• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai proses aging pada surfaktan MES setelah proses sulfonasi untuk penyempurnaan reaksi.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai produksi surfaktan MES pada skala yang lebih besar.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai sulfonasi berbagan baku minyak tanpa pengolahan menjadi metil ester.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, T. O dan A.P.Roberts. 1993. Production Operation 2: Well Completions,

Work over, and Stimulation. Oil and Gas Consultans International (OGCI) inc. Tulsa, Oklahoma.

Angstad, H.P., dan H. Tsao. 1982. Kinetics Study of Decomposition of Surfactant

for Enhanced Oil Recovery. Tulsa, Oklahoma.

Anwar, N. 2003. Kimia Dasar II. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official

Analytical Chemistry. AOAC Inc., Washington.

ASTM D_1331.2000. Standard Test Methods Surface and Interfacial Tension of

Surface Active Agents and Emulsion. Annual Book of ASTM Standard,

Volume. 15 Easton MD, Philadelphia.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2000 – 2007. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Basiron, Y. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Vol.2 5th Edition. Hui, Y.H. (Ed.) John Willey and Sons, Inc. New York.

Bernardini, E. 1983. Vegetable Oils and Fats Processing. Volume II. Interstampa, Roma.

Bodner, G. M, dan H. L. Pardue. 1989. Chemistry An Experimental Science. John Willey and Sons. Inc, New York.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company, New York.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality Management in Pond for Aquaculture. Elsevier Scientific Publishing Company, New York.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Foster, N.C. 1996. Sulfonation and Sulfation Processes. In : Spitz, L. (Ed). Soap

and Detergents : A Theoretical and Practical Review. AOCS Press,

Champaign, Illinois.

Gardener, J. E. dan M. E. Hayes. 1983. Spinning Drop Interfacial Tensiometer

Instruction Manual. Departement of Chemistry. The University of Texas,

Gomaa, E.E. 1997. Enhanced Oil Recovery : Modern Management Approach. Paper for IATMI-IWPL/MIGAS Conference, Surakarta, 28 Juli-1 Agustus 1997.

Hapsari, M. 2003. Kajian Pengaruh Suhu dan Kecepatan Pengadukan pada

Psoses Produksi Surfaktan dari metil ester Minyak Inti Sawit dengan Proses Sulfonasi. Skripsi. Fateta IPB, Bogor.

Hidayati, S. 2005. Penentuan Gugus Sulfonat Hasil Degradasi Panas Pada Metil

Ester Sulfonat Menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy.

Jurnal Sains dan Teknologi.

Hui, P.C., dan M. E. Tuvell. 1998. A Mechanistic Approach to the Thernal

Degradation of Alfa Olefin Sulfonates. JAOAC,vo.65.page 1007.

Hui, Y.H. 1996e. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5th Edition. Volume 5. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Kawauchi, A. 1997. Non Solvent Quantitation of Anionic Surfactant and

Inorganic Ingredients in Laundry Detergent Product. JAOAC Press,

Vol.74, No.7.

Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. UI-Press, Jakarta. Kirk, R.E. dan D.F. Othmer. 1964. Sulfonation and Sulfation. Di dalam :

Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. Vol. 19. Interscience Publisher, Inc., New York.

Latifah, K. 2001. Kimia Dasar I. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mahardika, A. D. 2003. Kajian Pengaruh Rasio Mol Reaktan dan Lama Reaksi

Pada Proses Produksi Surfaktan Metil Ester Sulfonat. Skripsi. Fateta

IPB, Bogor.

Matheson, K. L. 1996. Surfactant Raw Materials : Classification, Synthesis, and

Uses. In : Soap and Detergents : A Theoritical and Practical Review.

Spitz, L (Ed). AOCS Press, Champaign, Illionis.

MacArthur, B.W, Brooks B, Sheats W.B, dan Foster N.C. 1998. Meeting the

Challenge of Methylester Sulfonation. Chemithon, USA.

McCune, C.V. 1980. Temperaturse in Well, Trans. AIME,vol 142., p. 15

Pore, J. 1976. Sulfated and Sulfonated Oils. Di dalam : Karlenskind, A. (Ed.). Oil and Fats. Manual Intercept Ltd., New York.

44 Dekker Inc., New York.

Roberts, D.W., Giusti, L., Forcella, A. 2008. Chemistry of Methyl Ester

Sulfonates. Di dalam : Biorenewable Resources No.5. AOCS.

Rosen, J. M. 2004. Surfactant and Interfacial Phenomena. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Shaw, D.J. 1980. Introduction to Colloid Surface Chemistry. Butterworths,Oxford, England.

Standar Nasional Indonesia. 1998. Cara uji minyak dan lemak. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Stein, W.dan H. Baumann. 1975. α-Sulfonated Fatty Acids and Esters:

Manufacturing Process, Properties, and Applications. JAOCS. Vol. 52:

323 – 329.

Suryani, A., I. Sailah dan E. Hambali. 2003. Pengantar Teknologi Emulsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB, Bogor.

Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Vol. I 4th Edition. John Willey and Son, New York.

Watkins, C. 2001. Surfactant and Detergent: All Eyes are on Texas. Inform 12 : 1152-1159.

www.o-fish.com. Kesadahan www.statistik-indonesia.com.

46

Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES)

Metil Ester Olein

Sulfonasi

Laju alir ME 100 ml/menit, 80 °C, 2 jam Gas SO3 7% Pemurnian 75 °C, 1,5 jam Metanol 31% (v/v) H2O24% (v/v) Netralisasi pH 7, 50°C, 30 menit NaOH 50% Penguapan Metanol 70 – 80 °C Metanol

Metil Ester Sulfonat (MES) Murni

48

Lampiran 3. Prosedur Analisa Bahan Baku dan Surfaktan MES 1. Uji Bilangan Asam (SNI-01-3555-1998)

Timbang 19-21 ± 0.05 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 100 ml campuran pelarut (etanol 95 % - toluene 50 %) yang telah dinetralkan ke dalam labu Erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu Erlenmeyer dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang dinetralkan diatas dan tidak berubah selama 15 detik. Kemudian catatlah volume titran yang dibutuhkan (V ml).

Bilangan asam = 56,1 x V x N mg KOH/g biodiesel M

keterangan :

V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml) N = normalitas larutan KOH dalam alkohol

M = berat contoh biodiesel alkil (g)

2. Bilangan Iod (AOAC, 1995)

Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 gram di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkankan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 %. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak

Bilangan Iod = (B-S) x N x 12,69 G

Keterangan :

B = ml Na2S2O3 blanko S = ml Na2S2O3 contoh

N = normalitas Na2S2O3

G = berat contoh

3. Berat Jenis (Ketaren, 1986)

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang (g). Piknometer diisi air sehingga volumenya diketahui. Pinkometer dengan volume tertentu (ml) diisi sampai meluap dan tidak terbentuk udara, kemudian ditimbang berat isinya (g). Berat jenis sampel dihitung dengan rumus berikut :

Berat jenis = (bobot piknometer dan sampel) – (bobot pikno kosong) Volume air (ml)

4. Tegangan Permukaan Metode du Nouy (ASTM D 1331, 2000)

Metode pengujian ini dilakukan untuk menentukan tegangan permukaan larutan surfaktan dengan menggunakan alat Tensiometer du Nouy. Peralatan dan wadah contoh yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Wadah yang digunakan biasanya terbuat dari bahan gelas dengan diameter lebih besar dari 6 cm. Wadah gelas dicuci dengan larutan chromic-sulfuric

acid, kemudian dibilas dengan air destilata. Cincin platinum merupakan

bagian dari alat Tensiometer, memiliki diameter 4 atau 6 cm. Sebelum digunakan, cincin dicuci terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai dan dibilas dengan air destilata, lalu dikeringkan.

Posisi alat diatur supaya horizontal dengan water pas dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan panas. Larutan contoh dimasukkan ke dalam gelas dan diletakkan diatas dudukan (platform) pada Tensiometer. Suhu cairan sampel diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke dalam sampel tersebut (lingkaran logam tercelup 3 - 5 mm di bawah permukaan cairan), dengan cara menaikkan dudukan (platform). Skala vernier Tensiometer di set pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi berimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya platform diturunkan perlahan, dan pada saat yang bersamaan skrup kanan diputar sedemikian rupa sehingga jarum penunjuk tetap berimpit dengan garis pada kaca. Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat putus.

50

permukaan. Pengukuran dilakukan paling sedikit dua kali. Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan menambahkan konsentrasi surfaktan sebanyak 10 persen (dalam air).

Nilai tegangan permukaan setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan permukaan air sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan.

5. Tegangan Antar Muka (ASTM D 1331, 2000)

Metode penentuan tegangan antarmuka sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Untuk pengukuran cairan yang mengandung dua fase yang berbeda, yaitu fase larut dalam air (aqueous) dan fase tidak larut dalam air (nonaqueous), dilakukan beberapa tahapan. Fase aqueous (air) dimasukkan terlebih dahulu ke dalam wadah gelas, kemudian dicelupkan cincin platinum kedalamnya (lingkaran logam tercelup 3 - 5 mm di bawah permukaan cairan), setelah itu secara hati-hati fase nonaqueous (xilen) ditambahkan diatas fase aqueous sehingga sistem terdiri dari dua lapisan.

Kontak antara cincin dan fase nonaqueous sebelum pengukuran harus dihindari. Setelah tegangan antarmuka mencapai ekuilibrium, yaitu benar-benar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka dilakukan pada campuran air dengan xylene (1:1), konsentrasi surfaktan yang ditambahkan adalah 10 persen (dalam campuran xylene-air). Nilai tegangan antar muka antara air dengan xylene setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan antar muka antara sebelum dan sesudah ditambahkan surfaktan.

6. Kadar Air (SNI 01-3555-1998)

Cawan alumunium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Bobot cawan kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobotnya, kemudian dipanaskan di dalam oven suhu 105°C selama 1-2 jam. Cawan berisi sampel dikeluarkan dan

didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Pemanasan dan penimbangan diulangi sampai diperoleh bobot tetap.

Kadar air (%) = m1-m2 x 100 m1

m1 =bobotsampel (g)

m2 = bobot sampel setelah pemanasan (g)

7. Bilangan Penyabunan (SNI-01-3555-1998)

Timbang 4-5 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholik. Sambungkan labu erlenmeyer dengan kondensor berpendingin udara dan didihkan sampai contoh tersabunkan sempurna selama 1 jam. Larutan yang diperoleh harus homogen dan homogen. Setelah labu dan kondensor cukup dingin, lepaskan kondensor dari labu, tambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein ke dalam labu, dan titrasi isi labu dengan HCl 0.5 N sampai warna merah jambu hilang. Lakukan hal yang sama untuk blanko tanpa penambahan sampel. Nilai bilangan penyabunan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bilangan penyabunan = 56.1 (A-B) x N mg KOH/g biodiesel M

Keterangan :

A = volume HCl 0.5 N untuk titrasi blanko B = volume HCl 0.5 N untuk titrasi contoh N = normalitas HCl

8. Pengukuran pH (BSI, 1996)

Metode ini digunakan untuk menganalisa derajat keasaman (pH) surfaktan anionik, kationik, nonionik dan amfoterik. Nilai pH dari larutan contoh ditentukan dengan pengukuran potensiometrik menggunakan elektroda gelas dan pH-meter komersial. Alat pH-meter disiapkan dan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan buffer pH 4,0 dan 9,0. Elektroda kemudian dibilas dengan air bebas CO2

yang memiliki pH antara 6,5 sampai 7,0. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur. Nilai pH dibaca pada pH-meter,

52

pembacaan dilakukan setelah angka stabil. Elektroda kemudian dibilas kembali dengan air bebas CO2. Pengukuran dilakukan dua kali. Apabila dari dua kali pengukuran nilai yang terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan pengukuran termasuk kalibrasi.

9. Kadar Bahan Aktif Metode Epthone

Timbang 1 gram sampel dan tambahkan dengan 30 ml aquades. Panaskan larutan tersebut pada suhu 100 °C sampai larut. Setelah larut, dinginkan kemudian tambahkan 3 tetes indikator fenolfthalein. Selanjutnya lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai menghasilkan warna merah muda. Catat volume titran yang terpakai untuk titrasi (A ml). Encerkan larutan setelah titrasi dengan 1 liter aquades. Ambil larutan yang sudah diencerkan sebanyak 5 ml ke dalam gelas ukur. Tambahkan 3 ml metilen biru dan 10 ml larutan kloroform campuran. Titrasi dengan larutan N-cetylpyridium chloride. Catat volume titran yang terpakai (B ml). Kadar bahan aktif dirumuskan sebagai berikut.

Bahan aktif = B ml kationik x faktor kationik x BM x 100 %

Gr sampel x 4 .95

Keterangan :

B = ml titran N-cetylpyridium chloride Faktor kationik = 1.9801

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES

A. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Permukaan dalam Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan

Perlakuan Ulangan 1 Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 2 Rataan

A1B1 37.00 37.50 37.25 A1B2 37.75 37.75 37.75 A1B3 39.50 38.50 39.00 A1B4 39.00 39.35 39.17 A1B5 38.25 38.65 38.45 A1B6 40.00 42.00 41.00 A2B1 36.60 36.00 36.30 A2B2 36.95 36.00 36.45 A2B3 36.00 37.10 36.55 A2B4 37.25 37.45 37.35 A2B5 37.10 38.05 37.57 A2B6 37.20 38.00 37.60 A3B1 32.50 32.75 32.62 A3B2 35.65 36.15 35.90 A3B3 36.10 35.75 35.92 A3B4 36.40 36.80 36.60 A3B5 35.00 37.05 36.02 A3B6 37.10 37.45 37.27 Keterangan : A1 : Suhu 70 °C A2 : Suhu 80 °C A3 : Suhu 90 °C

B1 : Lama Pemanasan 1 hari B2 : Lama Pemanasan 2 hari B3 : Lama Pemanasan 3 hari B4 : Lama Pemanasan 4 hari B5 : Lama Pemanasan 5 hari B6 : Lama Pemanasan 6 hari

54

B. Analisa Ragam (ANOVA) Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan

Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Suhu (Ai) 2 56.258 28.129 69.802** 3.55 6.01 Lama Pemanasan (Bj) 5 34.884 6.977 17.313** 2.77 4.25 Interaksi (AiBj) 10 11.835 1.183 2.397 2.41 3.51 Error 18 7.254 0.403 Total 35 110.231 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Suhu

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

A3 (90 °C) 12 35.7250 A

A2 (80 °C) 12 36.9750 B

A1 (70 °C) 12 38.7708 C

D. Hasil uji Duncan untuk faktor Lama Pemanasan

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

B1 (1 hari) 6 35.3917 A B2 (2 hari) 6 36.7083 B B3 (3 hari) 6 37.1583 BC B5 (5 hari) 6 37.3500 BC B4 (4 hari) 6 37.7083 C B6 (6 hari) 6 38.6250 D

• Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata

• Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Lampiran 5. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Salinitas A. Rekapitulasi data Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Salinitas

Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan

C1 34.75 34.10 34.42

C2 35.2 35.95 35.57

C3 36.2 36.00 36.10

B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat kondisi Salititas Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Salinitas (Ci) 2 2.936 1.468 8.593 9.55 30.30 Error 3 0.512 0.171 Total 5 3.448

56

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Kesadahan A. Rekapitulasi data Tegangan Permukaan MES dalam kondisi Kesadahan

Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan

D1 35.25 35.00 35.12

D2 36.30 36.50 36.40

D3 37.00 37.65 37.32

B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Permukaan MES Akibat kondisi Kesadahan

Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Kesadahan (Di) 2 4.841 2.420 19.759* 9.55 30.30 Error 3 0.367 0.122 Total 5 5.208 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Kesadahan

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

D1 (100 ppm) 2 35.1250 A

D2 (300 ppm) 2 36.2500 B

D3 (500 ppm) 2 37.3250 B

• Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata

• Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES

A. Rekapitulasi Data Nilai Tegangan Antarmuka dalam Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan

Perlakuan Ulangan 1 Tegangan Antarmuka (Dyne/cm) Ulangan 2 Rataan

A1B1 17.15 18.40 17.77 A1B2 18.20 18.90 18.55 A1B3 18.90 18.90 18.90 A1B4 19.10 19.00 19.05 A1B5 19.35 19.20 19.27 A1B6 19.00 20.45 19.72 A2B1 15.30 15.50 15.40 A2B2 18.15 18.00 18.07 A2B3 18.40 18.20 18.30 A2B4 18.40 18.30 18.35 A2B5 18.50 18.40 18.45 A2B6 20.00 19.10 19.55 A3B1 18.05 18.00 18.02 A3B2 18.80 18.35 18.57 A3B3 18.90 19.20 19.05 A3B4 19.25 20.00 19.62 A3B5 20.05 20.80 20.42 A3B6 20.70 20.90 20.80

B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Suhu (Ai) 2 11.896 5.948 32.542** 3.55 6.01 Lama Pemanasan (Bj) 5 30.280 6.056 33.133** 2.77 4.25 Interaksi (AiBj) 10 4.847 0.485 2.652* 2.41 3.51 Error 18 3.290 0.183 Total 35 50.312 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01)

58 C. Hasil uji Duncan untuk faktor Suhu

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

A2 (80 °C) 12 18.0208 A

A1 (70 °C) 12 18.8792 B

A3 (90 °C) 12 19.4167 C

D. Hasil uji Duncan untuk faktor Lama Pemanasan

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

B1 (1 hari) 6 17.0667 A B2 (2 hari) 6 18.4000 B B3 (3 hari) 6 18.7500 BC B4 (4 hari) 6 19.0083 CD B5 (5 hari) 6 19.3833 D B6 (6 hari) 6 20.0250 E

• Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata

• Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Salinitas A. Rekapitulasi data Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Salinitas

Perlakuan Tegangan Permukaan (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan

C1 16.80 15.70 16.25

C2 18.05 18.00 18.02

C3 19.15 19.20 19.17

B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat kondisi Salititas Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Salinitas (Ci) 2 8.686 4.343 21.447* 9.55 30.30 Error 3 0.608 0.203 Total 5 9.293 Keterangan : * : Berpengaruh Nyata (α = 0.05) ** : Berpengaruh Sangat Nyata (α = 0.01) C. Hasil uji Duncan untuk faktor Salinitas

Perlakuan N Rata-Rata Kelompok Duncan

C1 (10000 ppm) 2 16.2500 A

C2 (20000 ppm) 2 18.0250 B

C3 (30000 ppm) 2 19.1750 B

• Huruf pengelompokkan Duncan yang sama menunjukkan fakor tidak berbeda nyata

• Huruf pengelompokkan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata

60

Lampiran 9. Data Hasil Penelitian, Analisis Ragam dan Uji Lanjut Duncan Uji Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Kesadahan A. Rekapitulasi data Tegangan Antarmuka MES dalam kondisi Kesadahan

Perlakuan Tegangan Antarmuka (Dyne/cm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan

D1 18.00 16.80 17.40

D2 18.35 18.20 18.27

D3 19.00 18.90 18.95

B. Analisa Ragam Nilai Tegangan Antarmuka MES Akibat kondisi Kesadahan Sumber Variasi db JK RJK F-Hitung F- Tabel 0.05 0.01 Kesadahan (Di) 2 2.416 1.208 4.922 9.55 30.30 Error 3 0.736 0.245 Total 5 3.152

Dokumen terkait