• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

1. Diharapkan kepada media online kompas.com ke depannya lebih memperhatikan kode etik jurnalistik (KEJ) dan sembilan elemen jurnalisme. Supaya bisa menekan pelanggran kode etik jurnalistik terhadap berita online. Selain itu kompas.com harus lebih mendahulukan ke telitian dari pada kecepatan.

2. Bagi penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode penelitian analisis isi pelanggaran kode etik jurnalistik diharapkan lebih bisa melihat penerapan dan pelanggran KEJ pada media online serta mendalami wawasan tentang media, terutama media online.

Arif, Ahmad (2010). Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme, Jakarta: Gramedia

Arif, Ahmad (2011). Jurnalisme Bencana: Tugas Suci, Praktik Cemar. “Komunikasi Bencana”. Yogyakarta: ASPIKOM bekerjasama dengan Buku Litera, Yogyakarta & Perhumas BPC Yogyakarta.

Badri, M (2011). Paradigma Jurnalisme Sensitif Bencana. “Komunikasi bencana” Yogyakarta: ASPIKOM berkerjasama dengan Buku Litera, Yogyakarta & Perhumas BPC Yogyakarta.

Eriyanto (2011) . Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu – Ilmu Sosial Lainya, Jakarta: Kencana

Hamdi, Asep Saepul dan Bahruddin E (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish

Hartono, Iman Dudi (2012). Infotainmen proses produksi dan praktik jurnalistik. jakarta: Akademia

Ishwara, Luwi (2005). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Kovach, B. & Rosenstiel, T. (2001). Sembilan Elemen Jurnalisme ; Apa yang

Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Jakarta : Yayasan Pantau.

Krippendorff, Klaus (1991). Analisis Isi : Pengantar Teori dan Metodologi Jakarta: Rajawali Pers

Press

Masduki (2007). Wajah Ganda Media Massa dalam Advokasi Bencana Alam dalam Widyanta. AB, dkk Ricuh di Tanah Gempa. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

Muis (1999). Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa. Jakarta: Dhan Anuhama Nazir, Moh (2011). Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia

Soyomukti, Nurani (2010). Pengantar ilmu komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Sudiati, Vero dan Widyamartaya Aloys (2005). Menjadi Wartawan Muda. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Suhandang, Kustadi (2010). Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, & Kode etik, Bandung: Nuansa

Sumadiria, Haris (2006). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama media

Suryawati, Indah (2011). Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia

West, Richard dan Turner, H Lynn (2007). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Ilmiah SCRIPTURA Vol. 3 No. 1, Januari 2009: 8 – 18

Hidayati, D (2005). Panduan siaga bencana berbasis masyarakat, Jurnal komunika Edisi 8 (1).

Meliya S, Fitri (2014). Analisis Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Harian Serambi Indonesia, Jurnal Interaksi, Vol 3 No 2, Juli 2014 : 131-139.

Sulistyowati, Fadjarini (2004). Organisasi Profesi Jurnalis dan Kode Etik Jurnalistik, Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 1 No. 1, Juni 2004: 113-126

Wijaya, Sri Herwindya B (2014). Disaster Journalism di Indonesia dalam Kritik, Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 1, Januari 2014: 77-84.

Skripsi:

Dewi, Utami (2009). Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitan Kriminal (Analisis isi Terhadap Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kriminal pada Halaman Depan SKH “Merapi” dan SKH “Meteor” Bulan April – Mei 2008). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nikmah, Faizatun Nurul (2015). Kecenderungan Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Tabloid “NYATA” (Analisis Isi Pemberitaan Kekerasan Seksual pada Anak di Tabloid “NYATA” Edisi Bulan Januari – Bulan Desember 2014). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Retno, Widyo Anggun (2015). Penerapan dan Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Pada SKH KOMPAS ( Analisis Isi Kecenderungan dan Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitan Kecelakan Pesawat Airasia QZ8501

http://dewanpers.or.id/peraturan/detail/190/kode-etik-jurnalistik di akses 24 Februari 2016

http://inside.kompas.com/about-us di akses 18 November 2015 http://pwi.or.id/index.php/uu-kej di akses 16 November 2015

http://sji-pwi.org/index.php/berita/makalah-bahan-ajar-dosen-sji/67-mengenal-dan-memahami-kode-etik-jurnalistik-marah-sakti-siregar di akses 17 November 2015

http://inside.Kompas.com/about-us di akses 16 Maret 2016 http://www.statshow.com/ di akses 16 Maret 2016.

http://www.kompas.com/ di akses 17 November 2015 Sumber lain

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 - BNPB

www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdf di akses 24 Februari 2016 jam 10:41 WIB

Undang-Undang NO. 40 TAHUN 1999 TENTANG

PERS maluku.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/lvmk1385532960.pdf di akses 24 Februari 2016 jam 13:21 WIB

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. menghormati hak privasi;

c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

dengan kesepakatan. Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

(Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan

PersNomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan

Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers)

Nama: Ari prasatyo

NIM: 20120530205

No Jenis Pelanggran Jumlah Persentase Pasal 1

1. Wartawan tidak Independen seperti memberitakan peristiwa atau fakta dengan campur tangan pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

4 3,50 %

2. Pemberitan tidak Akurat berarti tidak

sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi

6 5,26 %

3. Pemberitan tidak Berimbang, tidak

melakukan cover both side 0 0%

4. Wartawan tidak beritikad buruk seperti

menimbulkan kerugian pihak lain. 4 3,50 %

Pasal 2

1. Wartawan tidak perfisional dengan

tugasnya seperti: tidak menunjukkan identitas narasumber, tidak menghormati hak privasi, tidak menunjukakan sumber yang jelas, tidak mengsensor foto gambar dan suara.

17 14,91%

Pasal 3

menghakimi 19 16,66 %

4. Tidak menghakimi seseorang. 5 4,38 %

Pasal 4

1. Wartawan memberitakan bohong dan

fitnah 7 6,14 %

2. Memberitakan berita cabul yang

mengbangkitkan birahi

0 0

Pasal 5

1. Wartawan menyebutkan identitas

korban dan pelaku kejahatan 0 0

Pasal 6

1 Wartawan menerima suap 0 0

2. Wartawan mengambil keuntungan

pribadi atas info yang diperoleh

0 0

Pasal 7

1. Wartawan tidak melakukan hak tolak

dan mengungkap narasumber yang membahayakan

0 0

2. Wartawan tidak menghormati informasi

“off the record”

0 0

Pasal 8

1. Wartawan melakukan diskriminasi sara 0 0

2. Wartawan merendahkan harkat dan

martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat.

0 0

1. Wartawan tidak mencabut atau meralat

berita yang keliru 0 0

2. Waratawan tidak memintak maaf 0 0

Pasal 11

1. Wartawan tidak memberitakan hak

jawab atas informasi yang menrugikan nama baik narasumber.

0 0

2. Wartawan tidak memperbaiki informasi

yang merugikan nama narasumber 0 0

Nama: Erwin Rasyid

NIM: 20120530121

No Jenis Pelanggran Jumlah Persentase Pasal 1

1. Wartawan tidak Independen seperti memberitakan peristiwa atau fakta dengan campur tangan pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

3 2,63 %

2. Pemberitan tidak Akurat berarti tidak

sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi

6 5,26 %

3. Pemberitan tidak Berimbang, tidak

melakukan cover both side 0 0

4. Wartawan tidak beritikad buruk seperti

menimbulkan kerugian pihak lain. 3 2,63 %

Pasal 2

1. Wartawan tidak perfisional dengan

tugasnya seperti: tidak menunjukkan identitas narasumber, tidak menghormati hak privasi, tidak menunjukakan sumber yang jelas, tidak mengsensor foto gambar dan suara.

14 12,28 %

Pasal 3

menghakimi 14 12,28 %

4. Tidak menghakimi seseorang. 3 2,63 %

Pasal 4

1. Wartawan memberitakan bohong dan

fitnah 5 4,38 %

2. Memberitakan berita cabul yang

mengbangkitkan birahi

0 0

Pasal 5

1. Wartawan menyebutkan identitas

korban dan pelaku kejahatan 0 0

Pasal 6

1 Wartawan menerima suap 0 0

2. Wartawan mengambil keuntungan

pribadi atas info yang diperoleh

0 0

Pasal 7

1. Wartawan tidak melakukan hak tolak

dan mengungkap narasumber yang membahayakan

0 0

2. Wartawan tidak menghormati informasi

“off the record”

0 0

Pasal 8

1. Wartawan melakukan diskriminasi sara 0 0

2. Wartawan merendahkan harkat dan

martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat.

0 0

1. Wartawan tidak mencabut atau meralat

berita yang keliru 0 0

2. Waratawan tidak memintak maaf 0 0

Pasal 11

1. Wartawan tidak memberitakan hak

jawab atas informasi yang menrugikan nama baik narasumber.

0 0

2. Wartawan tidak memperbaiki informasi

yang merugikan nama narasumber 0 0

Dokumen terkait