• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang, berikut sejumlah saran yang bisa disampaikan.

1. Bagi peserta didik

Peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan setalah mendapat pelajaran. Tujuannya ialah supaya mereka bisa menjadi insan yang disiplin dan bisa beribadah dengan baik di kehidupan sehari-hari. 2. Bagi pendidik

Saran bagi pendidik di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang diantaranya:

a. Mampu menaikkan kualitas pendidik untuk mengetahui sejauh mana potensi yang peserta didik miliki.

b. Mampu melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu mengaplikasikan metode yang lebih variatif.

c. Menaikkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.

3. Bagi pengurus SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

a. Untuk senantiasa berupaya melengkapi sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan belajar mengajar peserta didik agar lebih efektif. b. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan keluarga

4. Bagi Masyarakat Desa Landuh Kecamatan Rantau Aceh Tamiang

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dalam kemajuan bersama.

b. Memperbanyak silaturahmi dan mendukung kegiatan peserta didik sebagai ajang penguatan emosional.

c. Andil dalam menciptakan lingkungan positif dalam menunjang proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan kreativitasnya seoptimal mungkin.

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, (2012), Hadits Tarbawi (hadits-hadits pendidikan), Jakarta: Kencana.

Achyar Zein, (2010), Al-Quran Kitab Kehidupan, Medan: IAIN PRESS.

Ahmad Wasita, (2012), Seluk beluk Tuna Rungu dan Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya, Yogyakarta: Javalitera.

Al rasyidin, (2008), Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Andi Prastowo, (2015), Menyusus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu, Jakarta: Prenadamedia Group.

Ardhi Widjaya, (2015), Memahami Anak Tunarungu, Yogyakarta: Familia. Asrori dan Djainul Ismanto, (2018), Metode Pendidikan Agama islam Pada Anak

Berkebutuhan Khusus (Tunarungu) di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya, Tadarus Jurnal Pendidikan islam, Vol 7.

Bandi Delphie, (2006), Pembelajaran Anak Bekebutuhan Khusus, Bandung: PT Refika Aditama.

Emzir, (2012), Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Haidar Putra Daulay, (2014), Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, Jakarta: Kencana.

Jonathan Sarwono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kurnali Sobandi, (2016), Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama islam, Bogor: Pustaka Aufa Media.

M. Fadhillah, dkk., (2014), Edutainment pendidikan anak usia dini, Jakarta: Kencana.

M. Quraish Shihab, (2009), Tafsir Al-Misbah Jilid 1, Ciputat: Lentera Hati. M. Quraish Shihab, (2009), Tafsir Al-Misbah Jilid 6, Ciputat: Lentera Hati. Mardianto, (2012), Psikologi Pendidikan, Medan: Perdana Publishing.

Masganti Sitorus, (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Medan: IAIN Press.

Nurmawati, (2016), Evaluasi Pendidikan Islam, Bandung: Citapustaka Media. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008.

Roko Patria Jati dan Sri Sulastri, (2016), Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Peserta didik Tunarungu, Jurnal kajian Pendidikan Islam, Vol 8, No. 1. Salminawati, (2012), Filsafat pendidikan Islam, 2012, bandung: Citrapustaka

Media Perintis.

Samsurrohman, (2014), Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: AMZAH. Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Syafaruddik, dkk, (2016), Ilmu Pendidikan Islam, 2016, Jakarta; Hijri Pustaka Utama.

Taufik Adnan Amal, (2013), Rekonstuksi Sejarah Al-Quran, Jakarta: PT Pustaka Alvabet.

Thahroni Taher, (2013), Psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ulil Amri Syafri, (2012), Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran, Jakarta: Rajawali Press.

Pasal 3.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal I.

Wahyudin Nur Nasution, (2017), Stategi Pembelajaran, Medan; Perdana Publishing.

Wajihudin Al-Hafidz, (2016), Misi Al-Quran, Jakarta: AMZAH.

Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

LAMPIRAN 4

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

A. Pedoman Observasi

1. Mengamati sarana dan prasarana

2. Mengamati proses pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

3. Mengamati faktor pendukung dan penghambat serta usaha pemecahannya dalam pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

B. Pedoman Wawancara

Informan : Guru PAI SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

1. Bagaimana pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu ?

2. Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran (Silabus dan RPP)?

3. Apa materi Al Quran yang diajarkan di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang ?

4. Metode dan media apa yang digunakan dalam pembelajaran A-Quran di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

5. Bagaimana dengan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran ?

6. Apa saja hambatan dan usaha pemecahannya dalam pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

Informan : Kepala Sekolah SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

1. Bagaimana profil sekolah dan sejarah berdirinya SLB Negeri pembina Aceh Tamiang ?

2. Bagaimana pendidik yang mengajar di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

3. Bagaimana kondisi peserta didik yang ada di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

4. Apa kurikulum yang digunakan di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

C. Dokumentasi

1. Visi dan misi SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang 2. Struktur Organisasi

3. Sarana dan prasarana di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang 4. Guru dan Peserta didik tunarungu tingkat SMPLB

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus untuk mata pelajaran Al-Quran

LAMPIRAN 5

Catatan Lapangan I

Metode Pengumpulan data: Wawancara

Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Maret 2020

Jam : 09.50 WIB

Lokasi : Ruang Guru

Sumber data : Bapak Muhammad Arfandi, S.Pd.I

Deskripsi data:

Informan adalah pendidik yang mengajar Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang.

Pertanyaan: Bagaimana pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu ?

Pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu sama saja dengan pembelajaran di sekolah pada umumnya. Namun, dalam proses pembelajaran terdapat modifikasi agar pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik dan dapat diterima dengan baik.

Pertanyaan: bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum

melaksanakan pembelajaran (Silabus dan RPP)?

Sebelum mengajar, hal-hal yang dipersiapkan adalah membuat silabus dan RPP. Hanya saja, silabus dan RPP yang telah disusun tidak dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, karena memang belum disesuaikan dengan kondisi peserta didik tunarungu. Jadi, silabus dan RPP yang disusun hanya sebagai

rencana yang tertulis, sedangkan proses belajar mengajar tidak dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hal ini karena, sebagai pendidik tidak bisa memaksakan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dari kurikulum yang digunakan kepada peserta didik tunarungu. Untuk mengatasinya, dengan menurunkan Kompetensinya dalam pelaksanaannya.

Pertanyaan: apa materi Al Quran yang diajarkan di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang ?

Untuk cakupan materi dalam pembelajaran Al-Quran, sama saja dengan materi pembelajaran Al-Quran di SMP pada umumnya, arena kemampuan peserta didik tunarungu sama saja dengan kemampuan peserta didik anak normal, mereka hanya memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara, hal yang dilakukan adalah dengan menurunkan kompetensinya dan materinya dirancang secara sederhana dan ringan sehingga peserta didik dapat menerima pembelajaran tanpa mengalami kesulitan yang besar, materinya berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai seorang muslim agar mereka tetap mampu menerapkannya dalam ibadah. Dan materi yang digunakan pada pembelajaran Al-Quran untuk peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang adalah surat-surat pendek, yaitu surat al-fatihah, al-ikhlas, an-nas, al-falaq,

Pertanyaan: metode dan media apa yang digunakan dalam pembelajaran A-Quran di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

Dalam proses pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu menggunakan metode ceramah dengan bahasa isyarat, metode latihan (drill), dan metode resitasi. Metode ini digunakan karena menyesuaikan kondisi peserta didik sehingga peserta didik mampu menerima pembelajaran dan memahami materi

pembelajaran. Untuk media yang dipakai ialah menggunakan Al-Quran, media visual seperti gambar sederhananya huruf hijaiyah. Untuk menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa isyarat, lalu diikuti oleh peserta didik secara perlahan. kemampuan peserta didik dalam mengeluarkan suara masih ada walaupun tidak seperti peserta didik pada umumnya.

Pertanyaan: Bagaimana dengan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran ?

Evaluasi yang digunakan pada pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu, yaitu evaluasi harian berupa tugas yang diberikan untuk dikerjakan peserta didik, seperti menghapal huruf hijaiyah dengan bahasa isyarat dan suara peserta didik, menulis surat pendek seperti al-fatihah. Selain itu evaluasi berupa tes formatif, tes hasil belajar peserta didik agar pendidik mengetahui kemampuan peserta didik.

Pertanyaan: Apa saja hambatan dan usaha pemecahannya dalam pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

Hambatan dalam pembelajaran Al-Quran pada peserta didik antara lain karena kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara, sehingga pembelajaran sedikit sulit. Usaha pemecahannya, ketika proses belajar mengajar berlangsung, pendidik harus mampu menggunakan metode yang variatif, dengan bahasa isyarat agar peserta didik memahami materinya dan melakukan pendekatan kepada peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar karena keterbatasan mereka bukanlah hambatan untuk menambah ilmu dunia dan akhirat, selain itu kurangnya tenaga pendidik

untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga pendidik harus menggabungkan peserta didik dari kelas VII, VIII, dan IX dalam satu kelas, padahal materi pembelajaran yang seharusnya diberikan memiliki tingkatan yang berbeda.

LAMPIRAN 6

Catatan lapangan 2

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Hari/Tanggal : 29 januari, 5, 12, dan 19 Februari 2020

Jam : 08.00-09.00 WIB

Lokasi : Ruang Kelas Tunarungu

Topik : Pembelajaran Al-Quran surat n-nas, al-falaq, al-ikhlas

Uraian:

Observasi terhadap semua peserta didik SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang kelas VII, VIII, dan, IX. Peneliti hanya melakukan observasi terhadap peserta didik tersebut, tidak melakukan wawancara karena keterbatasan fisik peserta didik.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 08.00-09.00 WIB., yang diampu oleh seorang pendidik agama islam, yaitu Bapak Arfandi, S. Pd. I, di ruang kelas tunarungu dengan jumlah peserta didik 17 orang dari kelas VII, VIII, dan IX.

Tepat pukul jam 08.00, waktu yang pelajaran dimulai, semua peserta didik sudah di dalam kelas dengan menempati kursi masing-masing dengan posisi menghadap ke depan, sedangkan pendidik duduk di samping pana tulis

menghadap peserta didik. Pendidik memulai pembelajaran dengan membuka salam dengan bahasa isyarat, dan menginstruksikan peserta didik untuk berdoa sebelum belajar, mengabsen kehadiran peserta didik, dan dilanjutkan dengan membuka buku pelajaran, setelah itu pendidik menulis huruf hijaiyah di papan tulis agar peserta didik dapat mempraktikkannya dengan kemampuan mereka. Pendidik juga menyuruh peserta didik untuk melihat buku pelajaran dan menyuruh peserta didik untuk menulis surat-surat pendek beserta artinya. Setelah peserta didik selesai menulis, pendidik berusaha untuk mempraktikkan satu surat pendek, yaitu al ikhlas, pendidik mulai dengan satu ayat dengan peragaan bibir diiringi dengan bahasa isyarat, lalu peserta didik mulai mengikutinya dengan perlahan, hal ini dilakukan secara berulangkali agar peserta didik terbiasa dengan satu ayat tersebut. Selanjutnya pendidik mulai membimbing peserta didik untuk menyebutkan ayat secara individu, ada beberapa peserta didik yang sama sekali tidak bisa mengeluarkan suara karena tunarungu yang disandang merupakan kategori berat sehingga peserta didik tidak mampu mendengar dan mengeluarkan suara sama sekali, hal ini pendidik hanya memberikan pemahaman berupa bahasa isyarat saja. Beberapa peserta didik mampu mengucapkannya dengan baik setelah mempraktikkannya berulang kali bersama dengan pendidik. Setelah latihan membaca satu ayat dalam surat al-ikhlas, pendidik menjelaskan arti dari ayat tersebut dengan menggunakan bahasa isyarat agar peserta didik mampu memahami isi kandungan dalam ayat tersebut serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.

selain metode ceramah dan metode drill, pendidik juga menggunakan metode resitasi (pemberian tugas). Peserta didik diperintah untuk menghapal

huruf-huruf hijaiyah agar mampu membedakan setiap hurufnya, dan menulis huruf hijaiyah , peserta didik juga diberi tugas untuk membaca satu kata, atau satu kalimat dalam ayat, dan menghapalnya.

Sebelum pembelajaran berakhir pada pukul 08.50 WIB., pendidik menyampaikan kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dibahas, pendidik juga melakukan evaluasi post test dengan cara menunjuk peserta didik secara acak untuk menebak huruf hijaiyah yang ada di papan tulis. Selain itu , pendidik juga menunjuk peserta didik tunarungu dengan kategori ringan untuk mencoba membaca kembali satu ayat dalam surat.

Hasil dari evaluasi tersebut bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis, memahami materi dan berlatih untuk membaca ayat di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang sudah cukup baik. Namun masih ada peserta didik yang tidak bisa membaca Al-Quran karena kondisi. Nabila Sapira yang berada di kelas VII tidak bisa membaca Al-Quran karena tunarungu yang disandangnya kategori berat, sehingga ia tidak mampu mendengar serta berbicara sama sekali, namun ia mampu mengidentifikasikan huruf hijaiyaah serta menulis surat pendek dengan baik. Sedangkan Raja Binoval kelas VIII mampu mengidentifikasikan huruf hijaiyah namun belum bisa membaca Al-Quran dengan jelas sehingga perlu tuntunan dari pendidik. Lain halnya dengan Abdullah Mubarah Alfauzan kelas IX yang sudah bisa membaca Al-Quran dengan suara yang lumayan jelas serta mampu mengidentifikasikan huruf hijaiyah dengan baik.

Tepat pukul 09.00 WIB., pelajaran agama islam, berakhir, pendidik berpesan kepada peserta didik “harus selalu rajin dan giat dalam belajar, serta beribadah, sehingga nantinya bisa menjadi bekal di dunia dan di akhirat kelak”.

Kemudian proses pembelajaran ditutup dengan mengucap Alhamdulillah dan salam.

Dalam pembelajaran Al-Quran pada peserta didik tunarungu tidak hanya mengalami hambatan dari dalam dan luar yang meliputi keterbatasan fisik peserta didik, perbedaan daya tangkap dan kategori ketunaan yang disandang peserta didik, motivasi peserta didik yang tidak stabil dalam proses pembelajaran. Dan hambatan dari luar yang meliputi, minimnya media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran, serta perencanaan pembelajaran yang kurang sesuai dengan kondisi fisik peserta didik .

LAMPIRAN 7

Catatan Lapangan 3

Metode Pengumpulan data: Wawancara

Hari/Tanggal : Senin, 13 Juli 2020

Jam : 09.50 WIB

Lokasi : Ruang Kepala Sekolah

Sumber data : Bapak Muttaqin, S.Pd., M.Pd.

Deskripsi data:

Informan adalah Kepala sekolah di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang.

Pertanyaan: Bagaimana profil sekolah SMPLB Negeri Aceh Tamiang? SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang merupakan sekolah luar biasa yang berada di Desa Landuh, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Cikal Bakal berdirinya SMPLB Negeri Pembina ini Aceh Tamiang ini berdiri berdasarkan SK No. 421.3/165a/2006. Pada awalnya sekolah luar biasa ini didirikan hanya untuk jenjang SD, dengan nama SDLB PKK Aceh Tamiang yang terletak di Desa Kesehatan, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, dan masih berstatus sebagai sekolah swasta. Pada tahun 2005 sampai tahun 2006, sekolah ini mulai berkembang dengan pemindahan lokasi ke Desa Landuh, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, diiringi dengan penambahan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) .

Sampai saat ini, Sekolah Luar Biasa ini meluluskan lebih dari 200 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari berbagai daerah di Provinsi Aceh serta Sumatera Utara.

Para alumni SLB Negeri Aceh Tamiang ini telah banyak berkiprah di tengah-tengah masyarakat, di ajang Musabaqah Tilawatil Quran untuk golongan Cacat Netra tingkat Provinsi maupun Nasional, ajang Olimpiade Olahraga tingkat Provinsi, Nasional, maupun Internasional, bahkan beberapa siswa telah melanjutkan pendidikan di luar negeri seperti Malaysia, dan Belanda.

Pertanyaan: Bagaimana pendidik yang mengajar di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang ditangani oleh guru yang memiliki kompetensi dalam bidang Pendidikan Luar Biasa. Pendidik SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang sebagian besar merupakan lulusan Sarjana Guru Pendidikan Luar Biasa, Sarjana Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sarjana pendidikan Agama Islam, dan sarjana keterampilan. Adapun di tingkat SMPLB terdapat 40 orang guru, 2 guru agama, dan guru mata pelajaran, guru keterampilan, guru olahraga dan terapis.

Pertanyaan: Bagaimana kondisi peserta didik yang ada di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

Sebagian besar peserta didik yang ada di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang ini didominasi oleh Anak-Anak berkebutuhan Khusus yang ada di kabupaten Aceh Tamiang, selain itu peserta didik juga berasal dari luar kabupaten Aceh Tamiang bahkan Luar Provinsi. Namun, ada beberapa peserta didik yang

merupakan siswa pindahan dari sekolah umum, hal ini disebabkan karena mereka mengalami kesulitan belajar dan keterlambatan dalam memahami pelajaran yang diberikan di sekolah umum, sehingga peserta didik tersebut dipindahkan ke SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang ke dalam kelas yang sesuai dengan tingkat ketunaan yang mereka sandang.

Pertanyaan: Apa kurikulum yang digunakan di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang?

Kurikulum yang digunakan kurikulum 2013, namun pelaksanaannya perlu dimodifikasi untuk menyesuaikan kondisi peserta didik, modifikasi kurikulum pendidikan ini dilakukan oleh guru-guru di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pendidikan luar biasa yang sudah memiliki pengalaman dalam mengajar di sekolah luar biasa.

LAMPIRAN 9 S T RU KT UR ORGANI S ASI S L B NE GE RI P E M B INA AC E H T AM IA NG

LAMPIRAN 10

Hasil Dokumentasi

Pembelajaran Al-Quran Pada Peserta Didik Tunarungu Di SMPLB Negeri Pebina Aceh Tamiang

Gambar 1. Peserta Didik Tunarungu di SMPLB Negeri Pembina Aceh Tamiang

Gambar 3. Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran di Kelas

Gambar 4. Guru Melakukan Bimbingan Secara Individu

Dokumen terkait