• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

c. Fasilitas umum di RSUP Dr. Sardjito yaitu musholla, minimarket, bank, dan lain-lain.

20

RSUP Dr. Sardjito terletak di Jln. Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Kampus Fakultas Teknik UGM b. Sebelah timur : Kampus Fakultas Kedokteran UGM c. Sebelah selatan : Komplek pertokoan

d. Sebelah barat : Sungai Code

B. Kegiatan Praktik dan Hasil 1. Pengukuran pH dan Sisa Klor

Pengukuran pH dan sisa klor dilakukan di RSUP Dr. Sardjito setiap pagi. Pengukuran dilakukan di tiga titik yaitu di kantor ISLRS, WTP I, dan Tulip. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 kami melakukan pengukuran pH dan sisa klor dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Lokasi pH Sisa klor (mg/L)

Kantor ISLRS 7,4 0,1

WTP I 7,0 0,15

Tulip 7,4 0,1

Tabel 1. Hasil pengukuran pH dan sisa klor 2. Pemantauan Penggunaan Air Bersih

Pemantauan penggunaan air bersih dilakukan setiap hari, yaitu volume penggunaan air bersih dan debit aliran.

Tabel 2. Hasil Pemantauan volume penggunaan air bersih dan debit aliran pada hari Selasa 28 Mei 2013

Lokasi Senin Volume (mSelasa 3) per hari (mPemakaian 3) Debit (L/s)

Meteran Sumur Utara 55.015 55.396 381 -

Meteran Sumur Baru 115.640 116.311 671 10

Meteran Sumur Masjid 282.131 282.131 0 -

3. Pembubuhan Kaporit

Pembubuhan kaporit dilakukan setiap hari. Kaporit yang dibutuhkan sebanyak 1,9 kg atau setara dengan 9 gelas takar. Untuk mengalirkan kaporit ke dalam sistem pengolahan air bersih diatur debitnya sebesar 80 ml/ 5 s.

4. Pemeliharaan Pengolahan Air Bersih

Pemeliharaan berkala yang harus dilakukan yaitu pemeliharaan pada sand filter dan carbon filter dengan cara back wash dan pembilasan. Pada Sistem II, WTP II dilakukan back wash dan pembilasan pada hari Selasa, 28 Mei 2013.

5. Desinfeksi Ruangan

Desinfeksi ruangan dilaksanakan apabila ada permintaan dari unit-unit yang membutuhkan desinfeksi ruang. Desinfeksi ruangan menggunakan bahan desinfektan Hexaquart yang dilarutkan dengan air bersih. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 terdapat empat permintaan desinfeksi ruangan.

Tabel 3. Desinfeksi ruangan tanggal 28 Mei 2013 Instalasi yang

dilayani kasus Jenis tindakan Waktu Hexaquart (ml) Kebutuhan

Melati 5/ Kamar 2 TB 09.00-13.00 3,646

PICU/ Isolasi Timur TB 10.00-14.00 3,141 Unit Stroke/ Kamar I Pneumonia 10.15-12.15 4,22

Cendana I/ Kamar 6 TB 11.45-15.45 3,25

6. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu

Pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilaksanakan berdasarkan permintaan dari unit yang melapor terjadinya gangguan akibat serangga dan binatang pengganggu. Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan perlu survey terlebih dahulu. Pada hari Rabu, 29

22

Mei 2013 unit ISLRS menerima permintaan dari Ruang Kepala Instalasi Teratai IRNA IV terhadap gangguan rayap. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan rayap menggunakan Prevail 100 EC dengan bahan aktif sipermetrin 100 g/ L.

7. Inspeksi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit

Inspeksi sanitasi rutin pada hari Rabu, 29 Mei 2013 dilakukan di Poliklinik General Check Up (GCU) yang terdiri dari 3 ruangan, yaitu Ruang pendaftaran, ruang konsultasi dan ruang periksa.

Nilai inspeksi sanitasi dihitung berdasarkan jumlah item “baik” dibandingkan dengan jumlah seluruh item penilaian.

Ruang Pendaftaran =

Ruang Konsultasi =

Ruang Periksa =

8. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF)

Pengendalian pencemaran lingkungan fisik RSUP Dr. Sardjito meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan. Pengukuran lingkungan fisik menggunakan slink psychrometer, sound level meter, dan lux meter. Pada hari Rabu, 29 Mei 2013 melakukan pengukuran di Poliklinik General Check Up (GCU).

Tabel 4. Hasil pengukuran fisiologis ruangan di Poliklinik GCU Sublokasi basahSuhu

(oC)

Suhu kering

(oC)

Kelembaban

(%) Pencahayaan (lux) Kebisingan (dB)

R. Pendaftaran 19 25 57 93, 67 56, 4

R. Periksa 22 24 84 73, 33 46, 4

9. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Pada hari Kamis, 30 Mei 2013 melakukan back wash pada sand filter dan carbon filter di IPAL RSUP Dr. Sardjito. Selain itu, melakukan kegiatan penambahan lumpur aktif pada bak aerasi dan sirkulasi lumpur. Pada hari tersebut merupakan jadwal untuk mengeringkan lumpur pada drying bed.

10. Pengelolaan Limbah Padat Medis, Nonmedis, dan B3

Limbah padat medis berupa benda tajam dan infeksius, serta B3 dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT. Arah. Untuk limbah padat nonmedis dikelola oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman.

11. Penyediaan makanan di Instalasi Gizi

Pengolahan makanan dan minuman pada instalai gizi dibagi menjadi 2, yaitu pengolahan untuk pasien kelas VIP dan pasien bangsal. Alur dalam instalasi gizi adalah penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengemasan dan distribusi.

12. Instalasi Binatu

Dalam instalasi binatu dibagi menjadi 2 ruang, yaitu dirty area dan clean area. Linen kotor diantarkan oleh petugas bangsal menuju instalasi binatu menggunakan troli strip merah mulai pukul 06.00-10.00 pagi. Linen bersih didistribusikan menggunakan troli strip biru mulai pukul 12.30 siang. Pengaturan jam tersebut dimaksudkan agar lalu lintas distribusi linen tetap teratur.

24

C. Pembahasan

1. Pengukuran pH dan Sisa Klor

Suatu upaya yang dilakukan terhadap penyediaan air sehingga dapat dihasilkan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan air berish sesuai Permenkes No. 416/1990 dan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004.

Pengukuran pH dan sisa klor dilakukan setiap pagi untuk mempertahankan kualitas air bersih yang digunakan oleh rumah sakit. Berdasarkan hasil pengukuran pH masih sesuai dengan baku mutu yang terdapat pada Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu berkisar antara 6,5-8,5 Berdasarkan hasil pengukuran sisa klor di tiap lokasi masih memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu maksimal menunjukkan hasil di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 5 mg/ L. Pertimbangannya yaitu hasil pemeriksaan sampel secara berkala untuk parameter bakteriologis koliform sudah tidak dapat hidup dengan sisa klor kisaran 0,1-0,15 mg/ L. Hasil pemeriksaan bakteriologis ini dikeluarkan oleh laboratorium kesehatan yang telah terakreditasi di Yogyakarta seperti di BTKL dan BLK, sehingga didapat hasil yang akurat.

2. Pemantauan Penggunaan Air Bersih

Pemantauan penggunaan air bersih berdasarkan volume air bersih yang digunakan untuk menyuplai seluruh kebutuhan air bersih rumah sakit. Sumber air bersih yang digunakan oleh RSUP Dr. Sardjito

yaitu menggunakan 4 buah sumur dalam. Untuk mengetahui konsumsi air bersih dalam sehari, caranya dengan menghitung selisih meteran dengan hari sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah penggunaan pada hari Senin 27 Mei 2013 yaitu sebanyak 1185 m3. Dari total penggunaan air bersih paling banyak disuplai oleh Sumur Baru sebanyak 671 m3, sedangkan Sumur COT menyuplai air bersih paling sedikit yaitu sebanyak 133 m3.

Untuk mengukur debit dapat diperoleh dengan mengamati waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 100 L air. Berdasarkan hasil pengamatan, Sumur Baru mengalirkan air bersih dengan debit 10 m3/ s yang diperoleh dari penghitungan jumlah air yang dialirkan (100 L) dibagi dengan waktu yang diperlukan (10 s) sehingga didapat debit tersebut. Perhitungan tersebut juga sama untuk sumur lainnya.

3. Pembubuhan Kaporit

Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(ClO)2. Kaporit berfungsi untuk membunuh kuman, bakteri, dan virus yang terdapat dalam air. Pembubuhan kaporit dilakukan setiap hari. Dalam sehari RSUP Dr. Sardjito membutuhkan air antara 1.000 m3-1100 m3 dan dibutuhkan kaporit sebanyak 1.9 kg yang diperoleh dengan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

a. b.

26

c. d.

Perhitungan kebutuhan kaporit ini didasarkan atas jumlah air bersih yang harus disediakan tiap harinya. Seperti perhitungan di atas, jumlah kaporit yang dibutuhkan per hari yaitu sebesar 1,9 kg. Untuk membubuhkan kaporit perlu diatur debit aliran yang juga disesuaikan dengan volume airnya. Bak kontak kaporit yang digunakan yaitu sebesar 800 L yang digunakan untuk mengalirkan selama 24 jam. Maka untuk memudahkan dalam membubuhkan kaporit dihitung volume yang harus dialirkan selama 5 detik, yaitu sebesar 80 ml/ 5 s. Pengaturan debit aliran kaporit ini bertujuan untuk menjaga agar selama 24 jam tetap terdapat kaporit dalam perpipaan air bersih.

4. Pemeliharaan Pengolahan Air Bersih

Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) di RSUP Dr. Sardjito terbagi atas 2 sistem, yaitu sistem 1 dan sistem 2.

a) Sistem 1 menyuplai 90% kebutuhan air bersih di RSUP Dr. Sardjito kecuali GBST. Sumber air pada sistem 1 terdiri dari 3 sumur, yaitu sumur utara, sumur masjid dan sumur baru. Sumur Masjid merupakan sumur cadangan, sedangkan sumur utamanya adalah sumur baru dan sumur utara. Alur pada sistem 1 yaitu: air dari sumur dialirkan menuju bak aerasi, kemudian ke bak sedimentasi untuk mengendapkan flok menggunakan media fiber 60o, kemudian dialirkan menuju bak filtrasi, kemudian dialirkan ke ground tank

induk (tandon bawah) dengan proses desinfeksi dan yang terakhir adalah pendistribusian. Pendistribusian air bersih pada sistem 1 dibagi menjadi 2, yaitu ke roof tank tower IRNA I dan ke ground tank IRJ.

b) Sistem 2 menyuplai 10 % dari kebutuhan air di RSUP Dr. Sardjito. Sumber air untuk sistem 2 berasal dari 1 sumur, yaitu sumur COT. Alur pengolahan air bersih pada sistem 2 yaitu pertama air diolah pada WTP 1 (reactor tank, sand filter dan carbon filter), kemudian diolah pada WTP II ( sand filter, carbon filter dan clean water tank) dan yang terakhir diolah pada WTP RO (sand filter, carbon filter, softener, RO plant, dan RO storage tank)

Pemeliharaan pada instalasi pengolahan air bersih merupakan hal yang penting, mengingat air bersih merupakan elemen yang esensi dalam rumah sakit. Pada bagian yang memerlukan pemeliharaan berkala dalam pengolahan air bersih yaitu sand filter yang berisi pasir kuarsa dan antrasit, serta carbon filter. Sand filter dan carbon filter perlu dilakukan pemeliharaan berkala sebab selama pengolahan air lama-kelamaan akan terjadi penjenuhan dan tidak mampu menyaring lagi kotoran-kotoran. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeliharaan dengan cara back wash dan pembilasan untuk dapat mengembalikan fungsi sand filter dan carbon filter.

Pemeliharaan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 merupakan jadwal melakukan back wash pada WTP II. Pemeliharaan pada WTP II dilakukan dua kali selama satu minggu, yaitu hari Selasa dan Sabtu.

28

Kami melakukan backwash pada tank sand filter dan carbon filter dengan cara mengatur stop kran pada tangki sesuai dengan petunjuk yang tertera.

SPO (Standar Prosedur Operasional) backwash sebagai berikut: a) Atur valve pada posisi backwash dengan membuka valve nomor 2,

3 dan 6 serta menutup valve lainnya selama 10-15 menit, air akan mengalir melalui pipa drain. Periksa apakah ada media yang terbuang keluar, bila ada media yang terbuang, kecilkan valve nomor 3 sehingga media tidak terbuang lagi. Backwash filter hingga air yang terbuang menjadi jernih.

b) Atur valve pada posisi rinse dengan membuka valve nomor 1, 5 dan 6 serta menutup valve lainnya.

c) Atur valve pada posisi service dengan membuka valve nomor 1, 4 dan 6 serta menutup valve lain.

d) Filter siap untuk dioperasikan kembali.

Tabel 5. Pengaturan valve untuk backwash filter Posisi Valve dibuka Valve ditutup

Backwash 2 5 6 1 4 5 7

Rinsing 1 5 6 2 3 4 7

Service 1 4 6 2 3 5 7

Untuk melakukan back wash pada sand filter, pertama kran pada tangki sand filter diposisikan pada posisi back wash. Kemudian pompa air penyuplai air untuk kebutuhan back wash dinyalakan. Ketika kran 3 dibuka, maka air sisa back wash akan keluar dan dibuang. Kami melakukan pengamatan pada air buangan yang keluar, yaitu dengan mewadahinya pada botol plastik bening dan diamati kejernihannya. Setelah air yang keluar mulai jernih, selanjutnya kran diposisikan rinsing.

Setelah beberapa lama, selanjutnya diposisikan pada posisi service. Pada saat diposisikan service, air akan berhenti keluar.

Untuk melakukan back wash pada tangki carbon filter, ketika pada tahap rinsing, air buangan yang keluar harus benar-benar sudah jernih. Dilakukan pengamatan kejernihan, bau, dan warna. Setelah dapat dipastikan air memenuhi kriteria tersebut, selanjutnya proses dapat dilanjutkan pada tahap service. Setelah sand filter dan carbon filter selesai proses back wash, selanjutnya pompa air penyuplai air back wash dimatikan sehingga proses pengolahan air bersih untuk keperluan rumah sakit dapat kembali berjalan.

5. Desinfeksi Ruangan

Desinfeksi ruangan dilakukan menggunakan alat mini ULV dengan metode pengabutan dan menggunakan bahan desinfektan Hexaquart. Dosis yang digunakan berbeda-beda tergantung volume ruangan yang akan didesinfeksi. Dosis desinfektan sudah dibakukan sesuai dengan volume ruangan oleh pihak ISLRS RSUP Dr. Sardjito dalam bentuk tabel-tabel. Dalam tabel tersebut memuat nama ruangan, jenis desinfektan, kasus penyakit, dosis desinfektan, dan jumlah pengencer.

Untuk melaksanakan tindakan desinfeksi ruangan, ISLRS menerima permintaan dari unit-unit yang menghubungi melalui telepon atau program rutin sesuai jadwal. Bagi permintaan desinfeksi melalui telepon dicatat pada Buku Permintaan Fogging. Selanjutnya dari ISLRS akan mengirimkan personil untuk melakukan desinfeksi sesuai ruangan yang diminta. Seletah selesai, kemudian menempel Bukti Tindakan

30

Fogging pada pintu ruangan dan mengisi Lembar Kerja (gambar terlampir).

Tabel 6. Buku permohonan dan tindakan desinfeksi ruang DAFTAR PERMOHONAN DAN TINDAKAN

DESINFEKSI RUANG DI RSUP DR SARDJITO

BULAN : TAHUN : H A R I TA N G G A L NO LA PO R A N WA K TU LA PO R A N LO K A SI KASUS PELA PO R PE N ER IM A PE LA K SA N A TI N D A K A N WA K TU PE LA K SA N A H EX A Q U A R T (ml ) Selasa, 28 Mei 2013 618 10.00 Unit

Stroke monia Pneu Ari Ali poltekkes 10:15-12:15 4,22 Ali +

619 08.45 PICU/Isolasi timur TB Lubis Ali poltekkes 10:00-14:00 3,141 Ali +

620 08.15 5/KM.2 Melati TB Vero Ali poltekkes 09:00-13:00 3,646 Ali + 621 11.00 Cendana 1/KM.6 TB Surya Ali poltekkes 11:45-15:45 3,25 Ali +

SPO (Standar Prosedur Operasional) desinfeksi ruang adalah sebagai berikut:

a) Alat dan bahan: 1) Fogger 2) Desinfektan 3) Roll kabel

4) Lembar kerja dan alat tulis 5) Gelas ukur

6) Full face 7) Tas ransel

9) Sarung tangan karet b) Prosedur kerja

1) Sebelum Desinfeksi Ruangan

(a) Petugas ISLRS mempersiapkan Lembar Kerja tindakan desinfeksi

(b) Petugas ISLRS mempersiapkan peralatan untuk desinfeksi

(c) Petugas ISLRS mempersiapkan bahan desinfektan sesuai dengan dosis formulasi dan dosis aplikasinya.

2) Fogging dilakukan oleh petugas ISLRS

(a) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (masker gas/full face, sarung tangan, baju pelindung, alas kaki). (b) Petugas menyiapkan bahan desinfektan sesuai dengan

dosis dan volume ruangan yang dapat dilihat didalam tabel dan diencerkan dengan air bersih.

(c) Petugas memasukkan steker listrik pada fogger ditancapkan ke dalam stop kontak, bila kurang panjang di sambung rol kabel.

(d) Petugas melakukan fogging dengan menekan tombol “ON” dengan diawali dari bed/kasur, kemudian ke arah udara dan seluruh permukaan benda di dalam ruangan (e) Petugas menutup pintu dan menempel tulisan yang berisi

waktu fogging dan bisa digunakan kembali.

(f) Petugas meminta tanda tangan Lembar kerja pada petugas bangsal.

32

Selama proses desinfeksi ruangan, petugas wajib menggunakan APD yang meliputi masker full face, sarung tangan karet, dan pakaian pelindung. Sebelum mendesinfeksi perlu menutup jendela, menggulung kasur, membuka setiap gorden, dan membuka kamar mandi (jika ada). Desinfeksi dilakukan dari sudut yang terjauh dari pintu keluar kemudian bergerak mundur menuju pintu keluar.

Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 terdapat empat permintaan desinfeksi ruangan.

a. Melati 5/ Kamar 2

Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Vero yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel, dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,646 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Arif dan Sdri. Faradella. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 13.00. b. PICU/ Isolasi Timur

Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Lubis yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,141 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Lukas dan Sdri. Rahma. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 14.00. c. Unit Stroke/ Kamar 1

Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Ari yang diterima oleh Wati. Jenis kasusnya

yaitu pneumonia. Berdasarkan tabel dosis Hexaquart yang digunakan adalah 4,224 ml yang diencerkan menjadi 1 L larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdri. Ega dan Sdri. Dian. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 12.15. d. Cendana I/ Kamar 6

Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Surya yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,25 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Lukas dan Sdri. Faradella. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 16.00.

6. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu

Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a) Secara aktif : dengan cara melakukan survey rutin sesuai dengan jadwal.

b) Secara pasif : dengan cara menerima permintaan dari unit-unit yang mengalami masalah terhadap seranngga maupun binatang pengganggu.

Bahan insektisida yang digunakan adalah:

Tabel 7. Bahan insektisida untuk pengendalian serangga dan binatang pengganggu di RSUP Dr. Sardjito

No insektisida Nama Bahan aktif Dosis Kegunaan 1. Solfac 10

WP Siflutrin 50 g/L Tergantung luas area Membasmi serangga (nyamuk, semut) 2. Cynoff 25 Sipermetrin 25 Tergantung Membasmi

34

UL gr/L luas area nyamuk

3. Mustang

25 EC Zeta-sipermetrin 25 gr/L Tergantung luas area Mengendalikan serangga (kecoa, nyamuk dan lalat) 4. Petrokum

0,005 BB Brodifakum 0,005% Tergantung luas area Mengendalikan tikus 5. Prevail

100 EC Sipermetrin 100 gr/L Tergantung luas area Membasmi rayap

Alur permintaan pengendalian serangga dan binatang pengganggu secara pasif melalui telefon adalah ketika pihak ISLRS menerima laporan, kemudian dicatat pada Buku Permintaan Pengendalian Serangga. Yang membedakan, pada pengendalian serangga dilakukan survey pendahuluan sebelum tindakan untuk melihat tingkat keparahan gangguan, dan menentukan metode pengendalian serangga. Selanjutnya setelah tindakan selesai dikerjakan kemudian mengisi Bukti Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Serangga.

Pada hari Rabu, 29 Mei 2013, pihak ISLRS menerima laporan dari Ruang Kepala IRNA IV “Teratai” dengan pelapor Slamet dan penerima laporannya Wati pada pukul 08.30 dengan kasus serangan rayap. Berdasarkan hasil pengamatan ruangan tersebut mengalami serangan rayap yang cukup parah. Almari beserta dokumen yang disimpan diserang oleh rayap yang diduga muncul dari lubang tembok bagian bawah. Selain itu, serangan rayap pada almari disebabkan karena almari jarang dibuka dan dibersihkan.

Termitisida yang digunakan adalah Prevail. Larutan termitisida dibuat berdasarkan luas ruangan (40 m2), dosis penyemprotan 50 ml/ m2, dosis campuran (10 ml/ L). Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan

variabel tersebut maka didapat 20 ml Prevail yang diencerkan menjadi 2 L larutan.

Berdasarkan kondisi ruangan, pengendalian serangan tidak dilakukan dengan penyemprotan, melainkan dengan melumuri almari dengan larutan termitisida. Sebelum dilumuri larutan termitisida terlebih dahulu almari dibersihkan dari kotoran dan sisa sarang rayap. Setelah almari bersih baru dilumuri dengan larutan termitisida secara menyeluruh, pada bagian-bagian bekas sarang rayap diulangi beberapa kali. Selanjutnya semua kotoran dari almari dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dengan kuat agar rayap yang diduga masih hidup dapat mati akibat kekurangan oksigen.

Serangan rayap yang muncul dari tembok bagian bawah juga dilakukan treatment dengan memasukkan larutan termitisida ke dalam lubang-lubang yang dibuat oleh rayap kemudian ditutup dengan semen. Selama melakukan tindakan, APD yang digunakan antara lain sarung tangan karet dan masker.

Setelah treatment selesai kemudian kami memberi rekomendasi pada petugas jaga IRNA IV “Teratai” untuk menjaga kebersihan, mengatur tata letak perabot yang terbuat dari kayu berjarak minimal 20 cm dari dinding agar terjadi sirkulasi udara untuk mengurangi kelembaban.

7. Inspeksi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit

Kegiatan Inspeksi sanitasi dilakukan pada hari Rabu, 29 Mei 2013 di Poliklinik General Check Up (GCU) RSUP Dr.Sardjito. Di dalam Poli GCU ini terdapat 3 ruangan yang diinspeksi meliputi Ruang Pendaftaran,

36

Ruang Konsultasi, dan Ruang Periksa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati dan mengukur variable-variabel inspeksi yang berada dalam ruangan. Variabel inspeksi tersebut meliputi :

a. Kualitas Lingkungan Fisik

b. Kebersihan dan Kerapian Ruang c. Desinfeksi permukaan

d. Kualitas Kebersihan KM/WC e. Kualitas Wastafel

f. Pengelolaan Sampah Non Medis g. Pengelolaan Sampah Medis h. Pengelolaan Sampah Medis Tajam

i. Pemantauan Serangga dan Binatang Pengganggu

Kegiatan inspeksi dilakukan dengan cara mengisi formulir check list yang sudah disediakan. Yaitu memberi tanda centang pada kolom “baik” apabila masuk dalam kriteria baik dan memberi tanda centang pada kolom “tidak” apabila masuk dalam kriteria tidak baik. Setelah semua kolom terisi, kemudian melakukan penilaian hasil inspeksi. Nilai inspeksi sanitasi pada ruang pendaftaran adalah 56,36; pada ruang konsultasi adalah 30,90; dan pada ruang periksa adalah 41,81. Pada hasil yang tidak baik, diberikan catatan khusus agar kualitas sanitasi ruangan tersebut dapat ditingkatkan.

Selanjutnya yaitu meminta tanda tangan kepala unit Poli GCU sebagai bukti bahwa ruangan sudah di inspeksi. Pada saat ini juga kita memberikan penjelasan kepada kepala unit mengenai hasil inspeksi yang sudah dilakukan.

8. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik

Pengendalian pencemaran lingkungan fisik RSUP Dr. Sardjito meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan. Pada hari Rabu, 29 Mei 2013, kami melakukan pengukuran lingkungan fisik di Poliklinik General Check Up yang meliputi ruang pendaftaran, ruang konsultasi dan ruang periksa.

Tabel 8. Perbandingan hasil pengukuran dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004.

No Lokasi Suhu (0C) Kelembaban (%) Pencahayaan (lux) Kebisingan (dB) Hasil Standar Hasil Standar Hasil Standar Hasil Standar 1. R. Pendaftaran 22 21 - 24 57 45 - 60 93,67 Min 100 56,4 45 2. R. Konsultasi 23,5 21 - 24 77 45 - 60 81,83 Min 100 55 45 3. R. Periksa 23 21 - 24 84 45 - 60 73,33 Min 100 46,4 45

a. Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat slink psychrometer. Langkah pertama dengan membasahi ujung benang pada suhu basah. Selanjutnya memutar slink psychrometer mengelilingi ruangan selama 20 detik. Setelah selesai, kemudian membaca hasilnya pada slink psychrometer. Mencatat hasil suhu kering dan suhu basah yang kemudian untuk menentukan kelembaban dengan cara menghubungkan antara garis vertikal

Dalam dokumen laporan sanitasi RSUP Dr. Sardjito 2013 (Halaman 22-76)

Dokumen terkait