• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Lagu Jeux D’eau karya Maurice Ravel dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mata kuliah ilmu bentuk dan analisis, karena tidak banyak mahasiswa yang menggunakan lagu era impresionisme.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Richard P. 2015. The Pianist's Craft 2: Mastering the Works of More Great Composers. Dover: London.

Apel, Willi. 1972. Harvard Dictionary of Music. Cambridge, Massachusetts: The Belknap Press of Harvard University Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Astra, Ratna Dwi. 2015. Analisis Bentuk dan Struktur Lagu Fantasia on Themes from La Traviata Karya Fransisco Tarrega. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Seni Musik, Universitas Negeri Yogyakarta.

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press. Burge, David. 1990. Twentieth-Century Piano Music. New York: Schirmer

Books.

Cook, Nicholas. 1987. A Guide to Musical Analysis. New York: W.W Norton and Company.

Demuth, Norman. 1947. The Master Musicians Series: Ravel. London: The Aldine Press.

Gillespie, John. 1965. Five Centuries of Keyboard Music. Wadsworth Publishing Company: California.

Hoffer, Charles. 2013. Music Listening Today: Advantage Edition. 5th Edition. Cengage Learning: Stanford.

Ivanchenko, Oleksii. 2015. Characteristics of Maurice Ravel's Compositional Language as Seen Through the Texture of his Selected Piano Works and the Piano Suite "Gaspard de la Nuit". Theses. Florida: University of Miami.

Jamalus. 1981. Musik 4 Untuk PSG. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

______. 1988. Pengajaran Musik Untuk Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kasmawan, Maungguh. 2007. Analisa Struktur Le Nozze Di Figarro Karya Wolfgang Amadeus Mozart, Studi Mengenai: Tema, Harmoni, dan Dinamik. Skripsi.

Kaminsky, Peter. 2011. Unmasking Ravel: New Perspective on the Music. New York: University Rochester Press.

Kodijat, Latifah. 1986. Istilah-istilah Musik. Edisi Ke-2. Jakarta: Djambatan. Komaruddin. 2001. Ensiklopedia Manajemen. Edisi ke-5. Jakarta: Bumi Kasara. Linggono, B. 1983. Bentuk dan Analisis Musik.Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Mack, Dieter. 1995. Sejarah Musik Jilid 3. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. __________. 1996. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Marshall dan Rossman. 2007. Designing Qualitative Research. London: Sage Publication.

Martin, William R dan Drossin, Julius. 1980. Music of the Twentieth Century. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

Mawer, Deborah. 1961. Cambridge Companion to Ravel. Cambridge University Press: New York.

Miles, MB dan AM. Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis: A Source Book of New Methods. Sage Beverly Hills.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oreinstein, Arbie. 1991. Ravel: Man and Musician. New York: Dover Publications .inc

Ottman, Robert W. 1962. Elementary Harmony Theory and Practice. Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall, Inc.

Prier, SJ dan Karl Edmund. 1989. Ilmu Harmoni. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi.

Prier, SJ. 2011. Ilmu Bentuk Analisis. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Robert Schmitz. 1950. The Piano Works of Claude Debussy.Edited and Designed by Merle Armitage. New York: Duell, Sloan & Pearce, Inc.

Smirnov, Valeriy. 1981. Maurice Ravel and His Artistic Output. Leningrad: Muzyka Press.

Soedarsono, R.M. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: C.V Alfa Beta. Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Stein, Leon. 1979. Structure and Style. The Study of Analysis of Musical Form. Princeton, New Jersey: Summy-Birchard Music.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2007. Dasar- Dasar Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: C.V Alfa Beta.

Sun Hye, Park. 2012. Elements of Impressionism evoked in Debussy and Ravel’s Reflets dans l’eau and Jeux D’eau: The Theme of Water. Disertasi. Washington: Doctor of Musical Arts, University of Washington.

66

67

Lampiran 1. Partitur lagu Jeux D’eau karya Maurice Ravel

Jeux D’eau

1

m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m16 9 13

19

27

35

40

45

51

57

62

70

75

Lampiran 4. Naskah Wawancara dengan expert

Transkrip Wawancara

Wawancara dilakukan dengan Dra. Ike Kusumawati selaku dosen Mayor Piano UNY. Wawancara dilakukan di kediaman Ibu Ike pada tanggal 15 November di Yogyakarta.

J : Permisi Bu Ike, mohon maaf mengganggu. I : Iya Mas Jazzy, bagaimana dengan analisisnya?.

J : Iya. Ini saya sudah mencoba menganalisis, namun masih coret-coretan karena masih ada beberapa yang membuat saya masih ragu juga Bu. Ini Bu Ike, bagaimana?

I : Oh iya, mungkin lebih baik kalau sambil didengarkan juga ya untuk lagunya, biar lebih jelas.

J : Baik Bu. Nah ini saya sudah mencoba mengerjakan, untuk temanya ada tujuh bukan ya Bu?

I : Mmm. Kalo buat saya kok malah dua ya, Mas Jazzy? Nah untuk bagian yang sedang kita dengarkan ini, kalau saya bilang malah tema dua, dan ini justru lebih banyak keluar. Untuk tema satu justru keluar di ending. Permainan kanan dan kiri banyak kali dan diulang-ulang saja.

J : Oh begitu ya Bu. Jadi temanya sebenarnya malah hanya dua?

I : Kalau saya bilang sih tema pokoknya dua, tapi kamu jangan langsung percaya saja sama saya. Ini bisa dikonsultasikan lagi dengan dosen pembimbing kamu ya.

: Iya. Untuk yang sedang didengarkan ini masih tema dua, tapi ada di kanan kiri.

J : Bolak-balik ya Bu jadinya?

I : Jadi ini masuk permainan tema dua terus tapi bolak-balik antara kanan dan kiri.

Bu?

I : Simple kalau sudah didengarkan. Saya awalnya untuk mendengarkan juga perlu mengkerutkan dahi, karena nadanya yang tidak umum. Ravel ini masih satu zaman dengan Debussy, namun dia ini mempunyai prinsip yang berbeda.

Dibagian ini, diulang-ulang terus sampai puncak lagunya disini. Ini kan naik terus.

J : Iya Bu, ini sudah saya beri catatan juga. Jadi ternyata simple untuk lagunya ya.

I : Setelah didengarkan ya ngerti, kalau awal-awal agak angel karena permainannya memang syarat dengan teknik permainan yang tinggi. Jadi penuh dengan permainan teknik. Kalau untuk kamu sendiri kira-kira bisa menyimpulkan bagaimana?

J : Kalau untuk saya, permainannya menonjolkan teknik untuk membuat nuansa lagunya itu sendiri.

I : Iya permainan air, namun untuk saya kesannya jadi misterius seperti dirinya yang menutup diri dan misterius.

J : Imajinatif ya Bu?

I : Aneh dan unik tepatnya, karena untuk pergantian sukat itu membuat orang tidak menduga. Ini nggak bisa ditebak. Orang aneh kan tidak bisa ditebak. Iya nggak?

J : Iya ya bu. Selalu tiba-tiba.

I : Iya, awalnya kan teratur 4/4, anehnya ditengah ada 2/4, ada ¼ juga. Kita tidak menduga dibagian itu. Jadi itu mengesankan dirinya unik dan tidak terduga. Bagi Ravel, suara air itu selain alamiah juga besifat magis.

J : Iya, memang untuk beberapa lagunya lebih ke fantasi.

I : Fantasi dan kekanak-kanakan. Jika diperhatikan lebih seksama lagi, maka lagu ini cenderung seperti Mozart atau era Klasik, tapi Mozart lebih teratur dan jelas, sedangkan Ravel tidak teratur.

I : Ya, dia klasik sebenarnya sih karena dia membuat lagu menggunakan rumus sonata form. Menurut saya, Ravel hanya terinspirasi namun keluar dari pakem sonata form sendiri.

J : Terus kalau mengacu ke klasik, bentuk dan strukturnya bagaiman bu? Apakah masih dominan klasik?

I : Kalau bagian-bagiannya ya masih klasik, namun kalu strukturny diartikan sebagai urutan ya tidak klasik. Kalau menurut saya, dia hanya ingin mendobrak dan membuat lagu bentuk sonata yang berbeda dengan era Klasik.

Ya, jadi dia hanya mengacu saja, namun tidak seperti sonata jaman klasik.

J : Atau mungkin memang setiap jaman berbeda-beda ya bu? Kan untuk era Klasik kan masing-masing komposer punya karakter yang berbeda satu sama lain?

I : Karena pada dasarnya, Ravel juga tidak ingin terikat dengan rumus sonata form. Jeux D’eau merupakan sonata yang keluar jalur, karena pada dasarnya hal tersebut merupakan hak dari komponis terhadap karya mereka untuk membuat karakter tersendiri.

Hal tersebut juga tidak dilarang kok, sama halnya dengan lagu modern kan banyak yang keluar jalur.

Kalau memang menginginkan yang benar-benar klasik ya nggak bebas. Sonata form di Jeux D’eau bukan sepenuhnya sonata. Sonata form pada umumnya ada akord 5 setelah eksposisi, tapi saya pikir lagu ini nggak ada akor 5 setelah eksposisi. Jika dibilang sonata form ya, sebenarnya berbeda jauh. Kemudian bagian rekapitulasi, yang namanya rekap kan dirangkum, tema sebelumny akeluar semua. Kalau Ravel, yang nggak boleh malah dikasihkan.

Dari sudut pandang ini, lagu Jeux Deau malah cenderung seperti Debussy, atau cenderung impresionis. Ya, karena jaman Ravel

memang impresionis.

J : Kalau bagian developmentnya bagaimana bu?

I : Nah, bagian ini juga beda lagi, development dilagu ini justru tidak ada pengembangan malah bikin tema baru. Jadi bukan ABA’ malah ABC. J : Kalau tema transisinya bagaimana bu? Soalnya dilagu ini transisi

malah jadi coddeta.

I : Kalau menurut saya, transisi kan sebagai penghubung, dan jalur penghubung tidak harus terpaku begini dan begitu. Cuma, biasanya transisi itu sebelum rekapitulasi, kalau disini malah dibagian depan. J : Kalau akornya bagaimana bu?

I : Akornya lebih mengarah ke modern. Soalnya untuk klasik, nadanya sederhana. Lagu ini kan akornya banyak yang melenceng, namun bukan berarti nggak indah ya.

J : Disonan?

I : Ya, benar, disonan lebih tepatnya. Lagu ini disonannya banyak dan hal ini membuat berbeda dari klasik dan cenderung mengarah ke impresionis. Kalau baru pertama didengar, orang nggak akan mengira kalau dia mengacu dari sonata form. Jaman klasik bahkan barok nggak ada akord disonan dan nada yang nabrak. Begitu juga tonalitasnya, dari tonalitas lagu Jeux D’eau justru mengarah ke impresionis.

J : Ini mengesankan perfeksionis nggak ya Bu, untuk lagunya? Maksud saya, walaupun pergantian sukat, namun didengar tetap wangun gitu. I : Lah yo wangun. Setelah didengar berkali-kali ternyata enak didengar

juga. Jadi temanya banyak yang diulang-ulang dalam tangga nada yang berubah, dalam banyak variasi tapi masih dalam harmoni yang sama. Itu apa ya kalau mau dibilang?

J : Sekuen?

I : Bukan. Maksudnya, dia konsepnya itu sebenarnya sama, harmoninya itu kan sebenarnya tidak ada yang berubah drastis, cuma diulang-ulang saja, dan kalau kamu mau bilang sekuen juga bisa, namun dalam tangga nada yang berbeda dan temanya selalu kelihatan.

Ya, memang syarat dengan penguasaan teknik. Karya Debussy terkesan mengambang dan tidak pernah berpijak. Mulainya itu biasanya dengan 3 atau 5, di akhirnya juga. Jadi kesannya tidak pernah sampai, diawang-awang. Kalau Ravel justru tidak.

Mungkin Ravel dan Debussy zamannya sama tapi berbeda gaya. Debussy malah tonikanya tidak jelas kalau Ravel justru jelas. Dia menggunakan teknik yang berbeda.

J : Komposisinya ya Bu yang membuat beda?

I : Nah, garapan komposisinya jelas. Cara menggarap komposisi antara Ravel dan Debussy itu berbeda. Jadi seperti judulnya, bahwa Ravel itu pribadinya seperti air, terkadang pelan, namun bisa cepat bahkan deras.

J : Kalau bagian ini nantinya disebut ending atau tema ya Bu?

I : Ending juga bisa. Ini kan tema dua tapi kalau dibilang ending juga bisa. Lagu ini berhentinya juga nanggung. Seperti kita yang tidak pernah menduga kapan tetes air akan berhenti.

J : Jadi lagunya benar-benar menjelaskan air secara filosofis ya Bu? I : Nah, benar itu. Air secara filosofis.

J : Untuk bagian yang ini, antasedennya itu birama 1-2 atau 1-4 ya Bu? Atau pertanyaannya 1-4?

Kalau saya, 1-4 itu untuk pertanyaan, sedangkan 5-8 itu jawaban. I : Iya bener kamu. Untuk yang ini selanjutnya bisa dikonsultasikan

dengan pembimbingmu, karena istilah zaman dulu dan sekarang kan berbeda.

J : Baik Bu.

I : Bagaimana? Kira-kira bisa membantu nggak ya ini?

J : Wah, sangat membantu sekali Bu Ike. Terima kasih sudah mau direpotin.

J : Sepertinya informasinya sudah cukup bu, saya coba mengerjakan lagi, nanti kalau saya masih bingung, saya mungkin bertanya lagi sama Bu Ike. Terima kasih banyak bu Ike.

Transkrip Wawancara

Wawancara dilakukan dengan Ibu Francisca Xaveria Diah S.Pd., M.A selaku dosen Mayor Piano UNY. Wawancara dilakukan di Ruang Dosen FBS UNY pada tanggal 11 Desember 2015 di Yogyakarta.

J : Selamat Sore Ibu Diah, mohon maaf sudah mengganggu dan terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk wawancara mengenai analisis yang saya lakukan.

D : Oh iya Mas. Untuk lagu Jeux D’eau ya?

J : Iya Bu. Untuk Jeux D’eau karya Maurice Ravel, namun sebelumnya saya ingin bertanya secara umum terlebih dahulu saja bu.

D : Oke.

J : Menurut Bu Diah, bentuk musik itu apa ya bu?

D : Bentuk musik itu misalnya A dan B, kalau mau dua bentuk ya A dan B kemudian dipecah lagi, jadi A’ atau B’ dan tergantung dari lagunya. Bisa dibilang bentuk musik adalah bagian besar lagu.

J : Kalau strukturnya?

D : Strukturnya itu berarti motif, tema, merupakan bagian dari kecil-kecil. J : Berarti struktur merupakan bagian dari bentuk ya bu?

D : Iya, kan bentuk memang terdiri-dari struktur.

J : Bentuk dan Struktur Jeux d’eau sendiri menurut ibu bagaimana? Apakah benar lagu Jeux D’eau mengacu pada era klasik?

D : Nah itu dia, karena saya dengar lagunya abstrak sekali, namun saya mendengar ada tema pokok yang diulang-ulang. Jeux D’eau memang mengacu pada era Klasik, lebih tepatnya sonata form yang terdiri dari

eksposisi, development, dan rekapitulasi.

Oh iya, satu lagi. Ravel menyusun lagunya menggunakan bentuk sonata, yang merupakan bentuk yang familiar agar lagunya lebih mudah untuk dikenal dan dipelajari orang.

J : Oh, agar lebih mudah dikenal orang ya bu.

J : Jadi bagaimana menurut ibu bentuk lagunya?

D : Bentuk ABA dengan tema besar 1 dan 2. Karena lagunya sendiri sonata kan ya, jadinya bentuk sonata allegro jadinya.

J : Oh iya, kan untuk bagian development lagu ini ada tema C, yang notabene berbeda dengan tema-tema sebelumnya. Menurut Ibu bagaimana?

D : Tema C nya adalah variasi. Tema 1 dan 2 dia gabungkan, dan ada penambahan berupa augmentasi, diminuisi, dan repetisi, tapi kalau repetisi kan sudah jelas.

j Jadi sebenarnya bagian Development pada lagu Jeux D’eau itu berebda dari sonata allegro pada umunya ya bu? Secara kan di bagian Development terdapat tema baru C sedangkan kalau di soanta allegro pada umumnya pada bagian Development uman gabungan dari tema A dan B, tidak ada tema baru lagi.

D Iya juga sih mas, soalnya kalo dibilang kayak sonata allegro ya enggak, walaupun pake dasar bentuk sonata allegro.

J : Untuk tema transisi dilagu ini fungsinya sebagai apa ya bu?

D : Tema transisinya berfungsi sebagai penghubung misalnya penghubung kalimat 1 dan 2, namun bisa juga sebagai penanda. Penanda bahwa lagunya akan berganti tema. Seperti bagian akhir pada rekapitulasi.

J : Kalau motifnya bagaimana bu? Apakah sudah benar? Motifnya masuk birama atau ritmisnya?

D : Bisa diambil dua-duanya, tapi yang kelihatan sebenarnya justru motif birama dulu.

J : Berarti ini masuknya satu frase ya Bu? Satu frasenya berarti ganjil atau genap?

D : Ganjil genapnya ini 2/4 terus ada ¾ ini 4/4, jadi tidak pasti, karena aliran impresionis ini gimana ya? Suka-suka dia ya? Hehehe.

Apalagi karyanya dia ini inovatif sekali, cuma yang kita ketahui ini lagu tentang water games. Bagaimana air yang bermain.

Makanya ini ada yang glissando untuk menggambarkan permainan air itu sendiri. Cuma ini uniknya kalau menurut saya, dia bisa membagi tangan

kanan dan kiri untuk melodi utama. J : Mulai di bagian B ya Bu?

J : Sebenarnya kan, kalo tangan kanan untuk melodi utama dan tangan kiri untuk melodi pendamping, tapi ini bergantian ya?

D : Kalau kata orang-orang yang saya tau, tekniknya brilian, dan memakai arpeggio. Permainannya seperti ini kan permainan tangga nada.

J : Makna khususnya yang disampaikan komposer sendiri, menurut ibu bagaimana?

D : Apa ya? Jadi ya, dia ini menggambarkan air kabarnya ini juga terpengaruh oleh Franz Lizt aliran romantis. Maksudnya romantis, namun menyampaikannya kurang dari yang dimaksud dengan komposernya sendiri.

J : Oiya, pertanyaan terakhir Bu, Jeux D’eau kan karya impresionis yang mengacu pada klasik, menurut ibu, bagian mana yang mengau klasik dan bagian mana juga yang menunjukkan lagu ini impresionis?

D : Bagian klasiknya kan, tema A B itu, sama bentuknya yang ABA sonata allegro. lalu untuk bagian impresionisnya ya bagian passage yang tengah-tengah, termasuk pada bagian C –nya, serta penggunaan akornya, karena akornya ini kan bisa dibilang enggak klasik banget, lebih condong ke jaman romantik malah menurut saya, terinspirasi dari karyanya si chopin, karena di karyanya chopin banyak menggunakan disonan juga seperti lagu ini.

J : Oh begitu ya Bu.

J : Baik Bu. Terima kasih telah meluangkan waktunya. D : Iya, sama-sama.

Dokumen terkait