• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-Saran

Untuk kasus pemeliharaan anak yang jatuh kepada bapak, yang perlu diberikan saran adalah:

1. Para Hakim Pengadilan, baik itu Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama, harus berhati-berhati dalam memutuskan perkara sengketa hak asuh anak, demi menjaga kemaslahatan dan kepentingan anak.

2. Apabila perceraian tidak dapat terhindar, maka orang yang diberi kuasa hak asuh anak, menjalankan kewajiban sesuai amanah yang diberikan kepadanya. 3. Orang yang diberikan kuasa hak asuh anak harus bekerja untuk memenuhi

ekonomi keluarga sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya, maka pengasuhan terhadap anak tidak diberikan kepada orang-orang yang tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Islam.

4. Anak merupakan buah hati belahan jiwa sekaligus fitrah juga amanat, maka memelihara, membina serta mendidiknyamerupakan kewajiban orang tua, sehingga ia akan menjadi anak yang berbudi luhur dan berakhlak mulia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 1992, Kompilasi Hukum Islam di Indonsesia, Jakarta: Akademindo Pressendo.

Abdurrahman, 2007, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, h. 151.

Abdurrahman, al-Jaziry, Al-Fiqh Ala al-Mazahib al-Arba’ah, Bairut: Dar al-Fikr, hal. 596-598.

Abidin, Slamet, 1999, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, Jilid II. Al-Hamdani, H.S, 1989, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, Penerjemah Anshori Umar Sitanggal, dkk.

Basyir, Ahmad Azhar, 2000 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan. Ghazali, Abdul Rahman, 2006, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, hlm. 177.

Fauzan, dan Alam Andi Syamsu, 2008, Hukum Pengangkatan Anak

Prespektif Islam, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Husein, Muhammad, 2001 Perempuan, Yogyakarta: LKIS.

Ibrahim, Jhony, 2006, Teori dan Metodologi Hukum Normatif, Jawa Timur: Baymedia Publising, Cet. II, h. 321.

Manan, Abdul, 2006, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy, J, 2005. Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya..

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 1964, Akhwal Syahsiyyah ala

al-Madhahib al-Khamsah.Baitul: Dar al-Ilmi.

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 2006. Fikih Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B. dkk, Jakarta: Lentra, hlm. 415-416.

Sabiq, Sayyid, 2006, Fiqh Sunnah (Terjemah), Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid III, Cet. Ke-I.

Sahroni, dan Tihami, 2009, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Soekanto, Soerjono, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 13.

Syarifudin, Amir, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara

Fikih dan Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, hal. 329.

R. Tirosundibio, R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pramita, hal. 549.

Rofiq, Ahmad, 1995, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, Cet. I.

Thalib Al-Hamdani, Abdullah bin Said, 2002, diterjemahkan Oleh Agus Salim, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, h. 318.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika.

Zaini, Muderis, 1992, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta: SinarGrafika.

Zainudin, Ali 2006, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafindo, h. 67.

Zein, M. Satria Efendi, 2004, Problematika Hukum Islam Kontempoler, Jakarta: Kencana.

i Akademindo Pressendo.

Abdurrahman, 2007, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, h. 151.

Abdurrahman, al-Jaziry, Al-Fiqh Ala al-Mazahib al-Arba’ah, Bairut: Dar al-Fikr, hal. 596-598.

Abidin, Slamet, 1999, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, Jilid II. Al-Hamdani, H.S, 1989, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, Penerjemah Anshori Umar Sitanggal, dkk.

Basyir, Ahmad Azhar, 2000 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan. Ghazali, Abdul Rahman, 2006, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, hlm. 177.

Fauzan, dan Alam Andi Syamsu, 2008, Hukum Pengangkatan Anak

Prespektif Islam, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Husein, Muhammad, 2001 Perempuan, Yogyakarta: LKIS.

Ibrahim, Jhony, 2006, Teori dan Metodologi Hukum Normatif, Jawa Timur: Baymedia Publising, Cet. II, h. 321.

Manan, Abdul, 2006, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

ii

Madhahib al-Khamsah.Baitul: Dar al-Ilmi.

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 2006. Fikih Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A.B. dkk, Jakarta: Lentra, hlm. 415-416.

Nasir, Muhammad, 2003 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan. Sabiq, Sayyid, 2006, Fiqh Sunnah (Terjemah), Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid III, Cet. Ke-I.

Sahroni, dan Tihami, 2009, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Soekanto, Soerjono, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 13.

Syarifudin, Amir, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara

Fikih dan Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, hal. 329.

R. Tirosundibio, R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pramita, hal. 549.

Rofiq, Ahmad, 1995, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, Cet. I.

Thalib Al-Hamdani, Abdullah bin Said, 2002, diterjemahkan Oleh Agus Salim, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, h. 318.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika.

iii Grafindo, h. 67.

Zein, M. Satria Efendi, 2004, Problematika Hukum Islam Kontempoler, Jakarta: Kencana.

Jabatan : Hakim Anggota

Di tempat : Kantor Peradilan Agama Bekasi

1. Bagaimana proses pengambilan Keputusan di Pengadilan Agama Bekasi dan masalah pemeliharaan anak atau hadhanah ketika terjadi perceraian?

Jawab : proses pemeliharaan dalam masalah pemeliharaan anak masalah ini prosesnya sama seperti perkara biasa yang mana didahulukan dengan surat gugatan, kemudian upaya mediasi atau perdamaian dari hakim, pembuktian dan terakhir kesimpulan dalam masalah ini.

2. Apa yang menjadi pertimbangan Majlis Hakim dalam Putusan No. 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. sehingga hak asuh anak yang belum mumayyiz limpahkan kepada bapak?

Jawab : yang menjadi pertimbangan Majlis Hakim disini adalah untuk kepentingan anak atau kemaslahatan anak tersebut, karena Majlis Hakim melihat tidak adanya kecakapan ibu dalam mengurus anak, dan tidak adanya kemauan dalam mendidik dan mengasuh anak.

3. Apa landasan hukum yang digunakan hakim dalam melimpahkan hak asuh anak yang belum mumayyiz kepada bapak dalam perkara Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.? Jawab: dalam hal ini hakim menggunakan Pasal 14 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 anak berhak diasuh orang tuanya sendiri, kecuali ada hal-hal yang menentukan lain, maksudnya orang tua atau si ibu sudah tidak mampu dan sudah tidak memperdulikan anaknya seperti kasus dalam putusan ini, dan juga berdasarkan Pasal

Jawab : kebijakan hakim dalam memutuskan perkara hadhanah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku dan sesuai dalam kasus atau perkara ini. Pada perkara hadhanah No. 345 mengambil Undang-undang perlindungan anak karena untuk kepentingan kemaslahatan anak tersebut, selanjutnya mengambil kitab fiqih, salah satunya ialah kitab fiqih sunnah karangan Sayyid Sabiq dan juga kitab fiqih yang lain yang didalamnya membahas mengenai syarat-syarat hadhanah salah satunya adalah amanah, mampu mendidik, beragama Islam, dan juga sesuai dengan keterangan-keterangan saksi.

5. Menurut ibu sebagai Majlis Hakim, dalam hal faktor-faktor apa saja kasus hadhanah yang ghoiru mumayyiz bisa dilimpahkan dan ditetapkan hak pemeliharaan dan pengasuhanya kepada bapak?

Jawab : faktor-faktor yang mana hak asuh anak bisa dilimpahkan dan ditetapkan hak pemeliharaanya kepada bapak disebabkan karena ibu tidak bisa mengurus dengan baik, tidak amanah, tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk memperhatikan anak, dan tidak diketahui keberadaanya.

6. Didalam masalah hadhanah, yang paling dipentingkan adalah kemaslahatan bagi si anak, bagaimana mewujudkan hal tersebut ketika orang tua bercerai, khususnya dalam putusan No. 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.?

Jawab : dalam mewujudkanya si anak dapat dilihat dari kesenangan bathin, kesenangan bathin dalam hal ini dasarnya adalah nafkah lahirnya dari bapak, apabila tidak ada kesenangan bathin nafkah tidak akan dapat mewujudkan kepentingan-kepentingan dalam mengurusi anak tersebut.

yang bertanggung jawab dan selalu memberikan kasih sayang, perhatian, pendidikan yang baik, maka anak tersebut tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan pendidik dari orang tua yang mengasuhnya, kemudian hadhanah dapat juga merugikan bagi anak, apabila orang yang mengasuhnya tidak memberikan kasih sayang bagi si anak, artinya dalam hal ini tidak terlalu peduli dan serius dalam mendidik anak karena tidak ada kemauan dalam mengasuh anaknya dan memikirkan kesibukan dirinya sendiri daripada mengurus anak.

Responden

Dokumen terkait