• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. PEMBAHASAN

5.2 Saran

5.2. Saran

1. Sistem pencatatan, pelaporan dan dokumentasi perlu ditingkatkan lebih baik lagi.

2. Penggunaan teknologi informatika yang terintegrasi dan tepat guna perlu diterapkan untuk mempermudah sistem pencatatan dan pelaporan.

3. Peningkatan kompetensi personel dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

4. Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah dijalankan saat ini dengan cukup baik oleh Sudinkes Jaktim harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

DAFTAR ACUAN

Undang-undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 . (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Undang-undang No. 22 Tahun 1999 . (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999

tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51

Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002. (2002) Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010. (2011).Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 .(2011). Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Management Representative Ka. sudinkes Jakarta Timur Seksi Kesehatan Masyarakat Koord. Kesehatan Keluarga Koord Prokes &

SIK Koord. Gizi &

PPSM Seksi Pelayanan Kesehatan Koord. YanKesSar & Komunitas Koord. Yankes Spesialis & Trads

Koord. Gadar Bencana Seksi Sumber Daya Kesehatan Koord. Farmakmin Koord. NaKes Koord. Mutu

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Koord. PM-PTM

Koord. Wabah & Surveilans Koord. Kesehatan Lingkungan Subbag TU Subbag Umum Subbag Kepegawaian Subbag Program dan Anggaran Subbag Keuangan

Lampiran 3. Dokumentasi proses pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) Apotek Rakyat

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 15 MEI – 1 JUNI 2012

ANALISIS RASIO, DISTRIBUSI, DAN PEMETAAN TENAGA

KESEHATAN BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK DI

WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

TAHUN 2012

TYAS PAWESTRISIWI, S.Farm.

1106047410

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DAFTAR ISI ... i DAFTAR GAMBAR ... ii DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Tenaga Kesehatan ... 3 2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan ... 5 2.2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 6 2.2.2. Rumah Sakit ... 7 2.3 Profil Wilayah Jakarta Timur ... 8

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 11 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Obat Khusus ... 11 3.2. Metode Pengumpulan Data ... 11 3.3. Analisis Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Di

Kota Administrasi Jakarta Timur sampai dengan April 2012 . 11

BAB 4. PEMBAHASAN ... 12 4.1. Tenaga Medis ... 12 4.2. Tenaga Keperawatan ... 15 4.3. Tenaga Bidan ... 16 4.4. Apoteker ... 18 4.5. Ahli Gizi ... 19 4.6. Tenaga Kesehatan Masyarakat ... 19 4.7. Sanitarian ... 20

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21 5.1 Kesimpulan ... 21 5.2 Saran ... 22

Gambar 4.1. Diagram Rasio Tenaga Dokter Umum pada Masing-masing Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 13 Gambar 4.2. Diagram Rasio Tenaga Dokter Spesialis pada

Masing-masing Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 14 Gambar 4.3. Diagram Rasio Tenaga Dokter Gigi pada Masing-masing

Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 14 Gambar 4.4. Diagram Rasio Tenaga Perawat pada Masing-masing

Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 16 Gambar 4.5. Diagram Rasio Tenaga Bidan pada Masing-masing

Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 17 Gambar 4.6. Diagram Rasio Tenaga Apoteker pada Masing-masing

Kecamatan per 100.000 Penduduk ... 18 Gambar 4.7. Diagram Rasio Ahli Gizi pada Masing-masing Kecamatan

per 100.000 Penduduk ... 19 Gambar 4.8. Diagram Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitari

Tabel 2.1. Rasio tenaga kesehatan per 100.000 Penduduk ... 5 Tabel 2.2. Jumlah penduduk di kecamatan dan kelurahan di Jakarta Timur 8

Lampiran 1. Jumlah dan Analisis Rasio Tenaga Medis di Wilayah Kota

Administrasi Jakarta Timur sampai dengan April 2012 ... 24 Lampiran 2. Jumlah dan Analisis Rasio Tenaga Keperawatan dan Bidan di

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur sampai dengan April 2012 ... 25 Lampiran 3. Jumlah dan Analisis Rasio Apoteker di Wilayah Kota

Administrasi Jakarta Timur sampai dengan April 2012 ... 26 Lampiran 4. Jumlah dan Rasio Ahli Gizi di Wilayah Kota Administrasi

Jakarta Timur sampai dengan April 2012 ... 27 Lampiran 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitarian

di Wilayah Kota AdministrasiJakarta Timur sampai dengan

April 2012 ... 28 Lampiran 6. Daftar Rumah Sakit di Wilayah Kota Administratif Jakarta

Timur ... 29 Lampiran 7. Daftar Sarana Apotek dan Apotek Rakyat per Kecamatan di

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang termasuk dalam salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sebagaimana tertera dalam cita-cita bangsa Indonesia yang tertulis dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat melalui upaya-upaya dan pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat di berbagai sarana kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta. Beberapa sarana kesehatan yang dapat menyelenggarakan upaya dan pelayanan kesehatan, yaitu puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek dan lain-lain.

Kementrian kesehatan dalam visi dan misi rencana strategis tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa akan menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. Untuk menjamin hal tersebut, maka pemerintah, dalam hal ini Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelengaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, Pemerintah daerah juga mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan dan dapat melakukan pengadaan serta pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya (Menkes RI, 2004). Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam tugas khusus ini adalah tenaga

kebidanan, kefarmasian, ahli gizi, kesehatan masyarakat, dan sanitari. Ketujuh tenaga kesehatan ini dipilih berdasarkan standar tenaga kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Standar kuantitas beberapa tenaga kesehatan yang vital telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/MENKES/SK/VIII/2003. Standar kuantitas tersebut dinyatakan sebagai rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk.

Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai analisis rasio, distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan per kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data sekunder yang telah dikumpulkan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Subseksi Tenaga Kesehatan. Tugas khusus ini diharapkan dapat membantu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam memetakan dan merencanakan tenaga kesehatan di berbagai sarana kesehatan yang terletak di berbagai kecamatan dengan lebih baik lagi.

1.2 Tujuan

Mengetahui penyebaran tenaga kesehatan (tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga bidan, apoteker, ahli gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan sanitarian) melalui analisis rasio di berbagai sarana kesehatan di kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

2.1 Tenaga Kesehatan

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi, serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996).

Tenaga Kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996, jenis tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia yaitu (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996):

a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan

c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien

f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapiswicara

g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis

Visi rencana strategis yang ingin dicapai Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi tersebut

kemudian dituangkan dalam 4 misi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, serta menciptakan tata kelola keperintahan yang baik. Salah satu misi yang tertuang dalam visi dan misi tersebut adalah jaminan pemeratan sumber daya kesehatan.

Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat. Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Perencanaan tersebut disusun dengan memperhatikan faktor jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sarana kesehatan serta jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996).

Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda penyusunan yang dapat digunakan, yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004, 2004):

a. Health Need Method (keperluan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.

b. Health Service Demand (kebutuhan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.

c. Health Service Target Method (sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit.

d. Ratios Method (dibandingkan tehadap jumlah penduduk), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.

1202/MENKES/SK/VIII/2003, rasio sumber daya kesehatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Rasio tenaga kesehatan per 100.000 Penduduk

Tenaga Kesehatan Rasio per 100.000 penduduk

Dokter 40 Dokter Spesialis 6 Dokter Gigi 11 Perawat 117,5 Bidan 100 Apoteker 10 Gizi 22 Sanitasi 40 Kesehatan Masyarakat 40

[Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/Menkes/SK/VIII/2003]

2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah maupun pihak swasta. Sedangkan dalam menentukan jenis dan

jumlah fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan mempertimbangkan (Undang-Undang No. 36, 2009):

a. luas wilayah;

b. kebutuhan kesehatan;

c. jumlah dan persebaran penduduk; d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya; f. fungsi sosial; dan

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Menurut Undang-undang kesehatan No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, prkatek bidan, took obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan, balai penelitian keseatan, dan sarana kesehatan lainnya.(Undang-Undang No. 23, 1992)

2.2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004):

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup

sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.2.2. Rumah Sakit

Menurut Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Profil Wilayah Jakarta Timur

Jakarta Timur merupakan salah satu Kota Administratif yang berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 10 kecamatan dan 65 kelurahan, yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010):

Tabel 2.2. Jumlah penduduk di kecamatan dan kelurahan di Jakarta Timur

Kecamatan / Kelurahan Jumlah Penduduk Kecamatan / Kelurahan Jumlah Penduduk

Matraman Makasar

Kebun Manggis 15297 Cipinang Melayu 44270

Palmeriam 18536 Kebon Pala 46596

Kayu Manis 23761 Halim P Kusuma 32899

Utan Kayu Utara 24820 Makasar 35228

Utan Kayu Selatan 36396 Pinang Ranti 26837

Pisangan Baru 29596 Total 185830

Total 148406

Pulo Gadung Pasar Rebo

Kayu Putih 47307 Kampung Baru 23400

Jati 34650 Pekayon 43106

Rawamangun 38947 Gedong 38493

Pisangan Timur 41388 Cijantung 42736

Cipinang 37889 Kalisari 41497

Pulo Gadung 38104 Total 189232

Jatinegara Kaum 24043

Tabel 2.2. Jumlah penduduk di kecamatan dan kelurahan di Jakarta Timur (lanjutan)

Kecamatan / Kelurahan Jumlah Penduduk Kecamatan / Kelurahan Jumlah Penduduk

Jatinegara Ciracas

Kampung Melayu 23260 Kp. Rambutan 36182

Bali Mester 8886 Susukan 38817

Bidara Cina 33729 Ciracas 65638

Cipinang cempedak 31768 Kelapa Dua Wetan 44919

Rawa Bunga 21252 Cibubur 66201

Cipinang Muara 58395 Total 251757

Cipinang Besar Utara 53387

Cipinang Besar Selatan 36057

Total 266734

Duren Sawit Cipayung

Pondok Bambu 67664 Lubang Buaya 64531

Klender 79223 Bambu Apus 27221

Duren Sawit 68233 Cipayung 24964

Malaka Jaya 28672 Munjul 23040

Malaka Sari 27449 Ceger 20247

Pondok Kopi 37076 Setu 20038

Pondok Kelapa 76431 Cilangkap 24916

Total 384748 Pondok Rangon 23579

Total 228536

Kramat Jati Cakung

Cawang 32318 Rawa Terate 29234

Cililitan 41911 Jatinegara 103080

Kramat Jati 33181 Penggilingan 101157

Batu Ampar 53514 Cakung Timur 66992

Bale Kambang 34201 Cakung Barat 70769

Kampung Tengah 50530 Ujung Menteng 31131

Dukuh 26824 Pulo Gebang 101483

Total 272479 Total 503846

Total 2693896

[Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010]

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk Jakarta Timur adalah 2.693.896 jiwa. Dari hasil SP tahun 2010 tersebut bahwa penyebaran penduduk di Jakarta Timur dengan 3 Kecamatan terbesar, yaitu:

1. Kecamatan Cakung yakni sebesar 18,70%, Kecamatan Duren Sawit sebesar 14,28%, dan

3. Kecamatan Kramat Jati sebesar 10,11%.

Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Matraman yang berjumlah 148.406 orang (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan luas wilayah Jakarta Timur sekitar 161,66 km2 yang didiami oleh 2.693.896 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Jakarta Timur adalah sebanyak 16.664 orang per kilo meter persegi.

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 15 Mei – 4 Juni 2012 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan, Subseksi Tenaga Kesehatan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder. Data sekunder berupa data dari seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Jakata Timur, juga data dan informasi dari berbagai literatur yang berasal dari Buku Profil Kesehatan, Peraturan Pemerintah dan publikasi online yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

3.3. Analisis Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2012

Dalam analisis ini akan dilakukan perhitungan dengan metode rasio yang membandingkan antar jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang dinyatakan dalam 100.000 penduduk. Analisis rasio dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah tenaga kesehatan

Jumlah penduduk per kecamatan atau kelurahan 100.000

Rasio yang diperoleh dibandingkan dengan target Kementrian Kesehatan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/ SK/VIII/2003.

Analisis rasio dan pemetaan tenaga kesehatan di tiap kecamatan yang ada di Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan dengan menggunakan data dari seluruh sarana kesehatan yang ada pada tiap kelurahan kemudian digabung menjadi data tenaga kesehatan per kecamatan. Perhitungan rasio dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di tiap kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dan dinyatakan dalam 100.000 penduduk. Analisis rasio dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah tenaga kesehatan

Jumlah penduduk per kecamatan atau kelurahan 100.000

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 terakhir adalah sejumlah 2.688.027 penduduk. Penduduk terbanyak berada di wilayah Kecamatan Cakung sejumlah 503.174 penduduk dan wilayah dengan penduduk paling sedikit

Dokumen terkait