• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlunya pengujian bilangan iod terhadap faktis gelap yang dihasilkan untuk mengetahui banyaknya ikatan rangkap yang teradisi oleh sulfur selain dengan menguji kadar ekstrak petroleum eter.

28

DAFTAR PUSTAKA

Alfa, A A Dan Honggokusumo S. 1998. Pembuatan Faktis dari Minyak Biji Karet. Prosiding Simposium Nasional Polimer II. ISSN 1410-8720, Jakarta.

Alfa, A A. 2007. Bahan Kimia Untuk Kompon Karet. Diktat Kursus Teknologi Barang jadi Karet. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor.

Andersen, A T C. 1953. Refining of Oil and Fat for Edible Purposes. Perzomon Press, Ltd., London. Bailey, A E. Industrial Oil and Fat Product. Di dalam Ketaren (ed). 1986). Pengantar Teknologi

Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Bernardini, E. 1983. Vegetables Oil and Fats Processing Vol 2. Interstamps House, Italy.

Carrington, J H. 1962. Symposium on Factice As an Aid Productivity in The Rubber Industry. National College of Rubber Technology, London. 15-31.

Clark, A H. 1962. Symposium on Factice As an Aid Productivity in The Rubber Industry. National College of Rubber Technology, London. 12-30.

Coran, A Y. 1978. Vulcanization. Di dalam Eirich, FR (ed). 1978. Science and Technology of Rubber.

Academic Press, San Francisco.

Craig, A S. 1969. Concise Encyclopedic Dictionary of Rubber Technology. Elsevier Publishing Company, Amsterdam Netherland.

Earle, R L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Terjemahan. Sastra Hudaya, Jakarta. Edwards, M F dan Baker M R. 1992. A Review of Liquid Mixing Equipment, Mixing in The Process

Industries. Butterworth Hainemann, Oxford.

Edwards, M F, Baker M R Baker dan Godfrey, J C. 1992. Mixing of Liquids in Stired Tanks, Mixing in The Process. Butterworth Hainemann, Oxford.

Fernando, M R N. 1971. Manufacture of Dark Factice from Rubber Seed Oil. Journal of The Rubber Research Institute of Ceylon, Vol.47:59-64.

Flint, C F. 1955. Factice: Relation of Structure to Properties. Transaction of The Institute of The Rubber Industry. The Institution of The Rubber Industry, London. 151-162.

Harrison, J B. 1952. Factice: Its Use and Function in Rubber Technology. The Journal of The Institution of The Rubber Industry. Vol.28: 117-138.

Hendrix, B. 1990. Netralization I Theory and Practice of Conventional Caustic (NaOH) Refining. Di dalam Erickson, D. R. (ed). 1990. Edible Fats and Oils Processing Basic Principles and Modern Practices. World Conference Proceedings. American Oil Chemists, Illinois, USA.

http:// www.alibaba.com/ product/ gccfactice-11501453-10955313/ Factice_Brown.html. [Diambil tanggal 11 Januari 2011].

Jamieson, G S. 1932. Vegetables fats and Oils. Book Departement-The Chemical Catalog Company Inc., New York.

29

Kawase, Y. dan MooYoung, M. 1989.Mixing Time in Bioreactors. J Chem. Tech. Biotechno., 44,

63-75.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Kirk, R E dan Othmer, D F. 1964. Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 4, 2ed. The Interscience Encyclopedia Inc., New York.

Lehninger, A L. 2004. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Lever, A E. 1951. Factice: A Review of Its Characteristic. The India-Rubber Journal, (26): 4-7. Mackay, M E. 1988. Rheology For Non Rheologist. Dept. Chem. Eng., The Univ of Queensland,

Australia.

Mahatta, T L. 1975. Technology and Refining of Oils and Fats. Small Business Publications, New Delhi.

Ranade, V R dan Joshi, J B. 1990. Flow Generated By A Disc Turbine : Part I Experimental. Trans. I. Chem. E. 68, Jan. 19-33.

Reynolds, R F. 1962. Historical and Economic Aspect of Factices. Egan Reid Stationery Co. Ltd., London.

Sailah, I. 1993. Penanganan Masalah Mixing dalam Proses Agroindustri. Ceramah ilmiah teknologi unggulan penunjang agroindustri. FATETA IPB Bogor.

Sailah, I. 1994. Mixing and Mass Transfer of Highly Viscous, Simulated, Fermentation Broths in Aerated, Agitated Vessel. Thesis. The University Queensland, Austalia.

Sani, N A. 2010. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Sulfur terhadap Mutu Faktis Gelap Berbahan Baku Minyak Jarak (Castor Oil). Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.

Sujatmaka. 1991. Prospek Pasar dan Budidaya Jarak. Penebar Swadaya, Jakarta. Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product Vol I 4th

edition. John Willey and Son, New York.

Tatterson, G B. 1991. Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks. Mc Graw Hill Inc., New York.

Thieme, J G. 1968. Coconut Oil Processing. Food Agricultural Organization. Agricultural Development Paper (89), Rome.

Widodo, W dan Sumarsih, S. 2007. Jarak Kepyar Tanaman Penghasil Minyak Kastor untuk Berbagai Industri. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

30

LAMPIRAN

31

Bilangan Iod = (A-B) x N x 12,69

G

Lampiran 1. Prosedur Uji Minyak Sebagai Bahan Baku Faktis

1. Prosedur Uji Bilangan Iod Metode Hanus (AOAC, 1995)

Prinsip:

Ikatan rangkap yang tedapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan tinggi akan mengikat sejumlah iod dalam jumlah yang lebih besar.

Contoh yang telah disaring ditimbang sebanyak 0.25 g dalam Erlenmeyer 250 ml tertutup dan kemudian dilarutkan dalam 10 ml CCl4 dengan penambahan 25 ml pereaksi Hanus. Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan di tempat gelap selama 1 jam sambil dikocok eberapa kali. Setelah itu, ditambahkan 10 ml KI 15% sambil terus dikocok. Selanjutnya ditambahkan 100 ml air suling yang telah dididihkan. Iod yang tersisa pada larutan dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0.1 N sampai larutan tersebut berwarna kuning pucat, kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan beberapa tetes indikator amilum 1% dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan perlakuan yang sama tanpa menggunakan contoh.

Keterangan:

A = Volume titrasi untuk blanko (ml) B = Volume titrasi untuk contoh (ml)

N = Normalitas larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 12,69 = Berat atom iodium/10

G = Berat contoh (gram)

2. Prosedur Uji Bilangan Asam (AOAC, 1995)

Prinsip:

Reaksi penyabunan antara asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dengan alkali yang ditambahkan.

Contoh yang akan diuji ditimbang sebanyak 5 sampai 10 gram di dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml alcohol netral 95% kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Kemudian setelah dingin ditambahkan indikator phenolphthalein 1% dalam alkohol, lalu dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah muda yang tetap selama 30 detik.

Keterangan:

A

Bilangan Asam =

= Volume titrasi (ml)

A x N x 56,1

G

Kadar Asam Lemak Bebas (%) =

G

A x N x 298,46

32

N = Normalitas larutan KOH

G = Berat contoh (gram) 56,1 = Berat molekul KOH

33

Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan NaOH yang Digunakan dalam Netralisasi

 Jumlah minyak jarak yang diperlukan untuk perlakuan metode netralisasi dengan NaOH yaitu sebanyak 6 kg (1 x 6 sampel).

 Untuk netralisasi 1 kg asam lemak bebas (sebagai oleat, BM=282) digunakan 0,142 kg NaOH (Thieme, 1968) dengan ekses sebesar 0,15%.

 Jadi, untuk netralisasi 1 kg asam lemak bebas (risinoleat, BM=298,46), jumlah NaOH yang digunakan sebesar:

0,142 ( ) = 0,150288 gram (sebagai risinoleat)

Jumlah sampel = 6000 gram

Asam lemak bebas = 3,18 % (sebagai asam oleat) Ekses kaustik soda = 0,15%

Maka,

0,150288 x 0,0318 x 6000 = 28,67495 gram

Ekses: 0,0015 x 28,67495 = 0,04301 gram Jumlah = 28,71796 gram

 140Be

NaOH 140Be = 10,4 gram NaOH/ 100 ml aquades

Larutan NaOH 140Be yang diperlukan untuk menetralkan 28,71796 gram asam lemak bebas adalah:

28,71796 x 100 ml = 276,134231 ml

10,4

34

Lampiran 3. Prosedur Analisis Sifat Kimia Faktis Gelap

1. Prosedur Uji Kadar Ekstrak Petroleum Eter

Sampel sebanyak 2-5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring kering yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian sampel tersebut diekstrak dalam soxhlet selama 16 jam dengan menggunakan pelarut petroleum eter. Setelah ekstraksi selesai sampel diangkat dari soxhlet, didiamkan sebentar sampai kering angin udara, dan dimasukkan ke dalam oven suhu 700C. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam desikator dan ditimbang.

Keterangan :

A = Berat sampel terekstrak (gram) B = Berat awal sampel (gram)

2. Prosedur Uji Kadar Sulfur Bebas (BPTK, Bogor, Bolonikov dan Gurova

Method)

Sampel yang telah ditipiskan (0.5-0.75 mm) ditimbang sebanyak 0.3 g, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 100 ml Na2SO3 5%, 5 ml suspensi Na-stearat 0.1% dan 1 g parafin. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dipanaskan selama 4 jam di atas titik didih atau selama 16 jam di bawah titik didih (± 800C). Setelah pemanasan, sampel ditambah 100 ml SrCl2 0.5% dan 10 ml Cd-asetat 3%. Campuran selanjutnya disaring, filtrat ditampung dalam Erlenmeyer dan residu dibilas dengan 75-100 ml larutan cadmium pencuci 0.12%. Sambil diaduk, ke dalam filtrat ditambahkan 10 ml formaldehid, 10 ml asam asetat glasial, dan 5 ml larutan kanji. Erlenmeyer kemudian ditempatkan di atas potongan es hingga suhu campuran turun sampai kurang dari 150C. Tahap akhir adalah titrasi dengan larutan iodine 0.05 N sampai titik akhir titrasi tercapai (perubahan warna biru). Blanko disiapkan dengan mencampur larutan formaldehid, asam asetat glasial, dan kanji tanpa adanya filtrat. Kadar sulfur bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

A = Volume titrasi sampel (ml) B = Volume titrasi blanko (ml) N = Normalitas larutan iodine C = Berat contoh (gram)

Kadar Ekstrak Petroleum Eter = A

B x 100%

Kadar sulfur bebas (%) = (A – B) x N x 0.032 x 100%

C

35

3. Prosedur Uji Kadar Abu

Sampel sebanyak 1-2 gram ditimbang dalam cawan porselen yang kering dan telah diketahui beratnya. Sampel dibakar di atas pemanas sampai tidak menghasilkan asap. Selanjutnya sampel diabukan dalam tanur pada suhu 5500C hingga menjadi abu dalam bobot yang tetap. Setelah menjadi abu, cawan didinginkan dalam desikator jam dan ditimbang.

Keterangan :

A = Berat abu (gram)

B = Berat awal sampel (gram)

4. Prosedur pengukuran pH Faktis

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 g. sampel kemudian dilarutkan dengan 40 ml akuades. Sampel diaduk lalu diukur pH larutan dengan pH meter.

Kadar Abu (%) = A

36

Lampiran 4. Data Pengamatan Analisis Kimia Faktis Gelap

1. Data Nilai Kadar Ekstrak Petroleum Eter Faktis Gelap (%)

Metode Netralisasi Kecepatan Pengadukan (rpm)

130 145 160 Na2CO3 14.07 13.51 13.32 7.73 7.80 6.20 Rata-rata 10.90 10.66 9.76 NaOH 10.39 12.94 6.09 12.45 7.83 9.45 Rata-rata 11.42 10.38 7.77

2. Data Nilai Kadar Sulfur Bebas Faktis Gelap (%)

Metode Netralisasi Kecepatan Pengadukan (rpm)

130 145 160 Na2CO3 1.42 1.91 1.89 1.31 1.47 1.61 Rata-rata 1.37 1.69 1.75 NaOH 1.67 1.62 1.66 1.97 1.95 1.57 Rata-rata 1.82 1.79 1.62

3. Data Nilai Kadar Abu Faktis Gelap (%)

Metode Netralisasi Kecepatan Pengadukan (rpm) 130 145 160 Na2CO3 4.42 4.97 4.70 4.43 4.60 4.92 Rata-rata 4.43 4.79 4.81 NaOH 4.40 4.13 4.12 4.04 4.02 3.82 Rata-rata 4.22 4.08 3.97

37

4. Data Nilai pH Faktis Gelap

Metode Netralisasi Kecepatan Pengadukan (rpm) 130 145 160 Na2CO3 8.89 9.45 9.63 9.19 9.66 10.15 Rata-rata 9.04 9.56 9.89 NaOH 7.94 7.34 7.08 7.52 7.10 7.02 Rata-rata 7.73 7.22 7.05

5. Rekapitulasi Hasil Analisis Kimia Faktis Gelap

Perlakuan Ulangan Waktu Pembentukan Faktis (menit) Kadar Ekstrak PE (%) Kadar Sulfur Bebas (%) Kadar Abu (%) Nilai pH A1B1 1 90 14.07 1.42 4.42 8.89 2 65 7.73 1.31 4.43 9.19 RATA2 77.5 10.90 1.37 4.43 9.04 A2B1 1 73 13.51 1.91 4.97 9.45 2 62 7.80 1.47 4.60 9.66 RATA2 67.5 10.66 1.69 4.79 9.56 A3B1 1 91 13.32 1.89 4.70 9.63 2 65 6.20 1.61 4.92 10.15 RATA2 78 9.76 1.75 4.81 9.89 A1B2 1 60 10.39 1.67 4.40 7.94 2 72 12.45 1.97 4.04 7.52 RATA2 66 11.42 1.82 4.22 7.73 A2B2 1 65 12.94 1.62 4.13 7.34 2 78 7.83 1.95 4.02 7.10 RATA2 71.5 10.38 1.79 4.08 7.22 A3B2 1 63 6.09 1.66 4.12 7.08 2 85 9.45 1.57 3.82 7.02 RATA2 74 7.77 1.62 3.97 7.05 Keterangan :

A : Kecepatan Pengadukan (rpm) B : Metode Netralisasi 1: 130 rpm; 2 : 145 rpm; 3 : 160 rpm; 1 : Na2CO3; 2 : NaOH.

38

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam

a. Waktu Pembentukan Faktis Gelap

Analisis keragaman waktu pembentukan faktis gelap

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α =5%) Ai : Kecepatan Pengadukan 2 87 43.5 0.24 5,14 Bj : Metode netralisasi 1 44 44.0 0.24 5,99 Abij 2 120 60.0 0.32 5,14 Error 6 1110 185.0 Total 11 1361

Keterangan : Tidak berpengaruh nyata antar perlakuan

b. Suhu eksotermis tertinggi

Analisis keragaman suhu eksotermis tertinggi

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α =5%) Ai : Kecepatan Pengadukan 2 6 3.0 0.17 5,14 Bj : Metode netralisasi 1 1 1.0 0.06 5,99 Abij 2 7 3.5 0.20 5,14 Error 6 106 17.7 Total 11 123

Keterangan : Tidak berpengaruh nyata antar perlakuan

c. Kadar Ekstrak Petroleum Eter

Analisis keragaman kadar ekstrak petroleum eter

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α=5%) Ai : Kecepatan pengadukan 2 12.30 6.15 0.45 5.14 Bj : Metode netralisasi 1 1.01 1.01 0.07 5.99 Abij 2 3.29 1.65 0.12 5.14 Error 6 82.57 13.76 Total 11 99.17

39

d. Kadar Sulfur Bebas Faktis Gelap

Analisis keragaman kadar sulfur bebas

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α =5%) Ai : Kecepatan pengadukan 2 0.04 0.02 0.51 5.14 Bj : Metode netralisasi 1 0.06 0.06 1.38 5.99 Abij 2 0.18 0.09 2.12 5.14 Error 6 0.25 0.04 Total 11 0.52

Keterangan : Tidak berpengaruh nyata antar perlakuan

e. Kadar Abu Faktis Gelap

Analisis keragaman kadar abu

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α =5%) Ai : Kecepatan pengadukan 2 0.02 0.01 0.27 5.14 Bj : Metode netralisasi 1 1.03 1.03 29.54* 5.99 Abij 2 0.23 0.11 3.24 5.14 Error 6 0.21 0.03 Total 11 1.48

Keterangan : *) Berpengaruh nyata pada α = 0,05

f. Nilai pH Faktis Gelap

Analisis keragaman nilai pH

Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel

(α=5%) Ai : Kecepatan pengadukan 2 0.02 0.01 0.17 5.14 Bj : Metode netralisasi 1 14.02 14.02 261.99* 5.99 Abij 2 1.22 0.61 11.36* 5.14 Error 6 0.32 0.05 Total 11 15.57

Keterangan : *) Berpengaruh nyata pada α = 0,05 Uji Duncan interaksi kedua faktor terhadap nilai pH

Perlakuan Rata-rata Hasil Perlakuan Rata-rata Hasil

A3B1 9.89 A A1B2 7.73 B

A2B1 9.56 A A2B2 7.22 B

40

Lampiran 6. Gambar Faktis Gelap

PENGARUH METODE NETRALISASI DAN KECEPATAN PENGADUKAN

TERHADAP MUTU FAKTIS GELAP

DARI MINYAK JARAK (Castor oil)

SKRIPSI

SAUSAN ANBAR MARDIYAH

F34060440

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

EFFECT OF NEUTRALIZATION METHOD AND AGITATION

TOWARD DARK FACTICE QUALITY

OF CASTOR OIL

Muslich, Yoharmus Syamsu and Sausan Anbar Mardiyah

Departement of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.

ABSTRACT

Factice is derived fatty acid derived of vulcanized oil with some condition and used for extender (volume increment) and increase dimension stability of rubber compound. Dark factice was attained by reaction between sulfur and oil in the high temperature and usually use for the dark rubber product such as a water gap, wire, cable, household-wares, eraser, gasket for refrigerator and automotive part, etc. This research aims to: 1) Recognizing the effect of neutralization method and agitation of dark factice quality; 2) Determining the best treatment combination to produce a dark factice using castor oil as raw material. Factice processing was started from the neutralization of oil with two treatments: 1% of Na2CO3 and NaOH on 140Be consentration. After that, 5% of ZnO and 25% of sulfur were added into the oil respectively, continued by stirring process on 130, 145, and 160 rpm while it’s heated in temperature until 1500C. The reaction occurred until dark factice completely formed and remix into a solid. Raw material of castor oil which is used has an average of iodine number 84,00 (g iod/ 100 g oil) and the average of acid number of 3,18 (mg KOH/ g oil). Based on ether extract content of petroleum, all factice production had extract number less than 20% between 7,77-11,42%. Whereas the analysis of free sulpur content showed that all factice production had free sulfure number less than 2% betwen 1,37%-1,82 %. The result of the analysis of variance showed that treatment with neutralization method had significant impact on ash content of dark factice and pH value. The chemical neutralization method with NaOH and agitation on 160 rpm had the best chemical quality.

SAUSAN ANBAR MARDIYAH. F34060440. Pengaruh Metode Netralisasi Dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Mutu Faktis Gelap Dari Minyak Jarak (Castor Oil). Di bawah bimbingan

Muslich dan Yoharmus Syamsu. 2010.

RINGKASAN

Faktis merupakan material padat, agak elastis yang terbuat dari minyak nabati melalui vulkanisasi dengan sulfur atau sulfur klorida. Aplikasi faktis cukup luas karena meliputi penggunaan dalam pengolahan karet alam maupun sintetis. Faktis gelap diperoleh melalui reaksi antara minyak dengan sulfur pada suhu tinggi dan umumnya digunakan untuk barang jadi karet yang berwarna gelap, seperti selang air, kawat, kabel, peralatan rumah tangga, penghapus, spons, gasket untuk lemari pendingin dan automotif, dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pengaruh metode netralisasi dan kecepatan pengadukan terhadap mutu faktis gelap; 2) Mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik untuk menghasilkan faktis gelap dengan menggunakan bahan baku minyak jarak (castor oil).

Pembuatan faktis diawali dengan netralisasi minyak. Netralisasi dilakukan dengan dua cara yaitu netralisasi dengan menggunakan Na2CO3 sebanyak 1% dan netralisasi menggunakan larutan NaOH pada konsentrasi 140Be. Setelah dilakukan netralisasi, berturut-turut 5% ZnO dan 25% sulfur dimasukkan ke dalam minyak sambil diaduk pada kecepatan 130, 145, dan 160 rpm, kemudian dipanaskan sampai dengan suhu 1500C. Reaksi dilanjutkan sampai faktis gelap terbentuk yaitu campuran berubah menjadi padat. Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan yaitu netralisasi dengan menggunakan Na2CO3 dan netralisasi menggunakan larutan NaOHserta kecepatan pengadukan pada taraf 130, 145 dan 160 rpm. Penelitian ini dilakukan dengan dua kali ulangan.

Minyak jarak yang digunakan memiliki bilangan iod rata-rata sebesar 84,00 (g iod/ 100 g minyak) dan rata-rata bilangan asam sebesar 3,18 (mg KOH/100 g minyak). Pada pengamatan warna faktis, tingkat warna faktis gelap yang dihasilkan terdiri dari tiga variasi warna, yaitu coklat muda, coklat, dan coklat tua. Tingkat kekerasan faktis gelap yang dihasilkan terdiri dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu: keras – (agak lembek), keras ++ (keras), dan keras +++ (sangat keras). Berdasarkan analisis keragaman, perlakuan metode netralisasi berpengaruh nyata terhadap kadar abu dan pH faktis gelap. Berdasarkan kadar ekstrak petroleum eter, semua faktis yang dihasilkan memiliki nilai ekstrak kurang dari dari 20% yaitu antara 7,77-11,42%. Berdasarkan kadar sulfur bebas, semua faktis yang dihasilkan memiliki kadar sulfur bebas kurang dari 2% yaitu antara 1,37-1,82 %. Dari hasil pengujian, kombinasi perlakuan terbaik berdasarkan kadar ekstrak petroleum eter, kadar abu, dan nilai pH, diperoleh pada kecepatan pengadukan 160 rpm dan metode netralisasi menggunakan NaOH.

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faktis adalah salah satu bahan kimia karet yang berfungsi sebagai bahan bantu olah (processing aid) yang ditambahkan pada waktu pembuatan kompon karet yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan kompon karet. Aplikasi faktis cukup luas karena meliputi penggunaan dalam pengolahan karet alam maupun sintetis. Faktis gelap diperoleh melalui reaksi antara minyak dengan sulfur pada suhu tinggi (Harrison, 1952). Faktis gelap umumnya digunakan untuk barang jadi karet yang berwarna gelap, seperti selang air, kawat, kabel, peralatan rumah tangga, penghapus, spons, gasket untuk lemari pendingin dan automotif, dan lain-lain (Alfa, 2007).

Tingkat konsumsi karet yang digunakan oleh industri di Indonesia diramalkan oleh Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) sebesar 460.000 ton pada tahun 2010. Selain itu, menurut perkiraan IRSG (International Rubber Study Group), pada tahun 2020 proyeksi permintaan karet dunia mencapai 10,9 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 9%. Pada tahun 2010, ekspor karet dan barang jadi karet Indonesia mencapai U$ 132,7 juta (Badan Pusat Statistik). Pertumbuhan industri karet yang meningkat menyebabkan permintaan terhadap faktis semakin besar sehingga diperlukan pengembangan teknologi faktis sebagai bahan bantu olah karet.

Pemilihan bahan baku minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan faktis perlu diperhatikan secara cermat. Penggunaan bahan baku minyak yang berasal dari Indonesia terutama jenis minyak nabati non pangan sebagai bahan baku pembuatan faktis terus diupayakan dapat menghasilkan karakteristik faktis yang bermutu baik. Minyak jarak atau castor oil diperoleh dari biji tanaman jarak jenis Ricinus communis L. (dengan kandungan minyak sekitar 50%), merupakan minyak komersial penting yang mengandung asam hidroksi dalam jumlah besar. Minyak jarak tidak digunakan dalam pembuatan produk makanan karena bersifat racun, tetapi dapat digunakan untuk keperluan medis (Ketaren, 1989). Minyak jarak memiliki bilangan iod yang cukup tinggi yaitu antara 82-88 (g iod/ 100 g minyak) sehingga baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap.

Sani (2010) membuat faktis gelap menggunakan bahan baku minyak jarak (Castor oil) dengan perlakuan yang digunakan adalah suhu (140, 150 dan 1600C) dan konsentrasi sulfur (25, 30, dan 35 bsm). Faktis gelap yang dihasilkan termasuk ke dalam mutu 3 atau mutu komersial dengan kadar ekstrak aseton yang cukup tinggi yaitu antara 86,12-97,46%. Dari hasil pengujian tersebut, diperoleh kondisi optimum mutu faktis gelap pada konsentrasi sulfur 25 bsm dengan suhu 1500C. Dari hasil tersebut, diperlukan penelitian lanjutan untuk memperoleh mutu faktis gelap yang lebih baik yaitu dengan mencari pengaruh metode netralisasi dan kecepatan pengadukan yang paling tepat.

Tingginya nilai kadar ekstrak aseton faktis gelap berbahan baku minyak jarak disebabkan karena adanya kandungan asam risinoleat yang tinggi (sekitar 90%). Asam risinoleat adalah asam lemak yang tersusun dari 18 atom karbon, satu ikatan rangkap (tidak jenuh), dan mempunyai gugus fungsional hidroksil pada atom C ke-12. Gugus fungsional ini menyebabkan minyak jarak bersifat polar (Widodo, 2007) sehingga mudah larut dalam aseton yang juga bersifat polar. Oleh Karena itu, untuk dapat mengetahui banyaknya minyak yang tervulkanisasi diperlukan pengujian dengan mengganti bahan pelarut yaitu dengan menggunakan pelarut petroleum eter.

2

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pengaruh metode netralisasi minyak jarak dan kecepatan pengadukan terhadap mutu faktis gelap; 2) Mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik untuk menghasilkan faktis gelap dengan menggunakan bahan baku minyak jarak (Castor oil).

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Jarak

Minyak jarak atau castor oil diperoleh dari biji tanaman jarak jenis Ricinus communis L.

(dengan kandungan minyak sekitar 50%), merupakan minyak komersial penting yang mengandung asam hidroksi dalam jumlah besar. Minyak jarak tidak digunakan dalam pembuatan produk makanan, tetapi dapat digunakan untuk keperluan medis (Widodo, 2007).

Menurut pengelompokkan berdasarkan jenis, minyak jarak merupakan salah satu dari grup minyak asam hidroksi yang unik dimana terdapat trigliserida yang mengandung asam risinoleat

(12-hydroxy-9-octadecenoic) dan sejumlah kecil dari asam 9,10-dihydrorotary karena adanya atom karbon yang asimetris pada posisi ke-12 dari asam risinoleat yang merupakan komponen asam lemak dominan (Ketaren, 1989).

Minyak jarak mempunyai komposisi kimia tidak seperti minyak nabati pada umumnya, sehingga minyak ini bernilai tinggi. Asam lemak pada minyak kastor 90% terdiri atas risinoleat, hanya sedikit mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat, dan stearat. Bahan yang tidak tersaponifikasi terdiri atas β–sitosterol. Asam risinoleat adalah asam lemak yang tersusun dari 18 atom karbon, satu ikatan rangkap (tidak jenuh), dan mempunyai gugus fungsional hidroksil pada atom C ke-12. Gugus fungsional ini menyebabkan minyak kastor bersifat polar (Widodo, 2007). Tabel 1 berikut menunjukkan komposisi asam lemak pada minyak jarak.

Tabel 1. Kandungan asam lemak minyak biji jarak

Asam lemak Jumlah (%)

Asam risinoleat 86

Asam oleat 8,5

Asam linoleat 3,5

Asam stearat 0,5-2,0

Asam dihidroksi stearat 1-2

Sumber : Bailey (1950)

Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida lainnya karena bobot jenis, kekentalan dan bilangan asetil serta kelarutannya dalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam etil alkohol 95% pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar, dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam petroleum eter relatif lebih rendah, dan dapat dipakai untuk membedakannya dengan golongan trigliserida lainnya. Kandungan tokoferol relatif kecil (0,05%), serta kandungan asam lemak esensialnya yang sangat rendah menyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati lainnya (Ketaren, 1989). Sifat fisiko kimia minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 2.

4

Tabel 2. Sifat fisiko kimia minyak jarak

Sifat a

Viskositas (Gardner Hold), 250C U-V (6,3-8,8 st)

Bobot Jenis 20/200C 0,967 - 0,963

Bilangan Asam 0,4 - 4,0

Bilangan Penyabunan 176 – 181

Bilangan Tak Tersabunkan 0,7

Bilangan Iod (Wijs) 82 - 88

Warna (Appearance) Bening

Indeks Bias, 250C 1,477 – 1,478

Kelarutan dalam Alkohol 200C (1:2) Jernih

Bilangan Asetil 145 -154

Sumber : Bailey (1950)

Minyak jarak tidak akan mengering ketika terpapar udara, bobot jenis meningkat ketika bilangan iod dan bilangan asam mengalami sedikit perubahan atau tidak sama sekali, selain itu memiliki kualitas penyimpanan yang baik (Jamieson, 1932). Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri cat, varnish, lacquer, pelumas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan baku

Dokumen terkait