BAB V PENUTUP
5.2. Saran
1. Sebagian pengalokasian DBH SDA ada baiknya digunakan untuk perbaikan lingkungan hidup yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti menyediakan wadah dan tempat pembuangan yang layak, bersih dan suci.
2. Bagi pemerintah pusat dalam hal ini kementerian keuangan, perlu adanya perbaikan mekanisme pengelolaan DBH SDA. Perlunya transparansi dari formulasi perhitungan DBH SDA dengan melibatkan pemerintah daerah dan hasilnya dapat mudah di akses oleh pemerintah daerah dan publik. Kementerian keuangan membuat terobosan regulasi yang mengatur pengalokasian DBH SDA sehingga sampai pada level desa dan kebijakan afirmatif untuk program penanggulangan kemiskinan di daerah.
3. Bagi pemerintah, perlu adanya dorongan untuk membuat Instruksi Presiden terkait Data Terpadu Kemiskinan dan Integrasi Program Penanggulangan Kemiskinan. Aturan ini bisa menjadi payung hukum untuk memperkuat integrasi data kemiskinan dan percepatan penanggulangan kemiskinan.
4. Bagi pemerintah daerah, perlu adanya regulasi (peraturan daerah) terkait Pengelolaan DBH SDA dan penanggulangan kemiskinan berbasis desa. Pemerintah daerah harus membuat
roadmap terkait optimalisasi DBH SDA terhadap
pembangunan daerah. Ini menjadi panduan bagi pengambil kebijakan untuk memanfaatkan DBH SDA untuk pembangunan dan menjadi solusi alternatif untuk menghindari ketergantungan daerah terhadap DBH SDA.
5. Bagi Pemerintah Pusat dan DPR serta Pemerintah Daerah dan DPRD untuk mengalokasikan anggaran yang memadai untuk membiayai kegiatan perlindungan lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup dan program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup serta anggaran untuk pemulihan kerusakan lingkungan hidup.
6. Bagi pemerintah di masing-masing provinsi, agar tetap memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan, dengan memperketat peraturan berkaitan dengan Analisis Dampak Lingkungan, sehingga kesejahteraan masyarakat akan tetap terjamin dengan menjaga keseimbangan lingkungan. 7. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menaganilis
pengalokasian dana bagi hasil kabupaten/kota di Aceh yang telah sesuai dengan maqashid syari’ah, juga dapat memasukkan variabel prediktor yang siginifkan dari hasil penelitian ini. Variabel-variabel pembentuk IKLH juga dapat dimasukkan sehingga aspek lingkungan bertambah.
125
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, Irma dan Sherman Robinson. (2000). Income Distribution and Development, Handbook of Development Economics, Vol. II. Amsterdam : Elsivier Science Publishers, B.V.
Adinugraha, H.H. (2013). Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam. Media Ekonomi dan Teknologi Informasi.
Ahmad, Mustaq. (2001). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kausar.
Alkire, S. dan Foster, J. (2007). Counting and Multidimensional Poverty Measurement. Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) Working Paper No.7.
Alkire, S. and Santos, M.E. (2010). Acute Multidimensional Poverty: A New Index for Developing Countries. Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) Working Paper No. 38.
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2014). Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Al-Qardhawi, Yusuf. (2001). Islam Agama Ramah Lingkungan. Terjemahan Abdullah Hakim Shah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardhawi, Yusuf. (2002). Teologi Kemiskinan: Doktrin Dasar dan Solusi Islam Atas Problem Kemiskinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Artha, D.R.P. dan Dartanto, T. (2014). Multidimensional Approach to Poverty Measurement in Indonesia. LPEMFEUI Working Paper No.002.
Astuti, Esther Sri dan Joko Tri Haryanto. (2005). Analisis Dana Alokasi Umum (DAU) dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus 30 Propinsi. Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia. No. 12. Tahun XXXIV. Hal: 38-48.
Badan Pusat Statistik. (2019). Profil Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: BPS RI.
Basri, Faisal. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Case, K.E. dan Fair, R.C. (2007). Prinsip-prinsip ekonomi. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Chambers, Robert. (1983). Rural Development: Putting the Last First. London: Longman Group Ltd.
Chapra, M. Umer. (2001). The Future of Economic: An Islamic Perspective, diterjemahkan oleh Amdiar Amir dkk. “Landscape Baru Perekonomian Masa Depan”. Jakarta: SEBI.
Churchill, S.A., & Smyth, R. (2017). Ethnic Diversity and Poverty. World Development, 95, 285302.
Davey, K.J. (1988). Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-praktek internasional dan relevansinya bagi dunia ketiga. Jakarta: UI Press.
Ekbom, A. dan Bojo, J. (1999). Poverty and Environment: Evidence of Links and Integration Into The Country Assistance Strategi Process. Enviroment Group-African Region. The World Bank.
Fauzi, A., & Oxtavianus A. (2014). The measurement of suistainable development in Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 15 (1). 68-83.
Ghozali. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponergoro: Semarang.
Gupito, Katrin Retno dan Johanna M. Kodoatie. (2013). Keterkaitan PDRB Perkapita Dari Sektor Industri, Transportasi, Pertanian Dan Kehutanan Terhadap Kualitas Lingkungan Diukur Dari Emisi Co₂ Di Jawa Tengah. Diponegoro Journal Of Economics,Volume 2, Nomor 1. Hamzah, Andi. (2008). Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta:
Sinar Grafika cet II.
Hanandita, W. dan Tampubolon, G. (2016). Multidimensional Poverty in Indonesia: Trend Over the Last Decade (2003-2013).Social Indicator Research September 2016, Volume 128 Issue 2, hlm 559-587.
Handler, J. F., & Hasenfeld, Y. (2006). Blame Welfare, Ignore Poverty and Inequality. Cambridge: Cambridge University Press.
Haneef, M.A. (2015). Integration of Waqf-Islamic Microfinance Model for Poverty Reduction. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management.
Harahap, Yuanita. (2006). Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga, Kaitannya dengan Kemiskinan diperkotaan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Hassan, M.K. (2010). An Integrated Poverty Alleviation Model Combining Zakat, Awqaf and Micro-Finance. The Tawhidi Epistemology: Zakat and Waqf Economy.
Heinz, K. (1998). Politik dan Kebijakan Pembangunan Pertanian Terjemahan. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Johnson, R.A dan Wichern, D.W. (1992). Applied Multivariate Statistical Analisys. Second edition. Prentice-Hall International Inc:New Jersey.
Jolliffe, I.T. (1986). Principal Component Analysis. New York : Springer-Verlag.
Karim, Adiwarman A. (2009). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarata: PT Raja Grafindo Persada.
Kemenkeu. (2017). Buku pegangan, pengalokasian dana bagi hasil sumber daya alam. Jakarta: Direktorat Dana Perimbangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan.
Korayem, K. & Mashhour, N. (2014). Poverty in Secular and Islamic Economics; Conceptualization and Poverty Alleviation Policy, with Reference to Egypt. Middle Eastern and African Economies.
Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan. Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajat. (2007). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lesmana, Teddy. (2010). Konservasi Sumber Daya Alam sebagai Investasi. Media Indonesia, 2 November 2010/ humasristek. Liu, Y., Liu, J., & Zhou, Y. (2017). Spatio-temporal Patterns of
Rural Poverty in China and Targeted Poverty Alleviation Strategies. Journal of Rural Studies, 52, 66-75.
Mangunjaya, Fachruddin M, dkk. (2007). Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat .
Mellor, John W. and Gunvant M. Desai (Eds). (1985). Agricultural Change and Rural Poverty : Variation on a Theme by Dharm Narain. Baltimore and London. The John Hopkins University Press.
Nafziger, E. Wayne. (2005). Economic Development. Fourth Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
Nasikun. (2001). Diktat Mata Kuliah Program Magister Administrasi Publik: Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Oates, W. E. (1999). An essay on fiscal federalism. Journal of Economic Literature. Vol. 37, No. 3, hlm. 1.120-1.149. Republik Indonesia. (2001). Peratutan Pemerintah Nomor 82
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
________________. (2014). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015.
________________. (2004). Undang-Undang RI Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah.
________________. (2009). Undang-Undang RI Nomor 32 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
________________. (2004). Undang-Undang RI Nomor 33 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
________________. (1999). Undang-Undang RI Nomor 41 Tentang Kehutanan.
Rivai, V. & Buchari, A. (2013). Islamic Ecomics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi!. Jakarta: Bumi Aksara.
Rizal, Reda dkk. (2017). Analisis Kualitas Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Sachs, Jeffrey and Stiglitz, Joseph. (2007). Escaping The Resource Curse. New York: Columbia University Press.
Sachs, Jeffrey D. (2005). The Ends of Poverty: How We Can Make it Happen in Our Lifetime. Inggris: Penguin Books Ltd. Sahatah, Husain. (2004). Bangunan Ekonomi yang Berkeadilan
Teori, Pratek dan Realitas Ekonomi Islam. Yogyakarta: Magistra Insania Press.
Santoso, Heru dan Sunarto. (2020). Buku Saku Analisis Pareto. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Sharp, A.M., Register, C.A. dan Grimes, P.W. (2006). Economic of Social Issues. New York: McGraw Hill
Sianhaan, N.H.T. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Erlangga.
Soemartono, Gatot P. (1996). Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Soemarwoto, Otto. (2001). Analisa Mengenal Dampak Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutardi, Ahman. (2010). Pareto Plus. Mahasiswa Tidak Memble Siap Ambil alih Kekuasaan Nasional. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh Terjemahan Haris Munandar. Jakarta : Erlangga.
Todaro, Michael P. and Stephen C. Smith. (2015). Economic Development.12th Edition. New York: Pearson Ltd.
Townsend, P. (2006). What is Poverty? An Historical Perspective, Poverty in Focus. Intemtional Poverty Center, United Nations for Development Program, December, hlm. 5-6.
United Nations Development Programme. 2010. Human Development Report.
Walpole, E.R. (2005). Pengantar Statistika edisi ketiga.Terjemahan dari Introduction to Statistics oleh Bambang Sumantri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
World Bank. (2006). Making the New Indonesia Work for the Poor. World Data Lab. (2019). World Poverty Clock.
Yafie, Alie. (2006). Merintis Fikih Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Amanah.
132
Lampiran 1. Data Persentase Kemiskinan
Persentase Kemiskinan di Indonesia Tahun 2016-2018
Provinsi
Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi (Persen) 2016 2017 2018 Aceh 16.43 15.92 15.68 Sumatera Utara 10.27 9.28 8.94 Sumatera Barat 7.14 6.75 6.55 Riau 7.67 7.41 7.21 Jambi 8.37 7.90 7.85 Sumatera Selatan 13.39 13.1 12.82 Bengkulu 17.03 15.59 15.41 Lampung 13.86 13.04 13.01 Bangka Belitung 5.04 5.30 4.77 Kepulauan Riau 5.84 6.13 5.83 DKI Jakarta 3.75 3.78 3.55 Jawa Barat 8.77 7.83 7.25 Jawa Tengah 13.19 12.23 11.19 DI Yogyakarta 13.10 12.36 11.81 Jawa Timur 11.85 11.2 10.85 Banten 5.36 5.59 5.25 Bali 4.15 4.14 3.91
Nusa Tenggara Barat 16.02 15.05 14.63 Nusa Tenggara Timur 22.01 21.38 21.03
Kalimantan Barat 8.00 7.86 7.37 Kalimantan Tengah 5.36 5.26 5.10 Kalimantan Selatan 4.52 4.7 4.65 Kalimantan Timur 6.00 6.08 6.06 Kalimantan Utara 6.99 6.96 6.86 Sulawesi Utara 8.20 7.90 7.59 Sulawesi Selatan 9.24 9.48 8.87
Sulawesi Tengah 14.09 14.22 13.69 Sulawesi Tenggara 12.77 11.97 11.32 Gorontalo 17.63 17.14 15.83 Sulawesi Barat 11.19 11.18 11.22 Maluku 19.26 18.29 17.85 Maluku Utara 6.41 6.44 6.62 Papua Barat 24.88 23.12 22.66 Papua 28.4 27.76 27.43
Lampiran 2. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2016
Provinsi
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Menurut Provinsi
(Ribuan Rupiah) MINERBA KEHUTANAN Aceh 1.717.739 20.754 Sumatera Utara 15.978.553 3.695.604 Sumatera Barat 995.505 1.112.634 Riau 4.219.24 19.857.209 Jambi 8.924.054 4.394.262 Sumatera Selatan 109.792.383 4.784.166 Bengkulu 23.686.841 155.083 Lampung 758.844 35.202 Bangka Belitung 52.04.878 3.196 Kepulauan Riau 8.329.395 14.124 DKI Jakarta 0 0 Jawa Barat 4.364.211 998.485 Jawa Tengah 6.325 2.990.299 DI Yogyakarta 42.566 3.237 Jawa Timur 72.871 2.554.741 Banten 2.118.663 2.188.663 Bali 0 0
Nusa Tenggara Barat 90.203.837 13.941
Nusa Tenggara Timur 3.391.176 3.098
Kalimantan Barat 4.799.297 35.475.661 Kalimantan Tengah 115.774.213 35.475.661 Kalimantan Selatan 746.224.356 506.342 Kalimantan Timur 1.275.966.761 24.597.316 Kalimantan Utara 95.879.143 13.542.238 Sulawesi Utara 15.020.362 24.194
Sulawesi Selatan 34.058.213 873.775 Sulawesi Tengah 271.399 515.204 Sulawesi Tenggara 32.740.868 189.544 Gorontalo 1.178.756 190.062 Sulawesi Barat 1.490.060 3.808 Maluku 1.868.032 3.020.164 Maluku Utara 16.839.379 2.053.716 Papua Barat 192.153 9.356.891 Papua 482.201.173 12.969.915
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2017
Provinsi
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Menurut Provinsi
(Ribuan Rupiah) MINERBA KEHUTANAN Aceh 3.292.927 436.696 Sumatera Utara 8.485.618 14.772.504 Sumatera Barat 4.561.689 17.537.628 Riau 7.832.150 26.207.003 Jambi 16.036.840 7.327.596 Sumatera Selatan 278.702.854 9.473.578 Bengkulu 27.916.417 796.072 Lampung 1.254.237 951.764 Bangka Belitung 115.607.630 635.933 Kepulauan Riau 26.226.444 605.732 DKI Jakarta 0 0 Jawa Barat 7.321.066 726.289 Jawa Tengah 122.02 3.622.812 DI Yogyakarta 22.945 5.213 Jawa Timur 415.244 3.814.469 Banten 4.689.397 11.092.798
Bali 0 0 Nusa Tenggara Barat 150.924.033 511.17 Nusa Tenggara Timur 1.802.517 36.421 Kalimantan Barat 30.780.060 40.544.814 Kalimantan Tengah 143.364.575 246.830.314 Kalimantan Selatan 414.794.445 3.181.290 Kalimantan Timur 1.158.191.503 173.500.745 Kalimantan Utara 89.726.890 154.807.348 Sulawesi Utara 5.901.253 711.233 Sulawesi Selatan 36.034.244 887.111 Sulawesi Tengah 33.410.022 5.138.703 Sulawesi Tenggara 36.480.489 1.719.070 Gorontalo 3.056.349 3.697.119 Sulawesi Barat 230.321 72.246 Maluku 818.457 35.997.817 Maluku Utara 24.250.740 27.248.747 Papua Barat 413.635 42.312.791 Papua 257.193.435 39.572.474
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2018
Provinsi
Jumlah Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Menurut Provinsi (Ribuan
Rupiah) MINERBA KEHUTANAN Aceh 1.617.041 466.699 Sumatera Utara 36.511.412 16.586.985 Sumatera Barat 3.169.788 17.778.517 Riau 3.389.720 29.446.642 Jambi 16.234.065 7.965.610 Sumatera Selatan 211.629.561 10.520.050 Bengkulu 19.646.640 447.935
Lampung 1.582.532 931.564 Bangka Belitung 121.952.242 594.756 Kepulauan Riau 10.005.714 648.748 DKI Jakarta 0 0 Jawa Barat 5.520.297 803.568 Jawa Tengah 77.53 3.870.290 DI Yogyakarta 27.501 5.768 Jawa Timur 132.538 4.220.340 Banten 2.902.981 183.237 Bali 0 0
Nusa Tenggara Barat 99.776.146 566.311
Nusa Tenggara Timur 1.745.763 40.297
Kalimantan Barat 25.329.501 44.184.629 Kalimantan Tengah 116.675.763 265.510.192 Kalimantan Selatan 544.199.418 3.436.265 Kalimantan Timur 1.018.120.505 186.474.976 Kalimantan Utara 90.804.449 156.296.839 Sulawesi Utara 33.658.918 759.85 Sulawesi Selatan 30.891,291 948.464 Sulawesi Tengah 18.795.747 5.341.019 Sulawesi Tenggara 31.267.249 5.855.640 Gorontalo 760.571 3.947.611 Sulawesi Barat 201.295 77.674 Maluku 1.740.657 36.974.124 Maluku Utara 42.232.962 26.739.058 Papua Barat 4.230.346 47.241.021 Papua 393.998.020 44.925.230
Lampiran 3. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Persentase Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia Tahun 2016-2018
Provinsi
Persentase Indeks Kualitas Linhkungan Hidup Menurut Provinsi
(Persen) 2016 2017 2018 Aceh 73.55 77.70 79.36 Sumatera Utara 66.47 69.77 64.41 Sumatera Barat 60.06 68.16 78.69 Riau 56.73 68.64 68.43 Jambi 64.01 64.98 71.00 Sumatera Selatan 67.27 69.18 68.11 Bengkulu 72.43 70.18 74.32 Lampung 60.34 59.72 59.89 Bangka Belitung 66.88 67.85 67.68 Kepulauan Riau 70.19 70.34 66.50 DKI Jakarta 38.69 35.78 45.21 Jawa Barat 51.87 50.26 56.98 Jawa Tengah 58.75 58.15 68.27 DI Yogyakarta 51.37 49.80 62.98 Jawa Timur 58.98 57.46 67.08 Banten 60.00 51.58 57.00 Bali 72.59 70.11 66.62
Nusa Tenggara Barat 56.53 56.99 75.16 Nusa Tenggara Timur 59.23 61.92 69.01
Kalimantan Barat 72.24 74.17 73.09
Kalimantan Tengah 74.71 71.47 75.71 Kalimantan Selatan 59.07 69.38 68.78
Kalimantan Timur 76.85 75.65 85.90
Sulawesi Utara 67.07 70.81 74.95 Sulawesi Selatan 68.78 73.24 74.83 Sulawesi Tengah 70.54 69.39 83.34 Sulawesi Tenggara 75.24 70.86 83.17 Gorontalo 69.30 67.46 84.09 Sulawesi Barat 64.54 74.47 79.89 Maluku 71.66 75.12 81.23 Maluku Utara 72.46 74.55 88.25 Papua Barat 83.01 85.69 91.50 Papua 81.35 78.18 83.88