• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Adapun kajian ini sangat terbatas, hanya meneliti metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia, yaitu mengkaji tentang kategorisasi semantis beserta maknanya. Penulis merasa masih penelitian ini masih membutuhkan penelitian-penelitian lain yang perlu ditindaklanjuti dengan mengkaji beberapa metafora lainnya. Dengan penelitian ini penulis berharap memperoleh generalisasi tenteng metafora PENYAKIT, khususnya dalam persfektif linguistik kognitif dengan menggunakan teori metafora konseptual lainnya. Dengan demikian, model penelitian ini tentunya dapat dikembangkan untuk meneliti metafora PENYAKIT pada bahasa-bahasa lain, atau kajian tentang PENYAKIT lainnya.

(2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep tersebut berkaitan dengan topik penelitian ini, yaitu, metafora, penyakit, kategorisasi, makna, ranah sumber, ranah sasaran.

2.1.1 Metafora

Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:19), metafora adalah mekanisme kognitif dalam memahami satu ranah pengalaman, berdasarkan struktur konseptual dari ranah pengalaman lain yang bertalian secara sistematis. Metafora dalam penelitian ini merupakan mekanisme yang dituliskan penulis untuuk mengungkapkan jenis-jenis peristiwa, khususnya peristiewa-peristiwa yang berbeda.

Dalam Lakoff dan Johnson (1980) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan prinsip antara pemakaian bahasa harfiah dan pemakaian bahasa metaforis. Menurut kedua ahli tersebut, hal itu

terjadi karena “sebagian besar proses pikiran manusia adalah metaforis” dan “sistem konseptual manusia dibangun dan dibatasi secara metaforis”.

2.1.2 Penyakit

Pengertian penyakit dalam KBBI (2010), penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup; gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem fatal atau jaringan pada organ tubuh (pada makhluk hidup). Penyakit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyakit yang menyerang tubuh, bukan menyerang pikiran atau jiwa. Tubuh mengalami rasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (penyakit).

2.1.3 Kategorisasi

Lakoff (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa kategorisasi merupakan wadah abstrak, dan benda-benda terletak di dalam atau di luar kategori. Benda-benda dianggap sebagai kategorisasi yang sama jika hanya memiliki ciri-ciri tertentu secara umum, ciri-ciri tersebut akan digunakan untuk membatasi kategorinya.

Kategorisasi adalah proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam ketegori-kategori tertentu yang bermakna (Turner, dkk dalam Hanifa, 2013). Contohnya enam kategori penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, kanker, tumor, demam berdarah, stroke, dan batu ginjal.

2.1.4 Makna

Menurut KBBI makna merupakan arti, atau maksud pembicara atau penulis terhadap pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Adapun makna yang digunakan

dalam penelitian ini adalah makna konotatif. Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

2.1.5 Skema-Citra

Johnson dan Kovecses (dalam Siregar 2013), mengatakan bahwa skema-citra adalah pola-pola dinamis yang berulang dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita. Dalam kaitan dengan defenisi skema-citra, Kovecses (dalam Siregar 2013), menegaskan bahwa skema-itra pada dasarnya adalah imajistik dan tidak proposisional dan kedua, skema-citra sangat skematik atau abstrak.

2.1.6 Ranah Sumber dan Ranah Sasaran

Konvecses (dalam Siregar 2013) mengatakan bahwa ranah sumber ialah jenis ranah yang lebih konkrit, sedangkan ranah sasaran adalah jenis ranah yang lebih abstrak. Ranah Sumber yang lebih konkrit digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010:17) metafora sebagai ekspresi bahasa terdapat dalam sistem konseptual manusia. Mereka menyatakan bahwa pencipta metafora sesungguhnya merupakan satu aspek dari kecenderungan manusia dalam menggolongkan pengalamannya. Dalam kalimat lain, cara manusia menata pikirannya, menerapkan pengalamannya, ataupun melakukan tindakannya sehari-hari, sebagian besar berdimensi metaforis.

Konsep metafora mulai berkembang sejak terbitnya buku Metaphors We Live By (1980) yang ditulis oleh George Lakoff bersama koleganya, Mark Johnson. Buku ini menginspirasi pengembangan paradigma liguistik kognitif (Siregar, 2013:15). Lakoff (dalam Silalahi, 2005:2) menyatakan bahwa metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora.

Dalam penelitian ini diterapkan teori Metapora Konseptual yang bersumber dari ancangan linguistik kognitif. Siregar (2013) dalam tesisnya, menjelaskan bahwa ciri penting dari teori ini adalah pemanfaatan aspek tertentu dari ranah sumber atau ranah sasaran yang berperan pada metafora. Artinya, jika disarankan bahwa metafora konseptual dapat dinyatakan dengan A adalah B, ini tidak berarti bahwa seluruh konsep A atau B tercakup, yang dipilih hanyalah konsep tertentu.

Teori metafora konseptual bukanlah teori yang asing lagi bagi literatur bahasa Indonesia. Telah banyak ahli yang menerapkan teori metafora konseptual di dalam penelitian mereka. Silalahi (2005) memakai teori metafora konseptual pada kajiannya “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”. Silalahi menjelaskan delapan jenis metafora dalam bahasa Batak Toba yang memiliki struktur/pola, seperti X adalah Y, atau X sebagai Y. Siregar (2013) juga menerapkan teori metafora konseptual pada tesisnya, “Metafora CINTA dalam Bahasa Angkola”.

Pemetaan konseptual mampu menjelaskan konsep dan makna dari leksikal PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Proses dalam langkah yang dilakukan pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep-konsep yang mengonseptualisasikan metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan ciri semantisnya. Pada tahap analisis, teori metafora konseptual dimuat dalam bentuk pemetaan konseptual dalam ranah sasaran ke ranah sumber.

Dalam penelitian ini, metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia dianalisis memakai skema-citra. Menurut Kovecses (dalam Mulyadi, 2010:19), skema-citra ialah pola-pola yang berulang, pola-pola dinamis dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita”. Skema-citra berperan penting dalam struktur konseptual.

Tanpa penggunaan skema-citra, sukar bagi siapa pun untuk memahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir dan bertindak pada dunia, karena mencerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan dan mengalami daya, dan lain-lain, manusia membentuk struktur konseptual dasar yang kemudian digunakan untuk menata pikiran melintasi rentang ranah yang lebih abstrak. Johnson (dalam Siregar, 2013:18), skema-citra sebagai suatu level struktur kognitif yang lebih primitif yang mendasari metafora dan menyajikan hubungan sistematis antara pengalaman badani dan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa.

Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memiliki elemen struktural “sumber”, “jalur”, dan “arah”. Berdasarkan logika dasarnya, apabila seseorang pergi dari A ke B dia harus melewati setiap titik persimpangan yang menghubungkan A dengan B. Metafora hidup sebagai PERJALANAN mengasumsikan skema SUMBER-JALUR-TUJUAN. Pemetaan dan submetafora pada metafora kompleks ini adalah MAKSUD sebagai TUJUAN. Peristiwa kompleks juga pada umumnya melibatkan keadaan awal (SUMBER), tahap tengahan (JALUR) dan tahap akhir (TUJUAN). Hal tersebut menjelaskan bahwa skema-citra menyediakan pemahaman tentang dunia, baik secara harfiah maunpun secara figuratif (Adapun penjelasan tentang skema-citra, dikutip dari kovecses dalam Siregar (2013) dan Mulyadi(2010)) .

2.3 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada bagian ini peneliti meninjau secara ringkas penelitian sebelumnya yang saling berhubungan dengan penelitian ini.

Pertama, Siregar (2013) dalam penelitian yang berjudul “Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola” membahas kategorisasi makna metafora cinta dengan menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitian diperoleh dari sejumlah narasumber melalui wawancara dan juga melalui penyebaran angket. Menurur Siregar metafora cinta dalam bahasa Angkola terdiri atas sembilan kategori, yaitu (1) CINTA sebagai CAIRAN DALAM WADAH, (2) CINTA sebagai DAYA, (3) CINTA sebagai BINATANG BUAS, (4) CINTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJALANAN, (6) CINTA sebagai PERANG, (7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CINTA sebagai PERMAINAN. Pemetaan dalam penelitian Siregar terdapat lima skema, yaitu (1) skema WADAH, (2) skema DAYA, (3) skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, (4) skema RUANG, (5) skema HUBUNGAN.

Penelitian ini banyak memakai model penelitian yang digunakan oleh Siregar. Analisis yang digunakan sangat menginspirasi untuk melakukan penelitian ini, khususnya cara untuk penetapan kategorisasi dan pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.

Kedua, Mulyadi (2010a) dalam artikel yang berjudul “Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia” membahas tipe-tipe metafora emosi dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh verba gerakan. Teori yang digunakan adalah teori metafora konseptul. Data bersumber dari surat kabar dan majalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi emosi dalam bahasa Indonesia terdiri atas sembilan tipe metaforis, yaitu (1) CAIRAN, (2) BENDA, (3) LAWAN, (4) BINATANG BUAS, (5) MUSUH TERSEMBUNYI, (6) BEBAN, (7) TEMPAT, (8) DAYA

ALAMI, (9) DAYA FISIK. Penelitian Mulyadi menghasilkan dua pemetaan ranah pengalaman gerakan dan emosi pada metafora emosi, yaitu skema WADAH dan skema RUANG. Pemetaan tersebut merupakan susunan sistematis antara ranah sumber dan ranah sasaran melibatkan gagasan kendali.

Penelitian Mulyadi memberi kontribusi dalam penelitian ini untuk lebih memahami batasan-batasan citra metaforis serta pemetaan yang dilakukan sangat bermanfaat dalam penelitian ini.

Ketiga, Rajeg (2009) meliputi metafora konseptual dan metonimi yang berjudul “Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan”: Metaphoric and Metonymic Conceptualisation of Love in Indonesia. Konsep emosi cinta dalam bahasa Indonesia dipahami dalam konsep metafora dan metonimi. Rajeg menghasilkan empat belas tipe metafora konseptual yang membangun struktur konsep cinta, yaitu (1) CINTA adalah CAIRAN PADA SUATU WADAH, (2) CINTA adalah KESATUAAN BAGIAN, (3) CINTA adalah IKATAN, (4) CINTA adalah API, (5) CINTA adalah KEGILAAN, (6) CINTA adalah MABUK, (7) CINTA adalah KEKUATAN, (8) CINTA adalah ATASAN, (9) CINTA adalah LAWAN, (10) CINTA adalah PERJALANAN, (11) OBJEK CINTA adalah DEWA/DEWI, (12) OBJEK CINTA KEPEMILIKAN, (13) RASIONAL adalah (ke) ATAS, EMOSIONAL adalah (ke) BAWAH, (14) SADAR adalah (ke) ATAS, TIDAK SADAR adalah (ke) BAWAH.

Keempat, Silalahi (2005), dalam artikel yang berjudul “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”, membahas metafora KATA dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori metafora konseptual. Datanya berasal dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kabupaten Toba Samosir.Dalam penelitiannya terdapat delapan tipe semantis metafora KATA dalam bahasa Batak Toba, yaitu (1) KATA sebagai BENDA, (2) KATA sebagai

CAIRAN, (3) KATA sebagai HEWAN, (4) KATA sebagai MAKANAN, (5) KATA sebagai MANUSIA, (6) KATA sebagai PERJALANAN, (7) KATA sebagai SENJATA, (8) KATA sebagai TUMBUHAN.

Hasil penelitian Silalahi sangat bermanfaat untuk menjadi acuan penelitian ini karena memakai analisis dan konsep metafora dalam kerangka semantik kognitif.

Kelima, Siregar (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Metafora Kekuasaan dan Metafora melalui Kekuasaan: Melacak Perubahan Kemasyarakatan melalui Perilaku Bahasa”. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitiannya adalah data tulis, dengan korpus yang kaya, luas, serta variatif. Hasil penelitiannya mengungkapkan beberapa kategorisasi, yaitu (1) POLITIK sebagai CAIRAN, (2) POLITIK sebagai API, dan (3) POLITIK sebagai PERANG, dan sebagainya.

Penelitian Siregar dalam penelitian ini sangat penting khususnya analisa yang digunakan bermanfaat untuk penggunaan dalam penelitian ini yang juga menerapkan penetapan kategorisasi serta pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan proses berpikir manusia. Namun, tidak semua bahasa mengalami perkembangan yang sama karena perbedaan dalam kemampuan berpikir dari masyarakat yang menjadi pengguna bahasa itu. Ada bahasa yang yang berkembang dengan cepat, tetapi ada bahasa yang berkembang dengan lambat.

Salah satu penggunaan bahasa yang bersumber dari proses berpikir penutur bahasa disebut metafora. Dalam metafora, penutur bahasa melakukan “penyimpangan” terhadap kaidah makna karena bertujuan untuk menyampaikan gagasan secara khusus. Artinya, penutur bahasa memperluas gagasan dari bahasa yang digunakannya untuk menyampaikan makna tertentu. Metafora berfungsi untuk memperindah dan memperhalus suatu bahasa yang berperan dalam mengungkapkan suatu teks bacaan ataupun yang telah didengarkan terhadap sesuatu yang dipahami secara tidak langsung dan mengacu pada makna yang diciptakan.

Hal ini didasarkan asumsi penutur bahasa bahwa ekspresi dalam makna harfiah sulit dipahami dengan baik, kecuali menggunakan ekspresi metaforis. Penulis terkadang mengungkapkan metafora secara kreatif, pemakaian metafora tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dan minat pembaca. Misalnya, ekspresi metaforis seperti mendidih darahnya, hancur hatinya, atau waktu adalah uang dalam bahasa Indonesia sering terdengar dan lazim digunakan. Ekspresi di atas secara harfiah mengandung makna ‘marah’, ‘sedih’, dan ‘komoditas berharga’.

Penggunaan metafora dalam bahasa pada dasarnya adalah untuk menyampaikan konsep-konsep abstrak. Dengan menggunakan metafora, konsep-konsep-konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Misalnya, medis, khususnya penyakit, banyak ungkapan metaforis yang digunakan dalam berbagai media cetak seperti terserang penyakit, penyakit berbahaya, serangan jantung, ancaman kanker, atau menghindari penyakit .

Penelitian tentang metafora penyakit dalam bahasa Indonesia penting untuk dilakukan. Adapun alasan yang mendasar adalah penelitian ini mengungkapkan makna penyakit dalam pikiran penutur bahasa Indonesia. Dalam media cetak ataupun elektronik sering dijumpai pelanggaran bahasa terhadap aturan pemakaiannya, misalnya teks-teks surat kabar ataupun majalah sering menggunakan ekspresi metafora yang bertujuan menarik perhatian dan minat para pembaca.

Jika pemakaian penyakit hanya dipahami sebagai konsep penyakit yang digunakan secara universal dapat diartikan bahwa ekspresi metaforis untuk konsep penyakit akan ditemukan pada semua bahasa walaupun pengunaaan penutur dalam mengkonseptualisasikan kata yang dihubungkan sebagai penyakit itu berbeda-beda. Berhubungan dengan metafora yang merupakan konseptualisasi pengalaman manusia yang bersumber dari bahasa alami, penelitian ini menyampaikan konsepsi dan persepsi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat MPBI). Contoh ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung, serta pemakaian metafora pada surat kabar dan majalah adalah sebagai berikut.

(1) ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang menyerang saraf motorik. (Analisa,1 September 2014 hlm.27).

(2) Serangan kanker payudara lebih sering ditemukan pada kelompok pengguna hormon [...] (Medical Update 2008 hlm.38).

Contoh di atas menunjukkan konsep ekspresi metaforis dalam bahasa Indonesia. Dengan penggunaan metafora, pada kalimat (1) dan (2) terlihat lebih jelas. Pada kalimat (1), ekspresi metafora penyakit diungkapkan secara langsung dengan menggunakan kata penyakit. Pada kalimat (2) metafora penyakit diungkapkan melalui pemakaian kata kanker payudara yang juga merupaka bagian dari penyakit . Dalam kalimat (1) terlihat jelas bahwa kata penyakit tetap bermakna sebagai penyakit yang dipahami secara umum, sedangkan pada kalimat ekspresi penyakit diungkapkan dengan kanker payudara merupakan ekspresi figuratif yang bermakna penyakit yang ada dalam tubuh. Dalam hal ini penyakit dimaknai sebagai MUSUH.

Tidak mudah menafsirkan suatu ungkapan sebagai penyakit. Misalnya:

(3)Sedangkan pengobatan virus lebih bersifat mendukung hingga tubuh bisa melawan virus tersebut. (Anakku, 2014:46).

(4)Pasalnya setiap musim hujan kita kerap diserang pilek dan masuk angin. (Analisa, 22 September 2014).

Ungkapan melawan virus dan diserang pilek tidak ditafsirkan sebagai penyakit melainkan tetap diartikan sebagai virus, ataupun pilek yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pada kedua contoh diatas terdapat pemakaian metafora yang bertujuan untuk menarik perhatian dan sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu pembaca mengenai informasi atau berita tersebut. Hal ini yang membuat peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian metafora kata penyakit yang ditemukan pada majalah dan surat kabar. Dalam hal ini terlihat bahwa kajian semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini akan diperhatikan bahwa semantik metafora kata penyakit dalam bahasa Indonesia meliputi kategorisasi dan makna yang ada.

Perumusan masalah dilandaskan atas asumsi bahwa metafora telah banyak digunakan dalam berbagai penggunaan bahasa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah pemetaan konseptual metafora penyakit dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuan yang memberikan arah dan beberapa pengertian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan kategorisasi metafora penyakit dalam bahasa Indonesia.

2. Mendeskripsikan pemetaan ranah sumber dan ranah sasaran pada metafora penyakit dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu secara teoritis dan secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis:

(1) Memberikan informasi tentang metafora yang digunakan dalam teks majalah dan surat kabar.

(2) Memberikan manfaat bagi perkembangan teori linguistik serta gambaran tentang makna metafora penyakit secara konseptual.

1.4.2 Manfaat Praktis:

(1) Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya tentang metafora konseptual.

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

Sry Gledis Octolya Nababan

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan makna pada metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema-citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

SRY GLEDIS O NABABAN NIM 100701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

Sry Gledis Octolya Nababan

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan makna pada metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema-citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil akhir dari kegiatan akademik selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun material, dan langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Bapak Dr. Syamsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia.

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia. 5. Bapak Dr. Mulyadi, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

membimbing dan memberikan saran-saran yang sangat membangun untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Pribadi Bangun, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberi saran-saran yang cukup berharga kepada penulis.

7. Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Ayahanda S. Nababan dan Ibunda R. br Lumbantoruan yang sangat penulis kasihi telah memberikan kasih sayang, doa, dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

10. Saudara-saudara penulis yang selalu mendukung dan memberikan doanya, Sonang Nababan, Alex Nababan, Wanry Nababan, Gito Nababan, Jonathan Nababan, Yena Tampubolon, Joel Sipahutar, Hembang Sipahutar, Jordan Sipahutar, Vivi Siburian, Jenny Nababan, dan Jepri Nababan.

11. Kepada keluarga penulis pinompar op. Sonang Nababan/br Lumbantoruan dan pinopar op. Surung Lumbantoruan/br Nababan yang tidak henti – hentinya selalu memberikan dukungan positif bagi penulis.

12. Teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan nasehat dan dukungan positif bagi penulis. Cyntia Siahaan, Basaria Simanjuntak, Ruperla Purba, Desy Panggabean, Rinjani Naibaho, Afron Sianturi, Gorga Simbolon, Lasro Nadeak, para penghuni K-20, Emilia Pranata, Annamia, Desy Pakpahan, Friska Sianipar, Maryam Simanjuntak, Halomoan dan Irna Sitompul, serta Divino Sitinjak yang jauh di Padangsidimpuan.

13. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyajiannya. Karena itu penulis berharap kiranya pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga seluruh pihak yang berjasa kepada penulis, senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2015

DAFTAR ISI ABSTRAK ... i PRAKATA ... ii DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR LAMBANG ... x BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1 1.1Latar Belakang………... 1 1.2Rumusan Masalah………... 4 1.3Tujuan Penelitian………... 4 1.4Manfaat Penelitian ... 4 1.4.1 Tujuan Penelitian……….. 4 1.4.2 Manfaat Penelitian……….………... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…. 6 2.1 Konsep………... 6

2.2 Landasan Teori..……….. 8

2.3 Tinjauan Pustaka……….. 11

BAB III METODE PENELITIAN……….…... 15

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………... 15

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ………... 17

Dalam dokumen Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia (Halaman 38-60)

Dokumen terkait