• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran dari peneliti, diantara:

1. Kepada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU, disarankan untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang gangguan haid dan siklusnya.

2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian analitik sehingga dapat dilihat hubugan antara tingkat pendidikan dengan gangguan haid dan siklusnya.

3. Melakukan program eduksi kesadaran gangguan haid dan siklusnya dengan penyuluhan tentang faktor resiko gangguan haid dan siklusnya serta pencegahannya.

4. Mengambil langkah yang lebih proaktif dengan meningkatkan program kesadaran tentang gangguan haid dan siklusnya pada peringkat daerah.

5. Bagi pemerintah, khususya dinas pendidikan, untuk dapat terjun langsung memberikan ceramah ilmiah serta penerbitan buku mengenai gangguan haid dan siklusnya yang kurang diberi perhatian.

6. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan lebih menambah karakteristik responden seperti berat badan responden dengan gangguan haid siklusnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mulai mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan itu ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Satu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subyek sebagai diketahui. Pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran yaitu, benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya diketahui, manusia yang melakukan berbagai pemeriksaan, penyelidikan dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda (Jalal, 2010).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Domain tingkat pengetahuan kognitif mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu :

a. Know (Tahu)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali (recall) tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan.

b. Comprehension (Memahami)

Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Application (Aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analysis (Analisa)

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitnya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.

e. Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada 6 antara lain : a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi

Seorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelempok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

e. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan.

f. Umur

Jumlah tahun yang dilalui ibu sejak kelahiran hingga ulang tahun terakhir.

2.2 Remaja Putri

2.2.1. Definisi Remaja Putri

Remaja putri adalah tahapan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapai kematangan pada usia 12 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

2.2.2. Ciri Perkembangan Fisik

Sebagai makhluk yang lambat perkembangan, masa pematangan fisik ini berjalan lebih kurang 2 tahun dan biasanya dihitung haid yang pertama yang disebut sebagai menarche (Sarlito, 2004).

Menurut Asrinah (2011), perubahan fisik yang akan terjadi pada perempuan yang menginjak masa remaja adalah perubahan hormonal/menurut cirri perkembangan zat-zat yang ada dalam tubuhnya yakni menjadi aktif. Hormon

sangat berpengaruh terutama adalah estrogen dan progesterone. Antara perubahan yang terlihat pada perempuan adalah :

a) Keringat menjadi tambah banyak b) Tangan dan kaki bertambah besar

c) Bertambahnya panjang dan lebar tulang-tulang wajah, sehingga tidak tampak seperti anak kecil

d) Pantat menjadi lebih lebar e) Kulit dan rambut berminyak f) Bertambah besarnya indung telur g) Payudara bertambah besar

h) Muka cenderung tumbuh jerawat

i) Vagina mulai mengeluarkan cairan yang halus dijaga kebersihan j) Setiap bulan akan mengalami menstruasi (haid)

2.3 Haid dan Siklusnya

2.3.1. Definisi Haid dan Siklusnya

Haid atau sering disebut dengan menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 2009). Menurut Ganong (2003), menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil.

Menarche adalah menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun (Suryasaputra Manuaba et al, 2009). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Menurut Brown, menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan

umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun (Prawirohardjo, 2009).

Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa di mana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau juga dikatakan menopause (Prawirohardjo, 2009).

Rangsangan pancaindra ; korteks serebi, hipofisis (ovarial aksis) dan endrogan (uterus endometrium dan alat seks sekunder) diblok pubertas inhibitor (nukleus amigdale) melalui stria terminalis, menuju hipothalamus sehingga terhindar dari pubertas prekoks. Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan pengeluaran FSH minimal. Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh kembang alat seks sekunder dan mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk menerima rangsangan. Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut endometrium,tanpa disertai ovulasi untuk lebih mematangkan uterus dengan endometrium dan alat seks sekunder (Suryasaputra Manuaba et al, 2009).

Dalam ovarium terjadi tumbuh-kembang folikel primordial tanpa disertai ovulasi sehingga terdapat peningkatan estrogen untuk merangsang nukleus supraoptikal (praoptikus), mengeluarkan luteinizing hormone surge (tinggi) yang berperan untuk ovulasi. Menstruasi yang disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai dua atau tiga tahun setelah menarke yaitu sekitar usia 17-18 tahun. Pubertas prekoksius terjadi bila menarke terjadi di bawah 10 tahun. (Suryasaputra

Manuaba et al, 2009). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid berikut. Haid mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan lebih atau kurang satu hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak

terlalu sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang (Prawirohardjo, 2009).

Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari serta tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 yang lebih kurang 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah keluar lebih banyak. Jumlah darah lebih dari 80 cc dianggap patologik (Prawirohardjo, 2009).

2.3.2. Mekanisme Haid dan Siklusnya

Gambar 2.1: Siklus Menstruasi Dikutip dari : Moore et al, (2001)

Menurut Moore et al, (2001), siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2 bagian , yaitu fase folikular dan fase luteal sedangkan siklus uterus dibagi menjadi fase menstruasi, fase proliferatif (pertumbuhan) dan fase sekresi.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :

1. FSH (follicle stimulating hormone) yang dikeluarkan hipothalamus untuk meransgang hipofisis mengeluarkan FSH.

2. LH (luteinizing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya hanya 1 folikel yang dapat merangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen (Moore et al, 2001).

Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis (Moore et al, 2001).

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, akan membentuk korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH (Moore et al, 2001).

Korpus luteum akan menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut sebagai haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan (Moore et al, 2001).

Menurut Moore et al, 2001 pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Fase menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.

2. Fase proliferatif dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).

3. Fase sekresi. Fase sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

Menurut Moore et al,2001 siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan. 2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan

jangka waktu rata-rata 14 hari.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal (Moore et al, 2001) :

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya.

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.

3. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.

Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal.

4. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum.

5. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi.

6. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

2.3.3. Perubahan-perubahan Selama Menstruasi

1) Perubahan Histologik pada Ovariun dalam Siklus Haid

Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di samping itu, terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Pada masa pubertas ovarium berukuran 2,5-5 cm panjang, 1,5-3 cm lebar, dan 0,6-1,5 tebal. Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus,tempat keluar-masuknya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf (Prawirohardjo, 2009).

Pada masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih beristhirahat dan baru pada masa pubertas mulai menuaikan faalnya. Perubahan-perubahan yang terdapat pada ovarium pada siklus haid sebagai berikut. Di bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai berkembang akan tetapi hanya satu yang tumbuh terus sampai menjadi matang. Pada folikel ini, mula-mula sel-sel sekeliling ovum berlipat ganda akan kemudian di antara sel-sel itu timbul suatu rongga yang berisi cairan yang disebut likuor folikuli (Prawirohardjo, 2009).

Ovum sendiri terdesak ke pinggir, dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan ovum

di dalamnya itu disebut sebagai kumulus ooforus. Antara ovum dan sel-sel sekitarnya terdapat zona pellusida. Sel-sel-sel lainnya yang membatasi ruangan folikel yang disebut membrane granulosa (Prawirohardjo, 2009).

Dengan tumbuhnya folikel, jaringan ovarium sekitar folikel tersebut terdesak ke luar dan membentuk dua lapisan, yaitu teka interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna terdiri dari jaringan ikat yang padat. Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makin terdesak ke permukaan ovarium, malahan menonjol ke luar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi tipis, dan pada suatu waktu oleh mekanisme yang belum jelas betul, folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi sel-sel kumulus ooforus (Prawirohardjo, 2009).

2) Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Haid

Menurut Prawirohardjo (2009), pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perunahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu :

a) Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan.Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Fase ini berlangsung 3-4 hari (Prawirohardjo, 2009).

b) Fase pascahaid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari (Prawirohardjo, 2009).

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu (Prawirohardjo, 2009) : 1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase), berlangsung antara

hari ke-4 sampai hari ke-7.

2) Fase proliferasi madya (mid proliferation phase), fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.

3) Fase proliferasi akhir (late proliferation phase), fase in berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14.

d) Fase prahaid atau fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi (Prawirohardjo, 2009).

2.4. Gangguan Haid dan Siklusnya

2.4.1. Definisi Gangguan Haid dan Siklusnya

Gangguan haid dikatakan dengan kelainan yang terjadi pada saat wanita yang sudah mengalami menstruasi. Gangguan tersebut dapat berupa pada gangguan pada siklus, banyaknya darah dan lamanya waktu menstruasi (Asrinah, 2011).

2.4.2. Klasifikasi Gangguan Haid dan Siklusnya 1) Jenis-jenis Gangguan Haid

Menurut Prawirohardjo (2009), gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

a) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid: Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea.

b) Kelainan siklus: Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea c) Perdarahan di luar haid: Metroragia

d) Gangguan lain yang ada hubungan dengan gangguan haid : Premenstrual tension (ketegangan prahaid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) ; dismenorea

2) Menurut Proverwati dan Misaroh (2009), adapun beberapa gangguan dalam menstruasi adalah sebagai berikut :

a) Dismenorrhea

Dismenorrhea adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri bias terus dialami selama periode menstruasi dibagi dua kategori, yaitu nyeri menstruasi primer dan sekunder (Proverwati dan Misaroh, 2009).

Faktor penyebab nyeri menstruasi primer belum diketahui dengan pasti. Tetapi untuk nyeri menstruasi sekunder, hampir sebagian besar disebabkan oleh kelainan rahim sampai dengan penggunaan alat kontasepsi dalam rahim.Cara untuk mengurangi dismenorrea (Proverwati dan Misaroh, 2009) :

1) Latihan aerobic, seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, membantu memproduksi bahan alami yang dapat memblok rasa sakit.

2) Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika nyeri terasa. 3) Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi. 4) Orgasme dapat meringankan kram menstruasi pada beberapa perempuan. 5) Latihan relaksi atau yoga, dapat membantu menanggulangi sakit.

Obat-obat yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya : Pereda nyeri (analgesic) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI), misalnya; parasetamol atau asetamonofen (Panadol), ibuprofen (Ribunal,Ostarin), metampiron (Pyronal, Novalgin) dan obat-obat pereda nyeri lainnya (Proverwati dan Misaroh, 2009).

b) Hipermenorea atau Menoragia

Hipermenorea atau juga dikenali dengan menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab bias berasal dari rahim berupa mioma uteri dengan permukaan

endometrium lebih luas dari biasa, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding) dan sebagainya (Proverwati dan Misaroh, 2009).

c) Hipomenorea

Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasa. Hipomenorea disebabkan oleh kesuburan endometrium kurang akibat kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.Pengobatan diberikan berdasarkan kausa. Jika ditemukan kelainan pada organ seperti mioma maka penyebabnya harus dihilangkan (diangkat). Untuk kelainan hormon dapat diberikan progesterone seperti MPA 10 mg/hari (merk : provera atau prothyra) pada hari ke 16-25 siklus menstruasi. Atau berikan kombinasi esterogen-progesteron (pil KB) hari ke 16-25 siklus menstruasi (Proverwati dan Misaroh, 2009).

d) Polimenorea

Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang terakhir ini diberikan nama polimenoragia atau epimenoragia.Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal (Proverwati dan Misaroh, 2009).

e) Oligomenorea

Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Biasanya perdarahan pada oligomenorea berkurang. Disebabkan oleh fase folikuler memanjang (Proverwati dan Misaroh, 2009).

f) Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer (usia 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid) dan amenorea sekunder (penderita pernah mendapat haid,tetapi kemudian tidak dapat lagi) Penyebab umum amenorea adalah (Proverwati dan Misaroh, 2009). :

1) Kelaianan kromosom 2) Gangguan hipotalamus

3) Penyakit pituitary

4) Kelainan organ reproduksi 5) Pubertas terlambat

6) Kegagalan dari fungsi indung telur

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila penyebab adalah dari obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktifitas fisik yang berlebihan juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur dan penyebab susunan saraf pusat (Proverwati dan Misaroh, 2009).

g) Metrorrhagia

Perdarahan yang tidak teratur dan tidak menurut siklus, perdarahan irregular yang terjadi diantara 2 waktu menstruasi (Proverwati dan Misaroh, 2009).

h) Premenstrual Syndrome

PMS adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional ; yang terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi.

Ada beberapa jenis perawatan yang dapat dijalani untuk mengatasi sindrom pra-menstruasi (Proverwati dan Misaroh, 2009). :

1) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral

2) Obat anticemas : Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) yang dapat digunakan setipa hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi

3) Obat nyeri over-the-counter (OTC) , yaitu obat-obatan penghilang nyeri seperti asam asetilsalisilat,asetaminofen,dan obat antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan ini dapat membantu menyembuhkan gejala fisik yang sifatnya sedang,seperti nyeri oto atau sakit kepala.

4) Melakukan diet, seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa tertekan, mudah tersinggung, dan gelisah), garam, termasuk kandungan sodium pada makanan kemasan, mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat ; seperti roti, gandum, pasta, buah dan sayuran yang menambah asupan protein pada menu makanan mengkonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral

mengurangi gula dan lemak (meningkatkan energi dan menstabilkan mood), dan menghentikan konsumsi alcohol.

5) Kalau bisa lakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama empat

Dokumen terkait