 2 Toronto, Canada, PCIC – XX, 2004.

[2] Lister,“Mesin dan Rangkaian Listrik”, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.

[3] Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.

[4] Theraja. BL, “Electrical Technology Volume II”, S. Chand & Company LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1994.

[5] United States Department of The Interior, “Testing Solid Insulation of Electrical Equipment, Facilities Instructions, Standards, and Tecniques”, Volume 3-1, Facilities Engineering Branch Denver, Colorado, 2000.

[6] www.gmc-instruments.com/english/pgruppe/electricaltesting.htm

[7] www.gepower.com/prod_serv/serv_for/generators/en/testing_insp/index.htm

[8] www.indonesiapower.co.id

[9] www.vanguard-instruments.com/products/lrmeters/wrm40.php

[10] ..., “Drying Turbine Generator Windings, GEI-69534B”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

[11] ..., “Drying Turbine Generator Windings-Hidrogen Cooled Turbine Generator, GEI-53946D , Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

[12] ..., “Insulation Testing of Turbine-Generator Windings, GEK-7613A , Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

[13] ..., “Insulation Testing of Turbine-Generator Windings (Epoxy-Bonded Mica Insulation System), GEK-7613F , Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

Makalah Seminar Kerja Praktek

PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW

DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER SEMARANG

Eko Parjono (L2F 004 473)

Email: [email protected]

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak

Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.

Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb. Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test, Megger Test , dan Balancing Voltage Rotor Test.

Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian pada rotor dan stator generator.

Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di dalam pusat pembangkitan terdapat generator yang digunakan untuk mengkonversi

energi dari energi

mekanik putar dari turbin ke energi

listrik. Generator yang digunakan

dalam p

usat listrik tenaga uap (PLTU)

adalah generator sinkron. Di dalam PLTU, generator sinkron berperan penting bagi

kelangsungan operasi di

dalam

penyediaan listrik ke konsumen.

Sedangkan, pada saat peralatan listrik

tersebut mengalami gangguan

misalnya hubung singkat pada

lilitannya dan sebagainya, maka

diambil suatu tindakan preventif untuk

mengatasi gangguan tersebut. Untuk

mengatasi hal tersebut, mutlak

diperlukan suatu pemeliharaan. Salah

satu pemeliharaan tersebut adalah

dengan pengujian pada rotor dan stator

generator sinkron.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mempelajari pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator generator sinkron 50 MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya menjelaskan tentang pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator generator sinkron 50 MW yang meliputi atas Proof Test dan Analitycal Test, khususnya Insulation Resistance/ Megger, Balancing Voltage Rotor Test dan Tahanan Dalam (Rd) Rotor di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang.

II. DASAR TEORI

2.1 Spesifikasi Teknis Turbin dan Generator PLTU Unit 1

Generator sinkron adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi untuk

mengubah energi gerak menjadi energi listrik AC. Besarnya kapasitas daya yang dihasilkan generator PLTU Unit 1 adalah 50 MW. Berikut adalah data spesifikasi Generator PLTU Unit 1.

Tabel 1. Data spesifikasi Generator PLTU Unit 1

Jumlah 1 buah/ unit

Pabrik General Electric (GE) Nomor seri 316X150

Jumlah kutup 2

Type Hidrogen cooled-generator Suhu maksimum gas

pendingin 46°C Putaran 3000 rpm Tegangan jangkar 11500 V Tegangan eksitasi 250 V Faktor daya 0,85 Rating KVA 62500 Kapasitas KVA 57500

Sedangkan, sebagai penggerak mula atau prime mover adalah turbin uap generator merk General Electric dengan spesifikasi listrik sebagai berikut (tabel 2):

Tabel 2. Data turbin uap

Jumlah 1 buah/ unit Pabrik General Electric Nomor seri 197709 Rating 50001 KW Steam Conditions Pressure 88,90 kg/cm 2 Temperatur 5100C

Exhaust Pressure 87,87 mm.Hg abs Putaran 3000 rpm

2.2 Generator Sinkron 2.2.1 Dasar Teori

Generator sinkron atau alternator berfungsi untuk mengubah energi gerak (mekanis) menjadi energi listrik AC dimana kecepatan putaran medan dan kecepatan putaran rotornya sama atau tidak ada slip. Kumparan medan generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan jangkarnya terletak pada stator.

Prinsip kerja generator sinkron adalah menggunakan prinsip induksi elektromagnetik dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan medan (yang menghasilkan medan magnet) dan akan menginduksi stator sebagai kumparan jangkar yang akan menghasilkan energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus eksitasi DC yang akan menciptakan medan magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan medan magnet putar. Medan magnet putar ini akan memotong kumparan jangkar yang berada di stator. Oleh karena adanya perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya maka pada kumparan jangkar akan mengalir gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh rotor.

2.2.2 Konstruksi Generator Sinkron Dalam semua generator bolak-balik medan diletakkan pada bagian yang berputar atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian yang diam atau stator dari mesin.

Medan yang berputar dicatu/dieksitasi dengan arus searah melalui cincin slip dan sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel langsung antara medan dan penyearah yang berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa sikat-sikat (brushless).

Ada dua jenis yang berbeda dari struktur medan generator sinkron, yaitu tipe kutub-sepatu (salient) dan silinder.

§ Rotor tipe kutub-sepatu

Generator kepesatan rendah yang digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air mempunyai rotor dengan kutub medan yang menonjol atau kutub medan sepatu seperti rotor yang ditunjukkan dalam gambar 2.

Gambar 2. Rotor kutub sepatu untuk generator sinkron kepesatan rendah

§ Rotor tipe silinder

Generator kepesatan tinggi atau tipe turbo mempunyai rotor silinder seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3. Rotor yang

ditunjukkan pada gambar 2 dirancang untuk bekerja pada 3000 rpm. Konstruksi silinder penting dalam mesin kepesatan tinggi karena tipe kutub sepatu sukar dibuat untuk menahan tekanan pada kepesatan tinggi. Generator sinkron dengan konstruksi rotor silinder digerakkan oleh turbin uap atau gas.

Gambar 3. Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm

2.2.3 Memparalelkan Generator

Jika beban pada stasiun pembangkit menjadi sedemikian besar sehingga nilai (rating) generator yang sedang bekerja dilampaui, maka perlu penambahan generator lain secara paralel untuk menaikkan penyediaan daya dari stasiun pembangkit tersebut.

Sebelum dua generator sinkron diparalelkan harus dipenuhi beberapa syarat – syarat berikut ini:

5. Urutan fasanya harus sama 6. Tegangan terminalnya harus sama 7. Tegangannya harus sefase

8. Frekuensinya harus sama

Jika dua generator beroperasi dan persyaratan ini dipenuhi maka dikatakan dalam keadaan sinkron. Operasi agar mesin dalam keadaan sinkron dinamakan penyinkronan.

2.2.4 Ayunan (Swing)

Generator sinkron yang bekerja paralel mempunyai kecenderungan untuk berayun (swing). Jika kopel penggerak yang dikenakan pada generator berdenyut, seperti yang dihasilkan oleh mesin diesel, rotor generator dapat tertarik maju atau mundur secara periodik dari posisi normalnya ketika berputar. Aksi osilasi ini dinamakan ayunan atau hunting. Daya osilasi ini menjadi kumulatif dan cukup kuat untuk menyebabkan generator menjadi tak sinkron.

Lilitan peredam, kerap kali disebut lilitan amortisseur atau damper winding, dipasang pada permukaan beberapa rotor generator untuk mengurangi kecenderungan berayun. Rotor yang ditunjukkan dalam gambar 2 dilengkapi dengan lilitan peredam yang terdiri dari konduktor yang dihubung singkat dan dibenamkan pada muka kutub. Jika ayunan terjadi, ada pergeseran fluksi jangkar melewati muka kutub, sehingga menginduksikan arus dalam lilitan peredam. Karena setiap arus induksi melawan aksi yang menimbulkannya, aksi ayunan dilawan oleh aliran arus induksi. Generator yang digerakkan oleh turbin uap umumnya tidak mempuyai kecenderungan berayun karena kopel yang dikenakan tidak berdenyut.

III. ISI

3.1 Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan Stator

Sistem isolasi generator menggabungkan beberapa material berbeda untuk memproteksi lilitan medan dan lilitan stator, sehingga bagian utama sistem melibatkan banyak pengujian untuk mendapatkan batasan – batasan isolasi. Ini meliputi kekuatan dielektrik yang telah berhasil dengan menggunakan mika dalam bermacam – macam bentuk. Generator yang disusun dengan isolasi lilitan asphalt-mika mempunyai sejarah dapat menyerap kelembaban yang dalam beberapa kasus membutuhkan pengeringan lilitan untuk mendapatkan level resistansi isolasi yang memuaskan. Sekarang lilitan menggunakan isolasi epoxy-mica karena mempunyai kekuatan mekanik dan kekedapan terhadap air, oli atau kontaminasi lain terhadap isolasi, yang ditimbulkan selama kondisi abnormal.

Gambar 4. Sistem isolasi pada lilitan stator generator

Gambar 5. Sistem isolasi pada lilitan rotor generator

Fungsi utama isolasi adalah membatasi tegangan pada isolasi, jika tegangan yang berlebihan diterapkan pada lilitan, stress tegangan akan mengakibatkan pemanasan pada isolasi dan dapat mengakibatkan kerusakan.

Mempertahankan kekompakan

dan kualitas sistem isolasi adalah sangat penting terhadap pemanasan, kehampaan, kerusakan mekanis atau ketidaknormalan lain yang mengakibatkan kelemahan terhadap isolasi.

3.2 Pengujian Rotor dan Stator Ada beberapa pengujian pada sistem isolasi untuk mengevaluasi kekuatan dielektrik untuk menjamin keandalan. Perbedaan dari satu pengujian ke pengujian yang lain adalah perbedaan level tegangan yang diterapkan, pengukuran dan penunjukkan hasil.

Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua kategori yaitu Proof test dan Analytical test.

3.2.1 Proof Test

Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi daripada tegangan kerja.

Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir selama kondisi beban puncak. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan, ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan fasa ke fasa. Ini akan menghasilkan

kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kelemahan, dan kemungkinan breakdown. Contoh proof test pada generator adalah pengujian High Potensial Test.

3.2.2 Analytical Test

Analytical test yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang biasanya dibawah tegangan kerja.

Beberapa diantaranya jenis – jenis analytical test adalah sebagai berikut :

g. Insulation Resistance Test / Megger Test h. DC Leakage

i. Dissipation Factor

j. Balancing Voltage Rotor Test k. Tahanan Dalam (Rd) Rotor l. Partial Discharge Test

Pengujian pada peralatan berdasarkan standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih menggunakan pengujian tambahan pada peralatan, juga harus berdasarkan standar yang dipublikasikan oleh ANSI.

3.3 Ulasan Pengujian 3.3.1 High Potensial Test

High Potensial Test atau Hi-Pot Test paling umum diterapkan pada lilitan stator generator untuk mencari kerusakan pada lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian yang dimaksudkan untuk memperkirakan kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator generator.

Prinsip kerja pengujian ini adalah jika ada kerusakan isolasi yang cukup besar, tegangan yang cukup besar diterapkan pada lilitan maka akan mengakibatkan breakdown pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang dilakukan karena sifatnya merusak sehingga perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi breakdown.

Selama pengujian masing – masing fasa terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua fasa lainya digroundkan.

High Potensial Test dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori :

3.3.1.1 AC High Potensial Test

AC High Potensial Test /AC Hi-Pot Test atau pengujian tegangan 50/60 hertz adalah pengujian dengan menggunakan tegangan pengujian normal 50/60 hertz.

Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-to-line RMS generator (1,5E) untuk keserasian dengan peralatan dan setelah penggantian kumparan atau bar dipasang, sedangkan pada saat sebelum penggantian kumparan dipasang adalah sebesar 1,5 E + 2000.

3.3.1.2 Very-Low-Frequency Test Voltage

Very-Low-Frequency Test Voltage atau VLF Test Voltage adalah pengujian dengan menggunakan tegangan frekuensi 0.1 hertz.

Tegangan pada pengujian 0,1 hertz harus 15% lebih besar daripada nilai RMS tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test.

3.3.1.3 DC High Potensial Test

Pada Hi-Pot Test selain dengan menggunakan tegangan AC juga dapat dengan menggunakan tegangan DC atau biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test.

Besarnya tegangan pengujian DC seharusnya 70 % lebih besar daripada tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test.

Tabel 3. Tegangan yang digunakan pada

Hi-Pot Test

Dimana E :Tegangan RMS line-to-line generator

3.3.2 Insulation Resistance Test

Insulation Resistance Test/Megger Test merupakan pengujian yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan kemampuan isolasi. Megger Test ini dilakukan pada rotor dan stator generator, selain itu juga dapat diterapkan pada semua mesin atau lilitan. Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini disebut Mega Ohm Meter atau Megger Tester atau Megger saja.

Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukkan pembacaan megger dikenal sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh dengan pembacaan yang berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian berkelanjutan untuk periode selama 10 menit, megger akan mempunyai kemampuan untuk mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi tinggi ke isolasi stator, dan pembacaan resistansi akan meningkat jika isolasi bersih dan kering. Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index atau Indeks Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah 2,5 atau lebih tinggi pada stator dan 1,25 atau lebih tinggi pada rotor/medan.

Hasilnya mengindikasikan apakah ada atau tidak bagian lilitan yang terhubung singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika IP terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran, serangga, atau terbasahi oleh air.

Besarnya Polarization Index (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut :

menit menit

R

R

IP

1 10

=

Pembacaan megger yang sangat rendah dan juga indeks polarisasi yang kecil biasanya mengindikasikan adanya kelembaban dan pengeringan harus segera dilakukan.

Secara garis besar megger pada generator dibagi menjadi dua yaitu megger stator dan megger rotor.yang membedakan adalah tegangan yang diterapkan.

Berdasarkan standar IEEE no 43-2000 besarnya tegangan yang diterapkan untuk pengujian berdasarkan tegangan kerja pada lilitan generator dapat dilihat pada tabel 4.

Pengujian Tegangan Pengujian 50/60-Hertz AC (RMS) Tegangan Pengujian 0,1-HertzAC (puncak) Tegang an Penguji an DC Sebelum penggantian kumparan 1,5 E + 2000 2x 151, x ) 2000 5 , 1 ( E+ 1.7x(1,5 E) = 2,25E Keserasian dengan peralatan 1,5 E 2x1,15 ) 5 , 1 ( E x 1.7x(1,5 E) = 2,25E Setelah penggantian kumparan 1,5 E 2x1,15 ) 5 , 1 ( E x 1.7x(1,5 E) = 2,25E

Tabel 4. Tegangan DC yang diterapkan untuk pengujian megger berdasarkan tegangan kerja lilitan. VAC (tegangan kerja lilitan (line-to-line)) VDC (tegangan DC yang diterapkan) <100 500 1000 – 2500 500 – 1000 2501 – 5000 1000 – 2500 5001 – 12000 2500 – 5000 >12000 5000 -10000

Alat yang digunakan dalam megger adalah Metriso 5000A dengan tegangan yang diterapkan untuk megger stator sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam megger rotor tegangan yang diterapkan adalah 500 Volt DC karena melihat kemampuan rotor untuk menahan tegangan.

3.3.2.1 Megger Stator

Secara garis besar megger stator sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut adalah rangkaian megger stator :

Gambar 6. Rangkaian megger stator fasa – ground

Gambar 7. Rangkaian megger stator fasa – fasa

Dalam pengukuran megger stator tidak hanya dilakukan sekali saja, pengukuran megger stator tersebut dilakukan berdasarkan suatu tahapan/proses.

§ Megger awal stator

§ Megger stator sebelum penambahan resin

§ Megger stator setelah penambahan resin § Megger stator sebelum divarnis

§ Megger stator setelah rotor dimasukkan § Megger stator sebelum busbar di

connect

Maksud megger stator yang berkelanjutan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kelembaban lilitan stator tetap terjaga dan tidak terjadi hubung singkat atau kerusakan isolasi selama proses perawatan. Jika dalam proses didapatkan nilai indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab maka perlu dipanasi dengan lampu halogen.

Tabel 5. Megger fasa – ground stator sebelum busbar di connect.

R (G ) S (G ) T (G ) 0,95 0,75 0,6

Tabel 6. Megger fasa – fasa stator sebelum busbar di connect. R - S, T-Ground (G ) R - T , S-Ground (G ) S - T, R-Ground (G ) 1,7 1,5 1,7

Megger stator sebelum busbar di connect ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami hubung singkat. Apabila terjadi hubung singkat pada lilitan maka pada megger akan menghasilkan nilai hambatan sebesar nol (Z= 0).

Dengan hasil IP seperti pengujian diatas maka stator masih lembab sehingga perlu dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP yang sesuai. Kelembaban sangat mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada awal pertama besar dan hanya meningkat sedikit pada saat menit ke-10 sehingga didapatkan IP yang kecil. Ini berbeda pada saat kondisi kering pada saat awal menit pertama nilai resistansi kecil dan meningkat secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga akan didapatkan nilai IP yang bagus.

Selain dengan menggunakan acuan indeks polarisasi sebagai penentu apakah lilitan generator dalam keadaan lembab atau

mengalami hubung singkat juga dapat digunakan acuan berdasarkan nilai resistansi minimum dengan syarat besarnya nilai resistansinya adalah sebesar tegangan operasi dalam KV ditambah 1 untuk kemudian dikalikan dengan 100

yang dapat dirumuskan sbb : Ω +

= Vrms x M

Rmin ( 1) 100.

Dimana :

Rmin : resistansi minimum lilitan (M ) Vrms : tegangan rms dalam KV (line-to-line)

Contoh pada generator 50 MW

dengan tegangan operasi 11,5 KV maka resistansi minimumnya adalah sebesar : Rmin = (11,5 + 1) x 100 M

= 1250 M = 1,25 G

3.3.2.2 Megger Rotor

Pada Megger rotor tegangan yang dikenakan tidak boleh besar karena akan merusak isolasi pada rotor, karena tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada megger rotor ini digunakan tegangan sebesar 500 V DC.

Gambar 8. Rangkaian Megger rotor

Berdasarkan tahapannya megger rotor pada saat overhaul tidak jauh berbeda dengan megger stator, berikut tahapan megger rotor :

§ Megger awal rotor

§ Megger rotor (sebelum Retaining Ring di lepas)

§ Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas)

§ Megger rotor (setelah Retaining Ring masuk)

§ Cek Megger rotor (Retaining Ring masuk)

Megger awal rotor ini dilakukan ketika rotor baru saja dikeluarkan dari

generator sebelum dilakukan sebelum heating dan cleaning.

Tabel 7. Megger awal rotor

Cuaca setelah hujan ( 29 °C ) Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit Hasil Z = 800 M

Resistansi rotor dan stator sangat dipengaruhi oleh kelembaban disekitarnya karena akan mempengaruhi kelembaban lilitan, semakin besar kelembaban maka impedansi semakin besar.

Tabel 8. Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas

Cuaca mendung (30 °C) Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit Megger Rotor Z = 2,5 G Megger Rotor diberi Resin Z = 1 G

Tabel 9. Megger rotor setelah Retaining Ring masuk

Cuaca Mendung (30 °C) Tegangan 500 V

Waktu ( t ) 1 menit Megger Rotor Z = 90 M

Setelah Retaining Ring masuk ini sangat mempengaruhi resistansi rotor sehingga didapatkan nilai hasil megger yang besar.

Tabel 10. Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk Menit ke Z (M ) 1 65 2 100 3 100 4 105 5 110 6 120 7 121 8 125 9 125 10 130 IP = 2

Dengan hasil pada cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk didapatkan hasil bahwa indeks polarisasi sudah memenuhi standar yang ditentukan yaitu sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor setelah Retaining Ring masuk karena dalam pemasangan atau pelepasan Retaining Ring dengan memakai suhu yang sangat tinggi.

3.3.3 DC Leakage

DC Leakage adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi isolasi. Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah - ubah dimana tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara bertahap dan arus bocor yang melewati isolasi diukur pada masing – masing tegangan. Pengujian ini telah digunakan secara ekstensif dalam peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut sistem isolasi, yang didasarkan kepada penyerapan kelembaban.

Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari generator.

rms

xV

maksimum

V

DC

= 2

AC Dimana :

VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakage

VAC rms : Tegangan RMS generator

3.3.4 Dissipation Factor

Pengukuran ini juga biasa disebut

Dokumen terkait