• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

C. Saran

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisian. Lebih luas fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha.

Menurut Suharsimi (1990:85) sehubungan dengan pengaturan dan penggunaan sarana pendidikan, maka sarana dapat dibedakan atas dua kategori yaitu:

i. Alat yang langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Seperti alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan.

ii. Alat-alat yang tidak langsung terlibat dalam belajar mengajar. Seperti bangunan sekolah, meja guru, perabot kantor, dan lain-lain.

d) Gur u (tenaga pengajar)

Sebagai seorang pengajar, guru mempunyai peran yang penting dalam proses belajar mengajar. Di sekolah, guru menyiapkan bahan ajar yang akan diajarkan kepada siswanya. Peran guru di antaranya adalah sebagai pengajar, mediator dan fasilitator, evaluator, dan lain-lain.

b. Faktor yang berasal dari dalam individu (internal) 1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Apabila seseorang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. Seseorang yang kurang gizi atau sedang sakit misalnya dalam belajar mereka akan lekas ngantuk, tidak mudah menerima pelajaran.

Kondisi panca indra juga akan mempengaruhi dalam belajar terutama penglihatan dan pendengaran. Dalam lingkungan pendidikan formal juga banyak menggunakan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar (audio -visual aids).

2) Kondisi Psikologis a) Minat

Minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 1997:136). Misalnya jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik.

b) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan potensial individu untuk memecahkan masalah, membangun gagasan, menempatkan masalah dan menampilkan kebaharuan dalam waktu yang singkat (Wiramihardja, 2003).

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988 dalam Muhibbin Syah, 1997:135). Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi di bidang studi tertentu.

d) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk me lakukan sesuatu. Menurut Winkel (2004:169), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar agar dapat mencapai tujuannya .

e) kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif merupakan faktor penting dalam belajar para siswa atau mahasiswa. Kemampuan kognitif terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir.

B. Nilai Ujian Akhir Nasional

Sejak tahun pelajaran 2001/2002 Ebtanas digantikan oleh ujian akhir nasional. Ujian akhir nasional yang berlaku untuk SLTP/MTs dan SMU/MA sedangkan pada jenjang SD/MI berlaku ujian akhir sekolah (UAS) (Pakpahan, 2002). Ebtanas dan ujian akhir nasional memang ada kemiripan, yaitu pada aspek pelaksanaan yang secara bersamaan di seluruh negeri. Perbedaannya soal ujian akhir nasional dibuat oleh sekolah, tetapi harus mengacu pada silabus yang sudah diberikan Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dimenti). Sedangkan Ebtanas memasok soal ujian dari pusat (www.kompas.com).

Ujian akhir nasional merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di sekolah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil

belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga informasi bermakna dalam pengambilan keputusan (Depdikbud, 1994 dalam Pakpahan, 2002).

Hasil ujian di suatu sekolah akan memberikan informasi tentang keberhasilan siswa dari tujua n pembelajaran dan menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Dengan demikian, hasil ujian akhir dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas dan tingkat pencapaian atau keberhasilan suatu program kegiatan terutama program pembelajaran (Nitko, 1996 dalam Pakpahan, 2002).

Fungsi ujian akhir nasional adalah sebagai (1) alat pengendali mutu pendidikan; (2) pendorong peningkatan mutu pendidikan; (3) bahan pertimbangan dalam menentukan tamat belajar dan predikat prestasi siswa; (4) bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depdiknas, 2001 dalam Pakpahan, 2002). Sedang ujian akhir nasional bertujuan untuk (1) mengukur pencapaian hasil belajar siswa; (2) mengukur mutu pendidikan tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah; (3) mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah kepada masyarakat.

Dari rumusan fungsi dan tujuan ujian akhir nasional di atas dapat dilihat bahwa ada tiga unsur yang berkepentingan dengan hasil ujian akhir nasional yaitu pemerintah, sekolah, dan siswa. Bagi pemerintah, hasil ujian akhir nasional berfungsi sebagai alat pengendali dan pendorong mutu

pendidikan. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai gambaran kemampuan tamatan sekolah dan sebagai umpan balik dalam pembelajaran. Bagi siswa, hasil ujian akhir nasional digunakan untuk melihat gambaran hasil belajar atau kemampuan selama menempuh pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian ujian akhir nasional sebagai alat seleksi (Keeves, 1994 dalam Pakpahan, 2002).

C. Tes Masuk Perguruan Tinggi 1. Pengertian Tes Masuk

Tes adalah suatu alat pengukur berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dan suatu situasi yang distandardisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok (Masidjo, 1995:38).

Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut (Arifin, 1988:23).

Sedangkan Brown, 1976 (dalam Azwar, 1987:3) mengatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis guna mengukur sampel perilaku seseorang. Prosedur sistematis artinya item-item tes disusun menurut cara

dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci.

Tes masuk perguruan tinggi bertujuan untuk memilih calon-calon mahasiswa yang potensinya baik untuk dapat mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dengan sukses. Tes masuk perguruan tinggi termasuk tes prestasi belajar dan berfungsi pula sebagai tes prediktif untuk kesuksesan belajar seseorang di masa lampau dan dapat merupakan prediktor yang baik untuk prestasi belajar berikutnya (As’ad, 1984).

2. Klasifikasi Tes

Ada beberapa tes yang digunakan dalam dunia pendidikan khususnya sekolah. Menurut Cronbach, 1976 (dalam Azwar, 1999:17) membagi tes menjadi dua golongan besar, yaitu: maximum performance, yaitu tes yang mengukur performansi maksimal, dan typical performance yaitu tes yang mengukur performansi tipikal.

a. Tes yang mengukur perfomansi maksimal (maximum performance). Performansi maksimal adalah performansi terbaik yang mampu diperlihatkan oleh individu sebagai respons terhadap item-item dalam suatu tes. Istilah performansi maksimal identik dengan kemampuan (abilitas) kognitif. Contoh tes yang dirancang untuk mengungkap performansi maksimal adalah berbagai tes intelegensi, dan berbagai tes bakat, berbagai tes prestasi belajar, dan tes potensi belajar.

b. Tes yang mengukur performansi tipikal (typical performances). Performansi tipikal adalah performansi yang ditampakkan oleh individu sebagai proyeksi dari kepribadiannya sendiri sehingga indikator pelaku yang diperlihatkannya merupakan kecenderungan umum dirinya dalam menghadapi situasi tertentu. Respon yang berupa performansi tipikal tidak dapat dikatakan sebagai ”salah”. Contoh tes yang dirancang untuk mengungkap performansi tipikal antara lain tes kepribadian, skala -skala sikap dan inventori minat.

Fred. M, Smith & Sam Adams (1972), dalam bukunya “Educational Measurement for The Classroom Teacher, mengklasifikasikan tes baku dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Tes prestasi (achievement tests)

Dirancang untuk mengungkapkan seberapa banyak seseorang dapat menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu sebagai suatu hasil dari latihan masa lalu atau dengan pengertian lain tes prestasi dirancang untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil dari kegiatan belajar.

b. Tes bakat (aptitude tests)

Tes ini dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan potensial atau kemampuan yang terkandung pada diri subjek. Tes intelegensi di masukkan kategori tes kemampuan ini yang dirancang untuk mengungkap bagaimana siswa memungkinkan untuk belajar lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan orang yang lainnya. c. Tes karakteristik sosial-pribadi (Tests of Personal-social

Characteristics)

Tes ini dimaksudkan untuk melihat minat dan kepribadian seseorang.

d. Tes kecepatan dan tes kekuatan (speed and power tests)

Tes kecepatan adalah suatu tes dimana yang terpenting ialah mengukur faktor kecepatan. Biasanya tak seorangpun diharapkan untuk dapat menyelesaikan tes ini dalam batas waktu yang telah ditentukan.

Tes Kekuatan adalah suatu tes dimana faktor kecepatan tidak begitu penting untuk diukur. Beberapa macam bentuk tes kekuatan

kadang-kadang tidak ditetapkan waktu pengerjaannya, tetapi acap diberikan pembatasan waktu yang ketat.

e. Tes Individual dan Tes Kelompok (individual and group tests)

Disebut tes individual karena pelaksanaan tes ini hanya terbatas untuk satu orang subjek pada saat tertentu. Misalnya termasuk dalam jenis tes ini adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler Intelligence. Tes kelompok dilaksanakan terhadap banyak orang pada waktu yang bersamaan.

f. Tes Performansi dan Tes verbal dan Non-Verbal

Yang sering digunakan di sekolah yaitu tes verbal. Petunjuk dan soal tes disajikan dalam bentuk verbal atau kata-kata. Tes performansi biasanya termasuk beberapa bentuk aktivitas fisik, misalnya memasang pola dengan balok-balok kayu kecil, memasang skrup ke dalam baut, dan sebagainya.

Secara umum, pengklasifika sian tes dapat digolongkan dalam empat jenis golongan besar. Hal yang diungkapkan oleh Saifuddin Azwar (1987:6) tentang pengklasifikasian tes adalah sebagai berikut:

a. Tes yang mengukur Intelegensi Umum (general intelligence test) Biasanya dikenal sebagai tes IQ.

b. Tes yang mengukur kemampuan khusus (special ability test)

Tes jenis ini disebut juga tes bakat, dan dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan potensial atau kemampuan yang belum muncul pada diri subjek.

c. Tes yang mengukur prestasi (achievement test)

Dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar (learning).

d. Tes yang mengungkapkan aspek kepribadian (personality assessment) Pengukuran tes kepribadian umumnya tidak untuk membandingkan individu yang satu dengan yang lain. Hasil pengukuran kepribadian dinyatakan dalam bentuk deskripsi kualitatif.

Tes masuk yang digunakan untuk me nyaring calon mahasiswa oleh Universitas Sanata Dharma adalah Tes Potensial Akademik (TPA) yang meterinya terdiri dari:

1. Tes Penalaran Verbal

Merupakan tes bakat yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Soal-soal tes berbentuk analogis atau persamaan kata terutama sekali sesuai untuk mengungkap kemampuan penalaran.

2. Tes Kemampuan Numerik

Tes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep menurut angka-angka. Isi dari soal-soal bersifat seperti perhitungan aritmatik.

3. Tes Penalaran Mekanik

Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang disusun dengan kata-kata sederhana. Tes penalaran mekanis ini sedapat mungkin diperlukan penalaran yang tepat dan logis.

4. Tes Hubungan Ruang

Tes ini mengungkap kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan permukaan-permukaan suatu objek yang telah selesai sebelum dibangun, dengan hanya melihat gambar-gambar.

5. Tes Bahasa Inggris

Tes Bahasa Inggris mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Jadi tes Bahasa Inggris mengungkap kemampuan calon mahasiswa selama belajar di sekolah sebelumnya.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Alpin S. Dg. Makulin dan Masrun tahun 1998 yang berjudul “Hubungan antara NEM SMA dan intelegensi dengan prestasi belajar mahasiswa FKIP Universitas Tadulako. Penelitian ini mengajukan hipotesis yaitu ada korelasi positif antara jumlah NEM SMA, intelegensi dengan indeks prestasi kumulatif semester 2, pada tahun pertama di perguruan tinggi.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan tes intelegensi SPM. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswa program S-1 FKIP Tadaluko Palu. Pengambilan sampel dengan prosedur purposive sampling. Sebab dengan cara ini kelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 1990). Yang diambil sebagai sampel adalah mahasiswa program S-1 angkatan 1990/1991 FKIP Universitas Tadulako Palu. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian terdiri atas mahasiswa jurusan sejarah, PMP, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, dan Biologi yang berjumlah 250 orang. Teknik analisis

yang digunakan yaitu analisis korelasi product moment, korelasi partial jenjang pertama, dan korelasi ganda dua variabel bebas.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan ada korelasi yang positif dan signifikan antara jumlah NEM SMA, intelegensi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) pada tahun pertama di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, mempunyai pengaruh yang kuat terhadap prestasi belajar tahun pertama di Perguruan Tinggi. Maka dapat dikatakan semakin tinggi jumlah NEM dan skor intelegensi yang diperoleh mahasiswa, semakin tinggi pula prestasi belajar yang mereka capai di Perguruan Tinggi.

E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Pengaruh Nilai Ujian Akhir Nasional SLTA Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (depdiknas sejak tahun pelajaran 2001/2002 menetapkan ujian akhir sebagai pengganti evaluasi belajar tahap akhir nasional atau ebtanas (Depdiknas, 2001 dalam Pakpahan, 2002). Ujian akhir nasional berlaku untuk SLTP, MTs, SMU, MA, SMK. Sedang untuk SD, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa Setingkat SD, MI Ebtanas diganti dengan ujian akhir sekolah. Mata pelajaran pada ujian akhir nasional adalah seluruh mata pelajaran yang diajarkan di tingkat tiga pada SLTP, SMU, dan tingkat empat di SMK. Berdasarkan keputusan menteri, dalam pelaksanaan ujian akhir nasional ini ditetapkan apa yang menjadi

kewenangan sekolah dan Depdiknas. Depdiknas menyiapkan naskah ujian akhir nasional pada mata pelajaran yang selama ini diebtanaskan dan menyiapkan kisi-kisi tes atau standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran yang tidak disiapkan naskah ujian akhir nasionalnya oleh Depdiknas. Sedang naskah ujian akhir nasional mata pelajaran yang menjadi kewenangan sekolah disiapkan oleh sekolah sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang disiapkan Depdiknas. Hal inilah yang menjadi perbedaan mendasar antara ujian akhir nasional dengan Ebtanas. Jadi materi ujian akhir nasional yang diselenggarakan sekolah relatif sama untuk seluruh siswa di Indonesia. Ujian akhir nasional dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penilaian seperti validitas, reabilitas, objektifitas. Selain itu bahwa tujuan kurikulum dari semua mata pelajaran yang diUANkan adalah agar siswa dapat bekal untuk melanjutkan pelajarn di perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ujian akhir nasional mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa di perguruan tinggi.

Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sayuti (1987) dalam Makuling (1993) menunjukkan bahwa NEM mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Sumbangan efektif NEM SMP terhadap keberhasilan belajar di SMA adalah sebesar 17,35% untuk Indeks Prestasi Semester (IPS) 1; 16,58% untuk IPS 2; 18,11% untuk inde ks prestasi kumulatif semester 2 kelas satu. Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Pratomo (1991) dalam Makuling (1993). Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa NEM SMA merupakan prediktor yang menyakinkan terhadap prestasi belajar semester 1 bagi mahasiswa non eksakta di UGM. Menurut Dreth dalam Sukarti (1986) sebagaimana dikutip Makuling (1993) hal tersebut disebabkan untuk belajar yang akan datang diperlukan sejumlah ketrampilan dan ilmu yang didapat pada pendidikan sebelumnya.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ujian akhir nasional mempunyai pengaruh yang berarti terhadap prestasi akademik mahasiswa. Diharapkan siswa yang mempunyai nilai ujian akhir nasional yang tinggi nantinya juga akan mempunyai prestasi akademik yang baik juga dalam belajarnya di perguruan tinggi.

Ha1 : Ada pengaruh positif nilai ujian akhir nasional SLTA terhadap prestasi akademik mahasiswa.

2. Pengaruh Tes Masuk Perguruan Tinggi Terhadap Prestasi Akademik Tes masuk perguruan tinggi adalah tes yang digunakan untuk memilih calon-calon mahasiswa yang potensinya baik untuk dapat mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Melalui tes masuk diharapkan akan dapat menentukan nasib calon mahasiswa untuk diterima atau ditolak (As’ad, 1984). Tes masuk di dalamnya terdapat sub-sub tes yaitu kemampuan ve rbal, kemampuan numerik, penalaran mekanik, hubungan ruang, dan tes bahasa inggris yang diberlakukan dalam proses penerimaan mahasiswa baru di Universitas Sanata Dharma, dan sampai sekarang masing dianggap tes seleksi yang cukup baik. Beberapa penelitian yang

dilakukan peneliti terdahulu membuktikan bahwa tes masuk sebagai tes seleksi berkorelasi positif terhadap keberhasilan belajar.

Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendro Saputro (2004) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara tes seleksi masuk SMU bidang studi IPS dengan prestasi belajar siswa SMU bidang studi Ekonomi. Demikian pula yang dilakukan oleh Etikawati (2004) pada program studi ilmu-ilmu Sosial, diperoleh hasil bahwa secara komposit pengaruh tes potensi akademik (tes masuk) mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa tes seleksi masuk memiliki pengaruh dengan prestasi belajar selanjutnya. Dari hasil skor tes masuk perguruan yang tinggi diharapkan juga mempunyai prestasi akademik yang tinggi.

Ha2 : Ada pengaruh positif nilai tes masuk perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa.

3. Pengaruh Nilai Ujian Akhir Nasional SLTA Dan Nilai Tes Masuk Perguruan Tinggi Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa

Nilai ujian akhir nasional adalah hasil pengukuran dan penilaian di tingkat akhir sekolah yang dicapai oleh seorang siswa dalam usaha belajarnya. Dengan memperoleh nilai tersebut dan dinyatakan lulus, sesesorang mempunyai pegangan untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Minat lulusan SLTA untuk melanjutkan pendidikan tinggi sangat besar, hal tersebut dapat dilihat pada saat penerimaan mahasiswa baru yang melebihi daya tampungnya. Mengingat kondisi tesebut diperlukan suatu prediktor yang tepat untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam seleksi penerimaaan mahasiswa. Oleh karena itu, keberhasilan dalam menyeleksi calon mahasiswa yang berkualitas untuk diterima pada program studi yang dipilih dapat membantu meraih keberhasilan atau prestasi yang baik dalam mengikuti perkuliahan. Prestasi belajar yang diperoleh di perguruan tinggi sering disebut dengan prestasi akademik yang dinyatakan dalam indeks prestasi.

Dengan demikian nilai ujian akhir nasional dan nilai ujian masuk adalah sua tu hasil yang diperoleh setelah mengikuti ujian atau tes. Dari sinilah dapat dilihat bahwa nilai ujian akhir nasional dan nilai tes masuk dapat memprediksikan prestasi belajar selanjutnya. Apabila nilai ujian akhir nasional SLTA tinggi, dan nilai tes masuk tinggi dan dapat mengikuti perkuliahan sesuai dengan pilihannya diharapkan juga mempunyai prestasi akademik yang diharapkan.

Ha3 : Ada pengaruh positif nilai ujian akhir nasional SLTA dan nilai ujian masuk perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa.

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian hasil hanyalah berlaku pada kasus di mana objek/subjek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September 2006

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2002 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah nilai prestasi akademik mahasiswa yang diukur dari indeks prestasi kumulatif, prestasi belajar yang ditinjau dari nilai ujian akhir nasional SLTA serta nilai tes masuk perguruan tinggi.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2002 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 1813 mahasiswa.

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma angkatan 2002. Teknik pengambilan sampel dalam pene litian ini adalah proportional random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel acak berimbang yang didasarkan pada jumlah proporsi tertentu yang ditetapkan.

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan tabel Krecjie pada taraf kesalahan 5% adalah sebesar 292 mahasiswa (Sugiyono, 2005:81). Alokasi jumlah sampel yang diambil dari masing-masing program studi disajikan dalam tabe l berikut ini:

Tabel 3.1

Sampel yang diambil dari populasi

No. Program Studi Populasi Sampel

1. Bimbingan dan Konseling 70 11*)

2. P endidikan Guru Sekolah Dasar 94 15**)

3. Pendidikan Bahasa Inggris 109 18

4. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 65 11

5. Pendidikan Sejarah 61 10

6. Pendidikan Ekonomi 40 6

8. Pendidikan Matematika 45 7 9. Pendidik an Fisika 31 5 10. Akuntansi 153 25 11. Manajemen 157 25 12. Matematika 33 5 13. Ilmu Komputer 70 11 14. Fisika 21 3 15. Sastra Indonesia 59 10 16. Sastra Inggris 98 16 17. Ilmu Sejarah 33 5 18. Mekatronika (D3) 42 7 19. Teknik Elektro 77 12 20. Teknik Mesin 113 18 21. Teknik Informatika 67 11 22. Farmasi 131 21 23. Psikologi 129 21 Jumlah 1813 292 Keterangan:

*) B imbingan dan Konseling : 70 11,3 11

1813 292

= = ×

**) Pendidikan Guru Sekolah Dasar : 94 15,1 15 1813

292

= = ×

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berdasarkan pada pencatatan data tentang suatu objek yang dilakukan individu atau lembaga. Metode ini digunakan

untuk mengumpulkan data tentang pengaruh nilai ujian nasional SLTA dan nilai tes masuk Perguruan Tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini menyangkut 3 jenis yaitu nilai ujian akhir nasional SLTA, nilai tes masuk perguruan tinggi dan, indeks prestasi kumulatif.

F. Variabel Penelitian Dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Prestasi Akademik Mahasiswa (Y)

Prestasi akademik mahasiswa adalah nilai yang diperoleh

Dokumen terkait