• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Penelitian ini menggunakan teori New Historicism untuk melihat

paralelitas karya-karya Sugiarti Siswadi dengan berbagai taks lainnya, baik sastra

maupun nonsastra, yang terkait dengan isu-isu yang berkembang pada masanya.

Dengan demikian didapatlah pandangan mengenai peran dan keterlibatan Sugiarti

dalam berbagai aktivitas seni, sastra dan politik, terutama sekali peran aktifnya

dengan Lekra. Sugiarti aktif menyumbang berbagai karangan berupa cerpen dan

puisi ke media massa, terutama Harian Rakjat dan Api Kartini.

Penulis sadar, bahwa penelitian masih jauh dari sempurna Dari berbagai

sisi, penelitian ini masih memungkinkan untuk lebih diperdalam dan

disempurnakan lagi. Untuk itu, beberapa saran yang perlu disampaikan dalam

kesempatan ini adalah 1) mengumpulkan lebih banyak lagi data, terutama tentang

sosok diri Sugiarti Siswadi; 2) menggali lebih banyak lagi nama-nama serupa yang

tenggelam pascaperistiwa 1965/66; dan 3) teori fenimisme dapat diterapkan dalam

176

DAFTAR PUSTAKA

Aidit, D.N. 1964. Tentang Sastra dan Seni. Jakarta: Jajasan Pembaruan.

. 1960. Sepilihan Tulisan Aidit (Jilid II). Jakarta; Jajasan Pembaruan.

Barry, Peter. 1995. New Historicism and Cultural Materialism dalam bukunya Beginning Theory. Manchester UK: UP.

Bressler, Charles E. 1999. Literary Criticism, an Introduction to Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Budiadi, Andhika. 2009. Perkembangan Sastra Indonensia dalam Perspektif Feminisme. Bandung: Universitas Padjajaran. Skripsi.

Budianta, Melani “Budaya, Sejarah, dan Pasar: New Historicism dalam

Perkembangan Kritik Sastra.” Dimuat di Jurnal Susastra. Tahun 2006. Volume 2, No.3.

. 2002. “Teori Sastra Sesudah Strukturalisme,” Bahan Pelatihan

Teori dan Kritik Sastra. Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia.

Budiawan. 2004.Mematahkan Pewarisan Ingatan karya Jakarta: Elsam.

Budiman, Arif. 2006. Kebebasan, Negara dan Pembangunan. Jakarta: Alvabet dan Freedom Institute.

Burhan, Nurgiyantoro. 2010. Sastra Anak. Yogyakarta: UGM Press.

Dahlan, Muhidin M dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri. 2008. Lekra Tak Membakar Buku. Yogyakarta: Merakesumba.

177

. 2008. Laporan dari Bawah,

Sehimpunan Cerita Pendek Lekra Harian Rakjat 1950-1965. Yogyakarta: Merakesumba.

. 2008. Gugur Merah: Sehimpun Puisi Lekra Harian Rakjat 1950 – 1965. Yogyakarta: Merakesumba. Eagleton, Terry. 2002. Marxisme dan Kritik Sastra. Yogyakarta: Penerbit Sumbu.

Eneste, Pamusuk. 2001. Bibliogarfi Sastra Indonesia. Magelang: IndonesiaTera.

Foulcher, Keith. 1986. Social Commitment in Literature and the Art: the

Indonesian “Institute of People Culture” 1950 – 1960. Victoria: Monash University Press.

Georitno, Landreform Sebuah Gagasan Besar Manusia, Majalah Bumi Bhakti Adhiguna, Nomor 2 Tahun 1 Juni 1991, Jakarta, hal. 7.

KOWANI. 1978. Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Samboja, Asep. 2011. Asep Samboja Menulis Tentang Sastra Indonesia dan Pengarang-pengarang Lekra. Bandung: Ultimus.

. (pengantar) dalam buku Kumpulan Cerpen dan Puisi Gelora 26. Bandung: Ultimus. Hal vii

. 2010. Historiografi Sastra Indonesia 1960an. Jakarta: Bukupop.

Hamid, Chalik (Peny.). 2010. Kumpulan Cerpen dan Puisi Gelora Api 26. Bandung: Ultimus.

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2009. Paradigma Ilmu Sosial-Budaya-Sebuah Pandangan. Yogyakarta: UGM Press.

178

Ismail, Taufiq dan DS Mulyanto (ed). 1995. Prahara Budaya: Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk. Jakarta: Mizan dan HU Republika.

K.S, Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Loir, Henri Chambert dalam artikelnya berjudul “Les femmes et l'écriture : La

littérature féminine indonésienne”. Dimuat dalam Archipel. Volume 13, 1977. Hlm 267-282.

Nurhadi. 2006. Peran Diskursif Karya Sastra dan Media. Dimuat dalam Jurnal Diksi FBS UNY. Artikel nomor 44 Edisi Januari 2006.

Parlindungan, A.P. 1987. Landreform di Indonesia suatu Perbandingan. Bandung: Mandar Maju.

Payne, Michael (ed.). 2005. The Greenblatt Reader. USA: Blackwell Publishing.

Reardon, Sean. 2002. Peristiwa 65/66 (Pembunuhan Massal PKI). Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak diterbitkan (hasil penelitian).

Setiawan, Hersri. 2004. Memoar Pulau Buru. Magelang: IndonesiaTera.

Siwadi, Sugiarti. 1964. Sorga Dibumi. Jakarta: Lekra.

Suratmin, Dkk. 1991. Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia (Sebuah Tinjauan Awal). Yogyakarta : Eja Publisher.

Sukarno. 1945. Lahirnya Panca Sila. Pidato Pertama Pancasila disampaikan Bung Karno di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai, tanggal 1 Juni 1945.

179

. Di Bawah Bendera Re.volusi Jilid I.

Supartono, Alexander. 2000. Lekra Vs Manikebu: Perdebatan Kebudayaan Indonesia 1950 – 1965. Skripsi STF Driyakarya, Jakarta. Dokumen ini diperoleh penulis dalam versi ebook atas nama Edi Cahyono.

TIM. 2011. Kronik Agraria Indonesia, Sejarah UUPA, Konflik, Penguasaan dan Pemilikan, BPN dan sertifikasi serta Pemikiran Agraria. Jakarta: STPN, Sains Sejogyo Institute dan Institute Sejarah Sosial Indonesia.

Tjondronegoro, Sediono M.P dan Gunawan Wiradi (peny). 1984. Dua Abad Penguasaan Tanah, Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan Obor.

Wieringa, Saskia Eleonora. 2010. Pengahncuran Gerakan Perempuan, Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI. Yogyakarta: Galang Press.

Sumber Online

Pelarang Buku; Menutup Jendela Dunia. Pelarang Buku dari Jaman ke Jaman. Dipublikasikan oleh Institute Sejarah Sosial Indonesia, 2010. Dikutip dari

https://sites.google.com/site/sejarahsosial/pelaranganbuku. tulisan ini merupakan laporan dari Pameran Pelarangan Buku: Menutup Jendela Dunia Pameran

Pelarangan Buku di Indonesia dari Jaman ke Jaman, 14 - 17 Maret 2010 di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Diakses pada 15 Juli 2014.

Seniman Sastra Siti Rukiah.

http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/sitirukiah.html. diakses pada 15 Juli 2014.

Abdul Kohar Ibrahim. Nota Puitika 211 – 220 dan Nota Puitika 381 – 390. Dikutip dari

https://au-mg61.mail.yahoo.com/neo/launch?.rand=8tr0ef054jie4#6477619897. Pada 15 Juli 2014.

180

AD-ART (Konstitusi PKI. Diakses dari

http://www.marxists.org/indonesia/indones/KongresPKIke7/KonstitusiPKI.htm pada diakses pada 15 Juli 2014.

Sumber Klipping

Mukadimah dan Peraturan Dasar Lekra pada 27 Januari 1959, Konggres Nasional I Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) di Solo.

Hasil Penjelidikan Team Research Manifes Kebudajaan: Manife-phobi, motif dan targetnya kekurang-matangan dalam Ideologi. Disusun di Jakarta, siang hari, 15 April 1964.

“Duduk Soalnya Manifes Kebudayaan”. Tulisan H.B. Jassin 26 April 1966. Tidak Dipublikasikan. Dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi HB Jassin.

Pramoedya Ananta Toer dalam makalah Realisme Sosial dan Sastra Indonesia: sebuah tinjauan sosial. Disampaikan dalam seminar Fakultas Sastra UI, 26 Januari 1963. Hal 31. Makalah ini diterbitkan dalam bentuk buku oleh Lentera Dipantara pada tahun 2004.

Revolusi Indonesia, Latar Belakang Sedjarah dan Hari Depannja (kumpulan kuliah D.N. Aidit yang disampaikan pada Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora, September-November 1964, di Jakarta).

Makalah Erfan Faryadi (Sekjen Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria

(BP-KPA) yang berjudul “Konsep dan Arti Pentingnya Land Reform dalam

Agenda Reformasi”. Hlm 4. Makalah ini disampaikan untuk diskusi buku

Landreform dan Gerakan Protes Petani Klaten (1959-1965) karangan Prof. Dr. Soegijanto Padmo, pada tanggal 12 September 2000, di Auditorium Fakultas Sastra UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. Diskusi ini diselenggarakan oleh Yayasan

181

Pengembangan Budaya, Media Presindo, BKMS Fakultas Sastra UGM, dan Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria (BP-KPA).

Sumber Media Massa Cetak

Harian Rakjat, 4 September 1964 Harian Rakjat, 31 Januari 1964 Harian Rakjat, 23 Agustus 1965 Harian Rakjat, 25 Agustus 1965 Harian Rakjat, 23 Agustus 1965 Harian Rakjat, 30 Agustus 1965 Harian Rakjat, 18 Mei 1963 Harian Rakyat, 1,11 Mei 1963 Harian Rakjat, 14 April 1961 Harian Rakjat, 1 Djuni 1957 Harian Rakjat, 3 Djuli 1959 Harian Rakjat, 6 Agustus 1959 Harian Rakjat, 28 Djuli 1959 Harian Rakjat, 9 Agustus 1960 Harian Rakjat, 10 Agustus 1960 Harian Rakjat, 11 Agustus 1960 Harian Rakjat, 9 Agustus 1960 Harian Ra’jat, 18 September 1964 Harian Ra’jat, 3 September 1964 Harian Rakjat, 7 Djuli 1964 Harian Rakjat, 9 Juli 1964 Harian Rakjat, 10 Juli 1964 Harian Rakjat, 11 Juli 1964 Harian Rakjat, 13 Juli 1964 Harian Rakjat, 14 Juli 1964 Harian Rakjat, 15 Djuli 1964 Harian Rakjat, 30 April 1964 Harian Rakjat, 27 Juni 1964 Harian Rakjat, 25 Juni 1964 Harian Rakjat, 13 Desember 1964 Harian Rakjat, 7 Djanuari 1965 Harian Rakjat, 6 Juni 1965

Harian Rakjat, 13 Desember 1964 Harian Rakjat, 7 Djanuari 1965 Harian Rakjat, 10 Desember 1964 Harian Rakjat, 6 Juni 1965

Harian Rakjat, 18 Desember 1964 Harian Rakjat, 21 Desember 1964 Harian Rakjat, 17 September 1964 Harian Rakjat, 17 Oktober 1964

182

Harian Rakjat, 14 Djanuari 1959 Harian Rakjat, 26 Djanuari 1959 Harian Rakjat, 6 Djanuari 1959 Harian Rakjat, 8 April 1964 Harian Rakjat, 30 April 1964 Harian Rakjat, 8 April 1964 Harian Rakjat, 30 April 1965 Harian Rakjat, 3 Mei 1961

Harian Rakjat, 13 November 1964 Harian Rakjat, 19 November 1954 Harian Rakjat, 18 Mei 1960 Harian Rakjat, 11 November 1959 Harian Rakjat, 26 September 1964 Harian Rakjat, 1 Desember 1952 Harian Rakjat, 27 Maret 1954 Harian Rakjat, 22 Juni 1956 Harian Rakjat, 8 Januari 1958

Api Kartini, Juli 1960 Api Kartini, Mei 1960 Api Kartini, Juni 1960 Api Kartini, Mei 1965 Api Kartini, Mei 1959 Api Kartini, November 1960 Api Kartini, Desember 1960

183 Presiden Sukarno:

Tiap Petani Penggarap Harus Memiliki Tanah

Industrialisasi dengan memperluas dan memperketat industri negara sebagai tulang punggung dan memimpin perkembangan ekonomi negara.

Industrialisasi Indonesia hanya dapat didasarkan atas kekuatan dalam negeri, sebab:

a. Adalah tidak mungkin kita merencanakan atau mencari pasar luar negeri, karena sebagai negara muda tidak mungkin Indonesia mampu bersaing dengan industri luar negeri yang sudah mempunyai tradisi dan pengalaman yang lama.

Sebab itu kita harus berani bersandarkan pada dasar dalam negeri, yaitu pada kemampuan rakyat membelinya, di mana 60% - 70% terdiri dari kaum tani. Sebab itu dalam masalah industrialisasi Indonesia, adalah tidak mungkin kalau dayabeli rakyat tidak dinaikkan.

b. Disamping cukup pembelinya, industri memerlukan pula bahan mentah (raw material) dan tenaga. Bahan Mentah hanya terdapat dari dua sumber, ialah hasil tambang atau sumber-sumber alam lainnya dan pertanian. Dalam sektor pertanian nampak sekali belum mendapat perhatian semestinya. Hal itu tercermin dalam Anggaran Belanja Negara ataupun dalam sektor prekreditan. Pun ada satu soal pokok yang mesti diperhatikan, bahwa dalam soal agraris kita belum mendapat kemajuan yang sewajarnya. Sebab industrialisasi Indonesia tidak mungkin berpisahan dengan masalah agraris. Jelasnya, industrialisasi tidak mungkin terlaksana dengan tidak ada pemecahan soal-soal agraris, yang membuka kemungkinan untuk menaikkan... (tulisan rusak).

***

Penentuan yang adil terhadap penguasaan tanah pertanian. Tanah pertanian hanya ada dua:

184

a. Pertanian Rakyat, maupun sendiri-sendiri atau bersama-sama. b. Pertanian Negara

Tiap petani (dalam arti yang mengerjakan sendiri) harus memiliki tanah yang sesuai dengan tingkatan hidup dan kemajuan teknik dalam waktu itu. Tiap-tiap akhir plan ini... (kertas rusak).

Pemilik tanah pertanian yang tidak dikerjakan sendiri dalam batas waktu yang tertentu dijadikan:

- pertanian Negara, - dikerjakan sendiri,

- dijadikan pertanian rakyat (sebagai masa peralihan diadakan kontrak kolektif dengan para penggarap).

Dengan keterangan sebagai di atas ini maka pembatasan maximum pemilikan tanah pertanian, selalu disesuaikan tiap-tiap akhir jaarplan:

a. taraf hidup dalam waktu itu; b. kemajuan productivitiet;

c. tebal tipisnya petani dalam suatu daerah.

Pemilikan atas tanah bukan tanah pertanian (perhewanan atau perikanan dan lain-lain sejenisnya) disesuaikan dengan pendirian bahwa itu sangat perlu untuk lainnya (untuk tempat tinggal dan pabrik-pabrik) dengan sendirinya dibatasi sesuai dengan keperluan.

***

Dikehendaki adanya pimpinan yang berani bertindak dengan tegas serta berani mengubah tradisi-tradisi, terutama cara berfikir di alam kolonial dan dapat percaya pada diri sendiri. Idee demokrasi terpimpin hendaknya selekas mungkin direaliseer.

Ide tersebut adalah suatu jalan guna mencegah penyalahgunaan yang terus menerus dan jalan yang dapat menyelamatkan keadaan untuk selekas-lekasnya menuju ke cita-cita rakyat sebagai telah diamanatkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945. Walaupun Indonesia berlainan ideologi misalnya dengan R.R.T. (Indonesia Pancasila, R.R.T. Komunis), tetapi dengan pimpinan tegas, seperti termaktub

185

dalam demokrasi terpimpin dan pembangunan terpimpin, maka indonesia akan mencapai cita-citanya. Kita perlu untuk mencapai tujuan itu mendidik kader-kader Pancasila, untuk melaksanakan tujuan itu dengan tegas.