• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Penulis memberikan saran, bahwa :

1. Bagi masyarakat Banjar yang ada di Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat hendaknya memupuk persaudaraan dan kekeluargaan serta kebersamaan.

2. Bagi para generasi muda tetaplah mencintai dan mempertahankan budaya peninggalan leluhur, berupa tradisi Kepala Desa yang diadakan pada saat pernikahan bagi yang memiliki keturunan untuk terus melestarikan di setiap pernikahan, lalu Bahasa Banjar yang harus tetap di lestarikan, dan jangan pernah malu untuk menunjukkan kepada budaya lain dengan Bahasa Banjar, agar tidak hilang di telan perkembangan jaman.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memberikan kesempurnaan terhadap hasil penelitian.

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA JARING HALUS

2.1Kondisi Alam dan Geografis Wilayah

Desa Jaring Halus merupakan desapesisir yang terletak di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Perjalanan ke Desa Jaring Halus dari pusat Kota Medan memakan waktu sekitar 4 jam. Dari Medan wilayah yang dilalui secara berturut-turut untuk mencapai desa ini adalah Pinang Baris-Binjai-Stabat-Secanggang-Batang Buluh- Jaring Halus.Dari Medan sampai Batang Buluh masih bisa menggunakan alat transportasi darat seperti mobil, sepeda motor, dan lain-lain.Namun jika telah sampai di Batang Buluh untuk mencapai Desa Jaring Halus hanya bisa dilalui dengan menggunakan transportasi laut seperti boat.Perjalanan dengan boat ini memakan waktu ± 1/5 jam. Sebagai desa yang terletak di tengah-tengah perairan (pulau), lokasi ini terkesan terisolir karena akses menuju lokasi tersebut sangat susah, dari Batang Buluh kita harus rela menunggu pemberangkatan boat.

Setelah memasuki Desa Jaring Halus kita akan berhadapan dengan lokasi desa dengan rumah penduduk yang modelnya seperti rumah panggung (kebanyakan), sarana yang menghubungkan antara rumah yang satu dengan rumah yang lain yaitu titi-titi yang terbuat dari kayu yang cukup kuat, walaupun ada jalan tanah tapi hanya sedikit. Sebagai wilayah perairan, penduduk di Desa Jaring Halus pada umumnya bermata pencarian sebagai nelayan. Pada umumnya mereka masih dikenal sebagai nelayan dengan alat tangkap tradisional seperti jaring selapis, ambai, cicang rebung dan lain-lain. Penduduk Desa Jaring Halus umumnya berasal dari etnik Melayu dan sebagian kecil berasal dari etnik lain seperti Banjar, Jawa, dan Minang (sedikit).

Berdasarkan letak astronominya, Desa Jaring Halus terletak pada 3051’30’’ – 3059’45’’ LU dan 98030’ – 98042’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 m dpl. Sebuah desa pesisir yang merupakan bagian dari kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ini berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Timur, sebelah Selatan dengan Desa Selotong, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tapal Kuda. Desa ini memiliki luas 2.554 ha.

Jaring Halus merupakan sebuah desa yang terletak di pinggir lautan lepas (dikelilingi oleh lautan). Desa ini merupakan desa pesisir yang penduduknya mayoritas adalah Melayu dan sebagian kecil adalah suku Banjar. Untuk mencapai desa ini transportasi yang digunakan adalah kapal boat dari Secanggang. Menurut cerita masyarakat setempat, dulunya desa ini merupakan sebuah tempat di mana masyarakat Melayu di desa ini berasal dari negeri Malaysia yang disebabkan oleh suatu hal mereka bertransmigrasi ke desa ini. Dan dulunya desa ini masih kosong sama sekali dan lama kelamaan berkembang akibat perubahan zaman. Dulunya oleh orang Malaysia di sebut jari halus, tetapi kemudian akibat para pendatang yang tinggal dan menetap di desa tersebut seperti Banjar, Jawa, Melayu, dan Banten akhirnya berubah nama menjadi Desa Jaring Halus.

Dari segi ini yang mempengaruhi pendapatan para nelayan adalah akibat dari datangnya angin tenggara.Angin tenggara berdampak buruk bagi para nelayan yang sedang melaut dikarenakan ombak ribut dan bergemuruh.Dikarenakan angin ribut yang sangat mengganggu terhadap hasil tangkapan, maka nelayan hanya bekerja di laut selama satu jam saja. Dampak dari tiupan angin tenggara menimbulkan rasa mual dan bias menyebabkan kapal nelayan mengalami keretakan.Desa Jaring Halus yang dikelilingi laut lepas ini adalah sebuah desa nelayan karena hampir secara keseluruhan bermata pencarian sebagai nelayan.Dan untuk sebagian lagi

berprofesi sebagai guru, buruh industri & bangunan, serta pengusaha seperti tauke.Sumber daya lautmerupakan penghasilan terbesar terhadap kehidupan masyarakat.Sehingga mereka mengelolanya dan berusaha menjaga laut agar tetap terjaga ekosistemnya.Nelayan Jaring Halus juga memanfaatkan laut dengan membuat keramba dan ambe.

Adanya hutan bakau juga mempengaruhi hasil tangkapan karena akar-akar pohon bakau tersebut merupakan tempat bertelurnya ikan-ikan dan berfungsi sebagai tempat untuk ikan-ikan kecil yang belum bisa lepas di laut luas.

2.2Latar Belakang Historis Desa Jaring Halus

Jaring Halus merupakan sebuah desa yang terletak di pinggir lautan lepas (dikelilingi oleh lautan).Desa ini merupakan desa pesisir yang penduduknya mayoritas adalah Melayu dan sebagian kecil adalah suku Banjar.Untuk mencapai desa ini transportasi yang digunakan adalah kapal boat dari Secanggang.Menurut cerita masyarakat setempat, dulunya desa ini merupakan sebuah tempat di mana masyarakat Melayu di desa ini berasal dari negeri Malaysia yang disebabkan oleh suatu hal mereka bertransmigrasi ke desa ini. Dan dulunya desa ini masih kosong sama sekali dan lama kelamaan berkembang akibat perubahan zaman. Dulunya oleh orang Malaysia di sebut jari halus, tetapi kemudian akibat para pendatang yang tinggal dan menetap di desa tersebut seperti Banjar, Jawa, Melayu, dan Banten akhirnya berubah nama menjadi Desa Jaring Halus.

Alkisah tentang nama Jaring Halus berasal dari nama sejenis rumput yang tumbuh di sekitar pantai kampung ini. Konon pada waktu itu rumput tersebut banyak tumbuh disini.Masyarakat disini menyebutnya rumput “jari halus”.Oleh karena rerumputan itu

merupakan ciri khas wilayah kampung ini maka mereka pada waktu itu menamai kampung ini sebagai Kampung Beting Jari Alus.Mereka ini adalah komunitas perantau yang datang dari wilayah negara tetangga Kedah, Malaysia yang menetap di kawasan Beting Jari Alus sejak tahun 1917.

Suku melayu dari Malaysia menggunakan perahu tongkang menyebrangi Selat Malaka. Kemudian mereka tiba di sebuah tempat yang bernama Pulau Seremban, Pangkalan Berandan – Langkat.Dari tempat ini mereka terus bergerak mencari sebuah tempat yang sesuai dan nyaman. Setidaknya ada lima lokasi yang telah mereka jelajahi selama kurun waktu 17 tahun, yang kesemuanya berada di wilayah pesisir pantai timur Langkat. Setelah itu mereka menemukan kawasan beting (pantai) dimana menurut pertimbangan mereka tempat itu sangat strategis.Kawasan tersebut adalah Desa Jaring Halus yang dulu namanya Kampung Beting Djari Halus.Selama setahun disitu jumlah mereka bertambah menjadi 15 KK, karena adanya perpindahan penduduk lokal ke Jaring Halus.

2.3Sistem Mata Pencaharian Penduduk Desa Jaring Halus

Desa Jaring Halus yang dikelilingi laut lepas ini adalah sebuah desa nelayan karena hampir secara keseluruhan bermata pencarian sebagai nelayan.Dan untuk sebagian lagi berprofesi sebagai guru, buruh industri & bangunan, serta pengusaha seperti tauke.Sumber daya lautmerupakan penghasilan terbesar terhadap kehidupan masyarakat.Sehingga mereka mengelolanya dan berusaha menjaga laut agar tetap terjaga ekosistemnya.Nelayan Jaring Halus juga memanfaatkan laut dengan membuat keramba dan ambe.

Adanya hutan bakau juga mempengaruhi hasil tangkapan karena akar-akar pohon bakau tersebut merupakan tempat bertelurnya ikan-ikan dan berfungsi sebagai tempat untuk ikan-ikan

kecil yang belum bisa lepas di laut luas.Di awal tahun 2000-an, pernah terjadi masalah terhadap keberadaan hutan bakau.Pada mulanya pemerintah memang mengizinkan warga Desa Jaring Halus untuk memanfaatkan pohon bakau guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan jumlah yang terbatas dan tidak berlebihan.

Tahun 2002, HPH (Hak Pengusahaan Hutan) atas izin pemerintah juga melakukan penebangan terhadap hutan bakau.Penebangan tersebut digunakan sebagai bahan dasar pembuatan arang.Memang riset membuktikan bahwa kayu bakau lebih bagus untuk dijadikan arang dari pada kayu sawit yang sering digunakan selama ini.Dan untuk selanjutnya dibangunlah sebuah PT (Perseroan Terbatas) yang mengolah kayu bakau tersebut.Pemerintah pun mengizinkan HPH untuk menebang hutan bakau dengan jumlah tak terbatas dengan imbasnya pemerintah juga memperoleh sebagian dari hasil keuntungan penjualan arang bakau tersebut.

Dalam waktu satu tahun terakhir ini, pernah datang suatu LSM ke Desa Jaring Halus dan kemudian memperoleh informasi dari masyarakat setempat tentang masalah hutan bakau tersebut.Oleh LSM tersebut kemudian dicanangkan suatu program guna melakukan penanaman kembali bibit hutan bakau di Jaring Halus.Akan tetapi hingga sekarang ini, program yang bersifat menbangun tersebut belum dilaksanakan juga. Karena Jaring Halus adalah daerah pantai maka mata pencarian seperti petani sawah, ladang ataupun tanaman-tanaman tropis sangat jarang terdapat di desa ini

Hasil tangkapan ikan di desa ini cukup beragam diantaranya yang paling banyak ditangkap adalah ikan cecah rebung (cerbung) dan jenis lainnya adalah udang, tongkol, gembung, kepiting, pare, ketam, dan lain-lain.Dalam sistem bagi hasil, nelayan kecil di Jaring Halus mengenal “patron-klien” yaitu sistem majikan dan bawahan.Dikarenakan nelayan kecil memakai pekarangan milik tauke, maka penjualan dan pembelian hasil tangkapan diberikan kepada

tauke.Sistem penjualan dan pembelian tersebut merupakan tradisi lisan/keharusan yang tidak tertulis yang harus dituruti oleh nelayan.

Pembagian hasil pun tidak sebanding yaitu 1 : 3. Pembagian hasil ditentukan berdasarkan beban tanggungan seperti kebutuhan bahan bakar, peralatan, serta makan nelayan di laut.Dan hasil penjualan tersebut dibebankan tauke pada harga pembelian.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat merupakan bagian yang sangat kompleks untuk dibicarakan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu masyarakat mempunyai bentuk-bentuk struktur sosial seperti kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan lain sebagainya. Akan tetapi semua itu mempinyai derajat yang berbeda-beda dalam beberapa aspek sosial di atas yang menyebabkan pola prilaku, adat-istiadat maupun budaya masyarakat yang berbeda-beda tergantung dari tempat serta situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat sebagai bagian dari anak lingkungan bahkan anak zamannya.

Salah satu dari struktur sosial dalam masyarakat adalah stratifikasi sosial, dimana keberadannya menjadi bagian yang tidak kalah penting dalam sejarah hidup manusia yaitu adanya golongan atas upper class, golongan menengah middle class dan kelas menengah lower

class yang secara umum mewarnai kehidupan masyarakat mulai dari zaman prasejarah, zaman

Hindu-Budha sampai saat ini adalah adanya strata sosial dalam kehidupan masyarakat, yang sekaligus merupakan bagian yang kompleks dari perbedaan kelompok di tengah-tengah masyarakat, baik itu stratifikasi sosial yang horizontal maupun pelapisan sosial yang vertikal telah mewarnai kehidupan manusia baik dengan kita sendiri maupun tidak.1

Terdapat dua macam sistem pelapisan sosial yang kita kenal, yaitu sistem pelapisan sosial yang bersifat tertutup closed social stratification dan sistem pelapisan sosial yang bersifat

1

Sartono Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Penerbit Gramedia, 1993, hal 24

terbuka open social stratification, dimana yang disebut pertama sudah mengakar dalam sejarah kehidupan manusia dan yang terakhir secara umum baru berkembang sejak zaman modern.2

Sistem pelapisan sosial stratifikasi social yang terbuka open social stratification, dimana di dalamnya pengembangan tingkat statusnya bukan atas dasar apa yang diwariskan secara turun temurun, namun prestasi seseorang, kemampuan seseorang serta kepemilikan seseorang dan lain sebagainya merupakan tolak ukur dalam tinggi rendahnya tingkat status seseorang yang pada suatu saat bisa berubah sesuai sesuai dengan kemampuan seseorang mempertahankan apa yang dimilikinya. Namun setiadaknya masyarakat yang pernah mengembangkan sistem ini karena tidak ada ukuran yang membedakan secara ketat dalam setiap golongan maka bisa dikatakan mulai sejak kedatangan Islam, masuknya imprealisme barat sampai saat ini, baik pada masyarakat umum maupun pada masyarakat bangsawan pada khususnya.3

Secara spontan masyarakat Banjar yang berdomisili di Langkat juga menyampaikan pernyataan sikap mereka untuk mendukung terus pembangunan serta program Pemkab Langkat Keberadaan masyarakat Banjar memiliki sumbangsih bagi terpeliharanya kondusifitas maupun pembangunan materil spiritual.Kita semua berharap agar Semboyan dari Pangeran Antasari yang juga merupakan motto masyarakat Kalimantan Selatan yakni Wajak Sampai Kaputing, mampu diimplementasikan bagi perjuangan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Langkat. Semangat dan semboyan ini dapat diwujudkan bagi kebersamaan masyarakat Banjar guna memberikan yang terbaik bagi bumi Langkat Berseri ini, Bupati H. Zulfirman Siregar menegaskan pembangunan gedung sekretariat PMKK yang bersebelahan dengan Rumah Adat Banjar itu, akan diselesaikan tahun ini dengan syarat, Raja Banjar Sultan H. Khairul Saleh Al-Muhtasim Billah harus datang kembali untuk meresmikannya bersama Gubsu.

2

Soekanto Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali, 1990, hal 16

dibawah kepemimpinan Bupati H. Zulfirman Siregar yang dinilai banyak memihak dan menyentuh kepentingan rakyat sebagai Bupati Langkat pada periode kedua mendatang.Adat Banjar Lampau Banua dibangun oleh Pemkab Langkat bersama komunitas Banjar setempat.Keberadaan masyarakat adat Lampau Banua ini sebagai penghargaan terhadap keberadaan masyarakat Banjar yang ikut membangun daerah dalam suka dan duka.Rumah adat Lampau Banua juga dimaksudkan sebagai wadah berkumpul dan fasilitasi kegiatan agama dan budaya, khususnya bagi masyarakat Banjar setempat, yang berjumlah puluhan ribu orang.4

Masyarakat adat Banjar yang tinggal di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang di perantauan untuk saling menolong antarsesama, tetap menjaga kerukunan, dan pandai beradaptasi, sebagaimana peribahasa, ”di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Dengan begitu, warga Banjar di perantauan tidak menjadi beban atau pembuat konflik sosial, melainkan terus memberikan nilai tambah yang bermanfaat untuk sama-sama membangun daerah secara bermartabat.Tak ayal kesempatan itu digunakan oleh warga Banjar untuk melepas kerinduan.Mereka merasa sangat bahagia dan berebutan menyalami dan merubung Sultan.Setiap kata dan kalimat dalam sambutan Sultan yang dipadukan dengan bahasa Banjar sebagai bahasa sehari-hari warga Banjar di perantauan, didengar dengan seksama dan penuh perhatian.Sekejap mereka seolah sedang berada di banua Banjar.Terlebih ketika Sultan menceritakan kronologi Perang Banjar melawan Belanda dalam kurun 1859-1906 yang notabene merupakan perang terlama melawan penjajah di Nusantara, berikut keberanian para pejuang Banjar, hadirin

4Pemerintah Kabupaten Langkat. 2007. Pemerintah Kabupaten Langkat. Dari http://www.langkatkab.go.id/ [27 Januari 2014]

terkesima dan bangga akan leluhurnya. Mereka juga mendukung kebangkitan kembali Kesultanan Banjar dalam ranah budaya.5

1. Bagaimana keadaan/kehidupan masyarakat suku Banjar di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang sebelum tahun 1989-2000?

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “ PERKEMBANGAN SUKU BANJAR DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT (1989-2000).”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

2. Bagaimana perkembangan/dinamika apa yang terjadi terhadap masyarakat suku Banjar yang tinggal di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkatselama periode 1989-2000?

3. Mengapa banyakmasyarakat suku Banjar di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang menetapdiwilayah Kabupaten Langkat selama periode 1989-an s/d 2000?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan kehidupan/keadaan masyarakat suku Banjar di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang

5

Pemerintah Kabupaten Langkat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Pedoman

2. Untuk menjelaskan perkembangan/dinamika yang terjadi terhadap masyarakat suku Banjar yang tinggal Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

3. Menjelaskan masyarakat suku Banjar diDesa Jaring Halus Kecamatan Secanggang menetapdiwilayah Kabupaten Langkat selama periode 1989-an s/d 2000.

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

1. Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi peneliti dalam menghasilkan karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi ilmu sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.

2. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan proses pembangunan sarana dan prasarana di bidang sosial ekonomi. 3. Menambah wawasan pembaca mengenai jejak kehidupan suatu masyarakat suku Banjar

di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa referensi yang dapat dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka.

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan).Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi.Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.6

6 Saifuddi Nachmad Fedyani. Pengantar Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Penerbit Kencana, 2006, hal 23 Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.7

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Soerjono Soekanto memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.8 Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.9

Proses modernisasi, prubahan sosial, yang kadang-kadang menjadi permasalahan sosial adalah adanya proses akulturasi. Artinya proses yang menycakup usaha masyarakat menghadapi pengaruh kultur dari luar dengan mencari bentuk penyesuaian komuditi berdasarkan kondisi berdasarkan nilai atau itiologi baru, suatu penyesuaian berdasarkan kondisi, disposisi, dan

7

Koentjaraningrat.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hal 115-118

8

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 22

reprensi cultural, yang kesemuanya merupakan factor-faktor cultural yang menentukan sikap terhadap pengaruh baru.10

Kehidupan sosial masyarakat di desa Jerowaru juga mengalami proses yang di sebut sebagai proses perubahan ini, atau lebih tepat dikatakan terjadinya proses adaptasi dengan pengaruh luar akibat adanya kontak sosial dalam masyarakat dan dalam aspek kehidupan.11

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society.Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial.Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.12

Di antara beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan demikian misalnya dengan mengembangkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing dalam mencari peluang kerja di daerah lain, sehingga dengan demikian wilayah yang bersangkutan lebih difungsikan sebagai tempat tinggal dan bukan tempat berusaha maupun berkerja.13

Dari keterangan di atas menunjukkan masyarakat adat Lampau Banua sejak dulu, urang Banjar yang merantau ke Sumatra lebih banyak bekerja sebagai petani kebun dan sawah. Ada juga yang menjadi buruh perkebunan tembakau, tebu, karet dan kelapa sawit. Hal ini diakui oleh

10

Wirawan, Sarwono, Sarlito.. Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Psikologi Sosial, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hal 34

11

Good j Willem. Sosiologi Masyarakat. Jakarta: Penerbit BumiAksara, 2004, hal 47

12

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal 22

Gubernur Sumatra Utara Gatot Pujo Nugroho dan Bupati Serdang Bedagai Tengku Eryy Nuradi (keduanya terpilih sebagai pemenang pilkada Sumut) ketika menyambut Sultan Banjar Khairul Saleh dalam acara peresmian Rumah Adat Banjar ”Lampau Banua” di Stabat ibukota Kabupaten Langkat beberapa waktu lalu, yang mendapatkan sambutan dan liputan luas sejumlah media besar yang terbit di Medan. Karena itu pihaknya sangat menghormati dan berterima kasih kepada perantau Banjar yang berjasa dalam mengolah alam untuk keperluan perkebunan dan pertanian, sehingga kebutuhan pangan daerah ini cukup terjamin. Dalam mengolah alam, perantau Banjar menerapkan prinsip ramah lingkungan dan bersahabat dengan alam, sehingga aktivitas pertanian

Dokumen terkait