• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran-Saran

1. Pemerintah dalam melaksanaan musyawarah untuk menentukan ganti rugi yang dalam hal ini dilaksanakan oleh panitia pengadaan tanah yang terdiri dari unsur-unsur birokrasi, sudah saatnya mereka merubah sikap dari abdi negara yang berorientasi kepada penguasa, menjadi abdi rakyat yang lebih berorientasi kepada masyarakat dan sekaligus menjaga kepentingan masyarakat. Selain itu warga masyarakat dalam bermusyawarah harus berperan serta dalam proses pengambilan keputusan berkenaan dengan alokasi penggunan tanah dan penentuan bentuk dan besarnya ganti rugiyang akan diberikan.

2. Pemerintah dalam menentukan kebijakan pertanahan ini, selain menyertakan panitia pengadaan tanah dan pemilik tanah, seharusnya juga mengikutsertakan para ahli atau pakar-pakar ilmu seperti psikologi sosial,

sosiologi, hukum, ekonomi dan tokoh-tokoh agama serta tokoh LSM dalam musyawarah penentuan ganti rugi. Karena hukum pada dasarnya harus berlaku secara filsafati yang merupakan pengejawantahan dari kewibawaan dan keadilan secara yuridis yaitu sesuai dengan hukum positif dan fiqh atau hukum Islam serta secara sosiologis yaitu dapat diterima oleh masyarakat dengan baik dan bijaksana.

3. Pemerintah dalam hal ini panitia pengadaan tanah, dalam menentukan ganti rugi tidak hanya sekedar mengganti nilai tanah, tanaman atau bangunan yang berbentuk uang, pemukiman, atau tanah pengganti. Tetapi perlu juga memperhatikan kelangsungan hidup mereka seperti kehilangan mata pencaharian, kehilangan keahliannya dan diupayakan agar kemaslahatan umum yang menjadi prinsip pembebasan tanah tidak menimbulkan kerugian orang lain atau minimal memperkecil kerugian yang timbul sehinnga tidak sampai mengorbankan kepentingan umum lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim

Abd al-Jawâd, Muhammad, Milkiyyah al-Ardi, Misr: Iskandâriyyah Mansya`ah al-Ma’ârif, t.th

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1991, cet. III

____________, Tebaran Pemikiran Mengenai Hukum Agraria, Bandung: Alumni, 1985

Abî Îsâ Muhammad Bin Îsâ Bin Sauri,Sunan al-Tirmidzî, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994, Juz 3

Barlowe, Releigh, Land Resorce Economics: The Economics of Real Estate, third edition, New Jersey: Printice-Hall, 1978

Basyir, Ahmad Azhar,Pokok-pokok Filsafat Hukum Islam, Yogyakarta: Fak. Hukum UII, 1990

Bukhâri, al-, Al-Imâm Abî ‘Abdillâh Muhammad Ibn Ismâîl, Sahih al-Bukhâri, Beirut: Dâr al-Fikr, t.th, juz. 3

Dahlan, Abdul Azis, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, vol. 2

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Surabaya: Al-Hidayah, 2002 Dipohusodo, Istimawan, Manajemen Proyek & Konstruksi, Jakarta: Kanisius, 1996,

jilid 2

Djazuli, A., Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang praktis, Jakarta: Kencana, 2007, cet. II

Djoyohadikusumo, Sumitro, Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi pembangunan, Jakarta: LP3ES, 1994, cet. I

F Gunarwan Suratmo, Analisis mengenai dampak lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995

Gani, Abdul,Tesis: Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendayagunaan Lahan Kosong,

Jakarta: UMJ, 2002

Haroen, Nasrun, Dr., H., Fiqh Mu’amalah,Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, cet. II

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan, 2003, cet.IX

Hartadi, Irvan Surya Hartadi, SH,Pentingnya Penyempurnaan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria”, artikel diakses pada 25 Februari 2009 dari http://unisys.uii.ac.id/index.Pentingnya Penyempurnaan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria

Hasbullah, Frieda Husni, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak Yang Memberi Kenikamatan, Jakarta: Ind Hill Co, 2005, cet. III

Hermanto, Zarida, Perubahan Pemanfaatan Lahan di Wilayah Jabotabek (Studi Kasus Mengeanai Kondisi SosialEkonomi Masyarakart yang Mengalami Penggusuran,Jakarta: Puslitbang Ekonomi dan Pembangnan LIPPi, 1995 Husein, Ali Sofyan,Konflik Pertanahan,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997

Hutagalung, Arie S., “Tinjauan Kritis Terhadap Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 Khususnya Menyangkut Pengertian Kepentingan Umum”, Makalah pada Loka karya Penegadaan Tanah, Jakarta, 24 Agustus 2005 ______________, “Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dalam Hukum

Pertanahan Indoneseia”, Makalah pada Seminar Nasonal “Perpres No 36 Tahun 2006 Untuk Apa dan Siapa?, Jakarta, 10 Agustus 2005

Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi'l, Edisi Lengkap: Muamalah, Munakahat, Jinayah,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, cet. I

Iqbal, Muhammad , Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, cet. II

Kemala, Yayasan, Ford Foundation, Konsorsium Pembaruan Agraria,Tanah masih di langit: penyelesaian masalah penguasaan tanah dan kekayaan alam di

Indonesia yang tak kunjung tuntas di era reformasi, Bandung: Yayasan Kemala, 2005

Koentjaraningrat,Kebudayaan Mentalitas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004 M.L, Jhingan,Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.terj, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1999, cet. VII

Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Maududi, al-, Abul A’la,Milkiyyah al-Ardi Fî al-Islâm, Beirut: Dâr al-Fikr, 1969 Mubarok, Jaih, Modifikasi Hukum Islam: Studi Tentang Qaul Qadim Qaul Jadid,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Muis, Abdul, “Pembangunan dan Problematika Pertanahan”, dalam Masdar F. Mas’udi (ed.),Teologi Tanah,Jakarta, P3M, 1994, cet. I

Mulyadi, Kartini,Hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Prenada Media Group, 2004 Musâ, Kâmil,Ahkâm al-Mu’âmalât, Beirut: al-Risâlah, 1998

Musbikin, Imam,Qawaid al-Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Nasucha, Chaizi, Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan atas Tanah,

Jakarta: Megapoin, 1995, cet. I

Nasution, M. Yunan,Keadilan dan Musyawarah, Semarang: Ramadhani, 1993 Naysâburi, al-, Al-Imam Abî al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj, Sahih Muslim,

Al-Riyâd: Dâr al-Salâm, 1998, juz.V

P., Chairuman,Hukum Perjanjian dalam Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 1994

Perangin, Effendi, Hukum Agraria di Indonesia; suatu Telaah dari Sudut Pandang Politik Hukum, Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1991, cet. III

Qal`aji, Muhammad Rawwâs, Mausû`ah Fiqh `Umar ibn al-Khatâb, Beirut: Dâr al-Nafâis, 1986

Qardawi, Yusuf, al-Ijtihâd al-Mu’asir, Misr: Dâr at-Tauzi’ wa l-Nasy al-Islâmiyah, 1994

Rafi’i, al,Al-Imâm Abi al-Qâsim Abd al-Karîm bin Muhammad,Al-‘Azîz Syarh al -Wajîz, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1997, juz. VI

Ridwan, Fiqih Politik: Gagasan, Harapan dan kenyataan, Yogyakarta: FH. UII Press, 2007

Saefuddin, Ahmad M., Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1987

Santoso, Urip,Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana, 2006, cet. II

Shiddieqy, Ash-, Muhammad Hasbi,Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975

Soemarwoto, Otto, Ekologi, lingkungan hidup, dan pembangunan, Jakarta: Djambatan, 1994

______________, Analisis dampak lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989

Soimin, Soedhryo,Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, cet. II

Somardjono Maria SW., Kebijakan Pertanahan : Antara Regulasi dan Implementasi,

Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006

Suhendi, Hendi,Fiqh Muamalah,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Suyûthi, al-, Jalâluddîn Abd al-Rahmân,al-Asybâh wa al-Nazhâir fi al-Furû’, Beirut: Dâr al-Fikr, 1415H/1995, cet.I

Syafi’i, al-, Al-Imam Muhammad bin Idrîs,Al-Umm, Beirut: Dâr al-Wafa`, 2005, juz. V

Syaibânî, al-, Al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal, Fath al-Rabbânî, Qâhirah: Dâr al-Syihâb, t.th, juz 15

Syatibi, al-, Abu Ishâq, al-Muwâfaqat fî Usul al-Syarîah, Mesir: Maktabah al-Tijâriyah al-Kubrâ, t.th, juz II

Syaukânî, al-, Al-Imâm Muhammad ‘Ali,Nail al-Autâr,Misr: al-Halabî, t.th

Syukur, Ellyana, Hak Milik Atas Tanah; Himpunan Karya Tulis Bidang Hukum, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 1999, cet. II

Wiradi, Gunawan, Reforma Agraria, Perjalanan yang belum berakhir, Yogyakarta: Insist Press, 2000

______________, “Reformasi Agraria dalam Perspektif Transasi Agraris”, dalam

Jurnal Ilmiah Puslit Bang BPN, Nomor 9, Februari 1998

Zaman, Mohammad. “Resettlement and Development in Indonesia”, dalam Journal of Contemporary Asia, No.5, Mei 2002, vol. 2

Surat Keterangan Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Rt. 08 / 03 Kelurahan Pondok Kopi menerangkan bahwa :

Nama : Abdul Rahman

Nomor Pokok : 104043101306 Konsentrasi / Jurusan : PF / PMH

Fakultas : Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Telah mengadakan penelitian, wawancara, dan pengumpulan data di tempat kami, guna memenuhi penyelesaian tugas akhir (skripsi) yang berjudul :

“KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP RAKYAT (Analisis Kasus

Pembebasan Tanah Dalam Pandangan Fiqh)”

Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pondok Kopi, 14 Mei 2009 An. Ketua Rt 08 / 03

Daftar Wawancara

1. Apakah seluruh warga yang tempat tinggalnya terkena pembebasan tanah setuju dengan pembangunan proyek Banjir Kanal Timur yang dilakukan oleh Pemerintah?

Jawab : “Pada dasarnya seluruh warga setuju dengan proyek pembangunan

Banjir Kanal Timur yang dilakukan oleh Pemerintah. Akan tetapi warga menginginkan Ganti rugi dari harga tanah yang diberikan oleh Pemerintah itu NJOP, karena, harga tanah pasaran di daerah saja

jauh lebih tinggi dari NJOP”

2. Apakah ganti rugi yang diberikan oleh Pemerintah kepada warga sudah sesuai dengan harga yang diinginkan warga?

Jawab : “Ganti rugi yang diberikan oleh Pemerintah menurut kami tidaklayak karena harga NJOP yang diberikan oleh Pemerintah di bawah harga pasaran. Kemudian harga tanah yang berada di gang dan di pinggir jalan raya sama. Mestinya kan berbeda. Karena rata-rata kami yang tinggal di pinggir jalan besar ini memiliki usaha, dan saat ini harga tanah di sini mencapai 2,5 juta rupiah per meternya. Jadi, kalau kami dikasih ganti rugi berdasar NJOP sebesar 1.722.000 rupiah per meter, jelas kami keberatan”

3. Dalam hal bermusyawarah. Apakah setiap warga yang memiliki hak atas tanah tersebut sudah di undang untuk bermusyawarah?

Jawab : “Mengenai harga NJOP yang telah di tetapkan oleh Pemerintah warga

dari Pemerintah. Warga hanya diajak bermusyawarah di kelurahan, mengenai proses pemberian ganti rugi itu saja, yang diambil melalui Bank DKI.

4. Bagaimana dampak pembebasan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap tingkat kesejahteraan rakyat?

Jawab : “Mengenai hal itu kita kembalikan kepada masing-masing warga. Bagi mereka yang mampu mengelola uang ganti rugi untuk melanjutkan kehidupannya tentu itu tidak terlalu berpengaruh. Tapi disini perlu kita ketahui bahwa banyak warga yang tempat tinggalnya juga dijadikan sebagai tempat usaha, tentunya hal ini sangat merugikan mereka. Karena selain mereka mendapatkan ganti rugi yang tidak layak mereka juga harus kehilangan mata pencaharian. Sekalipun mereka membuka usaha di tempat yang baru, tentunya mereka harus memulainya dari nol lagi, dan itu bukan lah perkara yang mudah.

5. Bagaimana menurut pandangan Bapak apakah kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah mengenai pembebasan tanah ini sudah berpihak kepada rakyat? Jawab : “Menurut saya kebijakan Pemerintah dalam hal ini belum berpihak

kepada rakyat. Karena masih banyak warga yang merasa di rugikan dengan kebijakan tersebut. pemerintah seharusnya juga memberikan solusi atas masalah kami. Kami ingin ada keadilan bagi warga korban BKT ini. Jangan hanya berdalih untuk kepentingan umum saja, akan

Nama Responden : DR. KH. M. Anwar Ibrahim

Jabatan : Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat

Alamat : Jl. Kenari II Blok L 5 No. 13 Bintaro Jaya Jakarta Selatan Waktu / Tempat : Sabtu, 30 Mei 2009 / Jl. Kenari II Blok L 5 No. 13 Bintaro

Jaya Jakarta Selatan

1. Apa yang melatarbelakangi MUI mengeluarkan Fatwa tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

2. Apakah MUI menggunakan maslahah sebagai salah satu dasar Penetapan Fatwa tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

3. Seperti Fatwa pada umumnya, apakah fatwa ini dikeluarkan karena adanya permintaan dari pihak tertentu ?

4. Bagaimana pandangan Bapak tentang Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum?

5. Apakah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ini, juga dijadikan sebagai tolak ukur oleh Pemerintah untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan pembebasan tanah untuk kepentingan umum?

6. Apakah pencabutan hak milik atas tanah yang dilakukan oleh Pemerintah selama ini memang benar-benar digunakan untuk kepentingan umum ?

7. Bagaimanakah Aplikasi fatwa ini di Masyarakat ?

8. Terkait dengan masalah pembebasan tanah, Bagaimana menurut pandangan MUI dengan banyaknya konflik yang terjadi di masyarakat tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

9. Apakah dengan dikeluarkannya fatwa ini mampu untuk mengurangi terjadinya konflik pencabutan hak milik pribadi untuk kepentingan umum di Masyarakat ? 10. Bagaimana menurut MUI, Apakah kebijakan yang diberlakukan oleh Pemerintah

Jakarta, 30 Mei 2009 Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat DR. KH. M. Anwar Ibrahim Daftar Wawancara

11. Apa yang melatarbelakangi MUI mengeluarkan Fatwa tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

Jawab : Mengenai latar belakangnya dapat kita lihat dalam konsideran fatwa tersebut.

12. Apakah MUI menggunakan maslahah sebagai salah satu dasar Penetapan Fatwa tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

Jawab : Itu sudah jelas, dalam menetapkan fatwa ini MUI menggunakan konsep maslahah. Akan tetapi maslahah yang digunakan bukanlah menurut pertimbangan kita ataupun pandangan para mujtahid, karena maslahah itu harus kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Maslahat itu ibarat pisau bermata dua, sehingga sering disalah gunakan oleh orang. Banyak orang yang menilai maslahah sesuai dengan pandangan mereka sendiri tanpa melihat terlebih dahulu apakah telah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunah atau belum dan mengandung maslahat atau tidak.

13. Seperti Fatwa pada umumnya, apakah fatwa ini dikeluarkan karena adanya permintaan dari pihak tertentu ?

Jawab : Secara umum masyarakat banyak yang mengeluh karena hak tanah mereka banyak yang diambil dengan alasan untuk pembangunan fasilitas umum. Berangkat dari keresahan itulah timbul pertanyaan dan pemintaan kepada MUI. Untuk merespon aspirasi masyarakat tersebut maka kami mengeluarkan fatwa tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum. Selain itu MUI juga bisa mengeluarkan fatwa tanpa ada permintaan dari masyarakat dalam penetapan hukumnya, walaupun hanya dengan melihat keresahan yang ada dimasyarakat.

14. Bagaimana pandangan Bapak tentang Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum?

Jawab : Pembebasan tanah boleh dilakukan selama tidak menganggu ekosistem yang ada dimasyarakat, jika mengganggu maka harus diselesaikan dengan baik. Pemerintah harus mendata terlebih dahulu mengenai status tanah yang dimiliki oleh masyarakat. Jika masyarakat tidak memiliki bukti kepemilikan tanah yang sah, maka Pemrintah berhak memindahkan mereka, karena tanah itu bukan hak mereka.

15. Apakah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ini, juga dijadikan sebagai tolak ukur oleh Pemerintah untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan pembebasan tanah untuk kepentingan umum?

Jawab : Saya tidak tahu mengenai hal itu, kita lihat saja di dalam konsideran perpres No. 65 Tahun 2006 itu, apakah di sebutkan atau tidak. Mestinya dicantumkan di dalam konsideran karena Pemerintah itu terdiri dari orang-orang Islam, seharusnya mereka membuat peraturan yang sesuai

16. Apakah pencabutan hak milik atas tanah yang dilakukan oleh Pemerintah selama ini memang benar-benar digunakan untuk kepentingan umum ?

Jawab : Kita lihat saja bagaimana faktanya secara ilmiah yang terjadi. Berapa jumlah warga yang tanahnya dibebaskan, berapa jumlah ganti rugi yang diberikan, Pemerintah. Untuk berbicara mengenai hal ini saya tidak memiliki data.

17. Bagaimanakah Aplikasi fatwa ini di Masyarakat ?

Jawab : Dalam mengaplikasikan fatwa kemasyarakat MUI menggunakan berbagai cara, baik secara lisan yaitu melalui seminar, diskusi dan majelis-majelis ta’lim maupun secara tulisan yaitu melalui media cetak

dan yang lainnya.

18. Terkait dengan masalah pembebasan tanah, Bagaimana menurut pandangan MUI dengan banyaknya konflik yang terjadi di masyarakat tentang Pencabutan Hak Milik Pribadi Untuk Kepentingan Umum ?

Jawab : Konflik itu terjadi mungkin karena kurangnya pengetahuan masyarkat mengenai kesadaran hukum. Atau juga mungkin kurang adilnya Pemerintah di dalam menerapkan kebijakn yang ada. Seharusnya Pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi masyarakat dan masyarakat juga seharusnya mengerti dan sadar akan kebijakan yang telah diterapkan.

19. Apakah dengan dikeluarkannya fatwa ini mampu untuk mengurangi terjadinya konflik pencabutan hak milik pribadi untuk kepentingan umum di Masyarakat ? Jawab : MUI tidak pernah melakukan pendataan mengenai konflik pertanahan

yang terjadi di Masyarakat. Sehinngga kami tidak mengetahui secara jelas apakah fatwa ini dapat mengurangi benturan di masyarakat atau tidak.

20. Bagaimana menurut MUI, Apakah kebijakan yang diberlakukan oleh Pemerintah selama ini berpihak kepada Rakyat atau sebaliknya ?

Jawab : Saya tidak tahu mengenai hal itu, karena kita harus memiliki data yang akurat untuk mengetahuinya. Mungkin dapat dikatakan selama Pemerintah dapat melaksanakan kebijakannya sesuai dengan ketetapan yang diberlakukan dan masyarkat pun tidak merasa dirugikan, berarti Pemerintah telah bertindak adil kepada masyarakat.

Dokumen terkait