• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

TK ABA VII Purwosari memiliki satu kelas yang digunakan bersama-sama untuk pembelajaran anak usia 4-5 tahun dan anak usia 5-6 tahun dengan diampu 3

68

guru kelas. Ruang kelas tersebut memiliki luas 6m x 4m. TK ABA VII Purwosari juga memiliki satu ruang kepala sekolah yang menjadi satu dengan ruang guru, satu gudang untuk menyimpan Alat Permainan Edukatif (APE) outdoor, dan dua kamar mandi. Adapun fasilitas yang terdapat di ruang kelas yaitu meja kursi untuk peserta didik yang diatur berdasar kelompok, meja dan kursi guru, papan tulis, lemari, loker, Alat Permainan Edukatif (APE) indoor seperti balok, miniatur alat musik, puzzle, dan sebagainya. Alat Permainan Edukatif (APE) outdoor terdiri dari perosotan, ayunan, kapal-kapalan, dan jungkat-jungkit.

c. Data Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar di TK ABA VII Purwosari terdiri dari tiga guru dalam satu kelas dan satu kepala sekolah. Satu di antara tiga guru tersebut adalah PNS sedangakan dua guru lainnya adalah GTY (Guru Tetap Yayasan). Sementara itu, Kepala TK ABA VII Purwosari berstatus sebagai GTY. Latar belakang pendidikan ketiga guru kelas tersebut antara lain S2 Program Studi Psikologi, D2 Program Studi PGSD, dan SMA. Sementara itu, latar belakang pendidikan Kepala TK ABA VII Purwosari adalah S1 Program Studi PGSD.

69

Data tenaga pengajar di TK ABA VII Purwosari dapat dilihat secara lebih rinci pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Data Tenaga Pengajar di TK ABA VII Purwosari

No Nama TTL Jabatan Mulai

Bekerja

Pangkat Terakhir 1. Amin Wahyuti, S.Pd.SD Gunungkidul/

03-06-1979

Kepala TK 19-07-2005 - 2. Siti Murwaningsih, M.Psi. Gunungkidul/

03-04-1968

Guru 01-02-2000 Penata Muda Tkt.I/ IIIb 3. Sarjinem, A.Ma.Pd.SD Gunungkidul/

14-03-1968

Guru 14-02-2000 -

4. Sinta Defi Ipmawati Gunungkidul/ 11-05-1987

Guru 01-01-2012 -

d. Deskripsi Subjek Penelitian

TK ABA VII Purwosari memiliki 22 siswa yang terdiri dari 12 anak usia 4- 5 tahun dan 10 anak usia 5-6 tahun yang berada dalam satu kelas dengan pembelajaran yang sama. Sementara itu, subjek pada penelitian ini adalah siswa TK ABA VII Purwosari yang berusia 5-6 tahun yang berjumlah 10 siswa, terdiri dari 3 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

2. Deskripsi Sebelum Tindakan a. Proses Pembelajaran

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di TK ABA VII Purwosari. Pengamatan dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 Februari 2017. Pengamatan awal dilakukan sejak anak masuk kelas sekitar pukul 07.30 WIB.

70

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat pengamatan awal adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal berlangsung selama 30 menit pertama yaitu mulai pukul 07.30-08.00 WIB. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi, yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai macam-macam kendaraan yang diketahui anak.

Pada saat awal pembelajaran berlangsung, satu guru menjadi guru utama dan dua guru lainnya menjadi guru pendamping. Selanjutnya anak-anak diajak ke luar kelas untuk mengamati sepeda dan sepeda motor yang ada di parkiran sekolah oleh salah satu guru pendamping. Kemudian guru tersebut menunjukkan satu per satu bagian sepeda dan sepeda motor kepada anak-anak. Setelah itu anak masuk kelas kembali.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti berlangsung selema 60 menit dari pukul 08.00-09.00 WIB. Kegiatan inti dimulai ketika anak masuk kelas kembali setelah mengamati sepeda dan sepeda motor di luar kelas. Kegiatan pertama yang dilakukan anak-anak setelah masuk kelas adalah menyebutkan perbedaaan antara sepeda dan sepeda motor. Kemudian guru utama menulis bagian-bagian yang disebutkan anak pada papan tulis dengan sebuah tabel dua kolom berisikan bagian-bagian sepeda dan sepeda motor. Lalu anak diminta untuk menyalin tulisan guru yang ada di papan tulis pada buku tulis masing-masing.

71

Kegiatan kedua adalah memberi nama pada gambar kendaraan darat yang ada pada majalah anak. Kemudian kegiatan yang ketiga adalah mewarnai gambar sepeda. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kedua guru pendamping mendampingi anak dalam melaksanakan kegiatan sedangkan guru utama memberi penjelasan di depan kelas terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah penjelasan yang dilakukan guru utama dirasa sudah dapat dipahami oleh anak, guru utama juga turut mendampingi anak serta memotivasi anak supaya dapat menyelesaikan tugasnya melalui tanya jawab langsung antara guru dan anak.

Masing-masing kegiatan dilakukan secara bergilir oleh masing-masing kelompok. Kelompok Apel menulis perbedaan sepeda dan sepeda motor, Kelompok Nanas memberi nama kendaraan darat pada majalah, dan Kelompok Anggur mewarnai gambar sepeda. Ketika sudah selesai melakukan satu kegiatan, baru kelompok yang sudah selesai tersebut melakukan kegiatan selanjutnya. 3) Kegiatan Akhir

Kegiatan pada akhir pembelajaran diisi dengan evaluasi, yaitu tanya jawab terkait kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari itu. Kemudian setelah evaluasi selesai, kegiatan ditutup dengan membaca doa sebelum pulang dan menyanyikan

lagu “Sayonara”.

b. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan

Hasil observasi awal terhadap keterampilan berbicara anak yang diperoleh saat pengamatan pada kegiatan apersepsi dan evaluasi pembelajaran menunjukkan hasil sebagai berikut.

72

Tabel 4. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan

No Nama Anak Total

Skor Persentase (%) Kriteria 1 Lst 18 75% Cukup 2 Ypi 14 58,33% Cukup 3 Bgs 14 58,33% Cukup 4 And 18 75% Cukup 5 Rva 19 79,17% Baik 6 Rvi 19 79,17% Baik

7 Yni 10 20,83% Tidak Baik

8 Ain 12 50% Cukup

9 Vta 15 62,5% Cukup

10 Zhr 16 66,67% Cukup

Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak yang menunjukkan kriteria baik sebanyak dua anak ditunjukkan dari hasil persentase dua anak tersebut sudah mencapai 79,17%. Pada saat observasi berlangsung, kedua anak telah memiliki keberanian yang baik ditunjukkan ketika keduanya sudah berani untuk mengungkapkan gagasan mereka ketika pembelajaran berlangsung. Sementara itu, kedua anak sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang tepat dan jelas, kosakata yang banyak, dan berbicara dengan kalimat yang dapat dipahami. Hal tersebut ditunjukkan ketika salah satu anak mengatakan:

“Bagian sepeda motor ada roda, knalpot, stang, jok” saat guru menanyakan apa saja bagian dari sepeda motor. (Rvi 0, lampiran halaman 141)

Kemudian anak yang masuk pada kriteria cukup sebanyak tujuh anak. Dari ketujuh anak tersebut sebanyak empat anak berani berbicara setelah ditanya langsung oleh guru, empat anak menjawab pertanyaan guru dengan lancar, dan tiga masih perlu waktu berpikir dalam menjawab pertanyaan guru. Kemudian enam anak berbicara dengan pengucapan kata yang tepat dan jelas dan satu anak

73

belum jelas dalam mengucapkan kata. Sementara itu, dua anak mampu berbicara dengan kalimat yang dapat dipahami, misalnya saat anak menjawab:

“Ada roda, knalpot, stang, jok”. (Vta 0, lampiran halaman 142)

Lima anak berbicara dengan beberapa kata saja, contohnya saat anak menjawab:

“Spion, knalpot, roda”. (Zhr 0, lampiran halaman 142)

Keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria tidak baik sebanyak satu anak. Anak tersebut diam saja saat pembelajaran berlangsung tanpa menunjukkan keinginan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Anak hanya menjawab dengan satu kata dengan suara lirih saat ditanya langsung oleh guru. Anak hanya menjawab dengan satu kata berikut saat ditanya bagian-bagian motor:

“Roda” (Yni 0, lampiran halaman 141)

Apabila dibuat persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan

No Kriteria Jumlah Anak Persentase (%)

1. aik 2 20%

2. ukup 7 70%

3. Kurang 0 0%

4. Tidak Baik 1 10%

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak sebelum tindakan yang memiliki kriteria cukup sebanyak dua anak dengan persentase 20%. Sementara itu, anak yang memiliki kriteria cukup sebanyak tujuh anak dengan persentase 70% dan jumlah anak yang mempunyai kriteria tidak baik sebanyak satu anak dengan persentase 10%. Selain itu tidak ada yang mencapai kriteria kurang sehingga persentase kriteria kurang sebesar 0%.

74

Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru, kurangnya keterampilan berbicara yang dimiliki oleh anak disebabkan oleh beberapa hal. Guru belum memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk bercerita atau mengungkapkan pemikiran dan perasaannya ketika pembelajaran di dalam kelas. Hal itu ditunjukkan dari kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartispasi aktif melalui interaksi lisan dengan guru yang disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam kelas.

Selain itu, metode pembelajaran yang dipilih guru juga berpengaruh terhadap keterampilan berbicara anak. Metode yang biasa dilaksanakan oleh guru TK ABA VII Purwosari saat pembelajaran di kelas adalah metode tanya jawab dan pemberian tugas. Metode tanya jawab dilakukan guru pada saat pembukaan dan apersepsi saja. Pada pembelajaran inti lebih dominan menggunakan metode pemberian tugas individual sehingga kurang adanya komunikasi lisan antara anak dan guru ataupun antaranak. Sementara pada akhir pembelajaran, recall atau evaluasi pembelajaran seringkali dilupakan karena kehabisan waktu akibat waktu istirahat yang terlalu lama.

Metode pemberian tugas biasanya berupa lembar kerja anak (LKA) yang lebih menitikberatkan pada aspek perkembangan kognitif dan motorik berupa kegiatan menggunting, mencocok, menganyam, dan sebagainya. Setelah mendapat LKA, anak-anak cenderung diam dan fokus mengerjakan tugasnya masing-masing sehingga seringnya penggunaan metode ini kurang memberi kesempatan anak untuk menyampaikan suatu pendapat atau ide gagasan yang dimilikinya melalui interaksi berbicara dengan teman maupun guru.

75

Berdasarkan data di atas, peneliti bersama guru kelas menemukan beberapa permasalahan yang kemudian dijadikan oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam pembelajaran pada Siklus I. Beberapa permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut:

a. Kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif melalui interaksi lisan terhadap guru disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak. Apalagi metode tanya jawab sebagai salah satu metode yang dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak hanya dilakukan pada saat awal pembelajaran saja.

b. Penerapan metode pemberian tugas individual pada setiap kegiatan inti menyebabkan anak selalu fokus pada tugasnya masing-masing dan mengurangi interaksi lisan antaranak ataupun dengan guru.

Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru TK ABA VII Purwosari untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell.

3. Tindakan Penelitian a. Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih perlu distimulasi. Tujuan distimulasinya keterampilan berbicara bagi anak supaya anak dapat terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya terhadap

76

orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat penting sebagai sarana komunikasi anak dengan lingkungannya.

Pada refleksi terhadap hasil observasi sebelum tindakan, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell.

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 13 Februari 2017, 16 Februari 2017, 18 Februari 2017, 20 Februari 2017, 22 Februari 2017, dan 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus I menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema kendaraan yaitu sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergiliran sesuai giliran kelompoknya.

Pelaksanaan metode show and tell yang dilakukan secara berselang-seling terjadi karena beberapa alasan. Alasan pertama ialah memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan variasi metode pembelajaran saat mengajar. Adanya variasi pembelajaran juga bertujuan untuk menghindari rasa bosan anak terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain variasi metode pembelajaran, pelaksanaan metode show and tell yang berselang-seling terjadi karena ada beberapa aspek perkembangan lain bagi anak yang harus distimulasi juga.

77

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu memutuskan metode show

and tell sebagai cara yang akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak.

b) Menyiapkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus I dengan memasukkan metode show and tell sebagai variasi metode pembelajaran.

c) Menentukan bentuk metode show and tell yang dipilih yaitu menentukan bentuk media apa yang dipilih dalam pelaksanaan metode show and tell pada Siklus I. Pemilihan media memerhatikan tema yang sedang berlaku. Akhirnya media yang terpilih adalah media foto yang berkaitan dengan tema dan dicetak dengan kertas HVS.

d) Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar foto yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell (foto sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang).

e) Menata lingkungan belajar, yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru

78

memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak lebih fokus.

f) Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung.

2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pada pelaksanaan penelitian tindakan Siklus I, peneliti berkolaborasi dengan guru. Terdapat tiga observer yang terdiri dari peneliti, guru kelas, dan mahasiswa Program Studi PGPAUD. Tugas ketiga observer adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Sepuluh anak yang masuk dalam usia 5-6 tahun dinilai oleh tiga observer tersebut saat anak melakukan show and tell. Hasil pengamatan dari ketiga obsever kemudian dikomparasikan menjadi satu hasil dalam bentuk rata-rata nilai anak dalam setiap pertemuannya.

Sementara itu, tugas guru utama yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun bersama peneliti. Selama pelaksanaan tindakan Siklus I, guru utama bekerjasama dengan guru pendamping untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I.

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai macam-macam kendaraan yang diketahui anak. Setiap awal pertemuan terjadi tanya jawab dan diskusi antara anak dan guru mengenai ciri-ciri kendaraan yang

79

menjadi tema hari itu. Setelah kegiatan awal berlangsung, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

a) Pertemuan Pertama

Pertemuan Pertama Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 13 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema sepeda motor. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak mendengarkan demonstrasi metode show and tell, anak menceritakan pengalaman naik sepeda motor dengan metode show and tell, dan menulis perlengkapan naik sepeda motor. Pada pertemuan ini seluruh anak mengikuti seluruh kegiatan secara klasikal dengan urutan yang sama. Seluruh anak mendengarkan demonstrasi guru utama terkait tata cara melakukan metode show and tell serta memerhatikan guru utama dalam memberikan contoh bercerita dengan metode show and tell.

Anak ditunjukkan foto dua jenis sepeda motor yaitu motor sport dan motor matic oleh guru. Kemudian guru bercerita menggunakan kedua gambar tersebut dengan metode show and tell sebagai contoh bagi anak. Setelah demonstrasi selesai, barulah guru utama menawarkan kepada anak untuk mencoba bercerita di depan kelas dengan metode show and tell. Anak diarahkan memilih salah satu dari dua foto tersebut untuk dipakai show and tell. Ketika anak mulai melakukan show and tell, peneliti bersama guru kelas yang telah ditunjuk sebagai observer dan satu mahasiswa Program Studi PGPAUD telah siap menilai anak yang bercerita dengan metode show and tell.

80

Anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang diketahui terkait sepeda motor baik pada foto yang ditunjukkan atau sepeda motor yang dimiliki. Selain itu, anak juga menceritakan pengalamannya menaiki sepeda motor. Setelah semua anak selesai bercerita tentang pengalamannya terkait sepeda motor, barulah mereka melaksanakan kegiatan ketiga yaitu menulis macam- macam perlengkapan yang diperlukan saat mengendarai sepeda motor.

Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah. Sembilan anak yang masuk sekolah, dua di antaranya sudah menunjukkan keberanian saat bercerita melalui metode show and tell, yaitu Rva dan Rvi. Hal tersebut ditunjukkan ketika Rva dan Rvi berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Bahkan kedua anak ini menawarkan dirinya sendiri untuk bercerita di depan teman-temannya. Sementara itu, pada pertemuan pertama Siklus I ini Lst sudah mampu mengungkapkan gagasannya secara lancar. Contohnya ketika seorang anak mengatakan dengan lancar:

“Selamat pagi teman-teman. Aku punya gambar motor. Aku ke Pantai

Parangtritis sama Ayah naik motor.” (Lst 1, lampiran halaman 144) b) Pertemuan Kedua

Pertemuan Kedua Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema mobil. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak menceritakan pengalaman naik mobil dengan metode show and tell, menghitung jumlah gambar mobil, dan mencocok gambar mobil. Pada pertemuan ini anak-anak yang telah terbagi dalam tiga kelompok melakukan masing-masing kegiatan secara bergiliran. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bercerita tentang

81

pengalamannya naik mobil dengan metode show and tell, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menghitung jumlah gambar mobil, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu mencocok gambar mobil.

Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan kemudian mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan dua kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto mobil berwarna merah. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik mobil dan menceritakan foto mobil yang mereka tunjukkan sedangkan anak-anak lain dalam satu kelompok mendengarkan.

Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu masih Rva dan Rvi. Rvi juga sudah mampu bercerita dengan lancar dan runtut. Contohnya saat seorang anak mengatakan:

“Hai teman-teman. Aku punya gambar mobil. Aku naik mobil ke pantai. Aku main masak-masakan, berenang, terus aku pulang”. (Rvi 2, lampiran halaman 146)

Sementara itu, Vta dan Zhr sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan kedua Siklus I ini.

c) Pertemuan Ketiga

Pertemuan Ketiga Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema bus. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat bentuk geometri

82

dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, menggambar bus, dan menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu membuat bentuk geometri dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggambar bus, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell.

Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto bus berwarna biru kombinasi putih. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik bus dan menceritakan foto bus yang mereka tunjukkan.

Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh meningkat menjadi tiga anak yaitu Rva, Rvi, dan Lst. Rva dan Rvi juga sudah mampu berbicara dengan banyak variasi kata sesuai gagasan yang mereka sampaikan. Misalnya, saat salah satu anak mengatakan:

“Halo teman-teman. Aku punya bis. Aku naik bis ke candi, ke pantai, ke kolam renang. Aku numpak bis karo mbahku. Aku difoto karo tukang foto.

Aku beli baju. Baju dua baru”. (Zhr 3, lampiran halaman 149)

Dokumen terkait