• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses depolimerisasi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 70C, dan pengadukan pada kecepatan tertentu. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh kecepatan dan metode pengadukan untuk proses yang lebih efektif dan menghasilkan lateks depolimerisasi yang lebih baik. Disamping itu perlu juga dilakukan formulasi perekat menggunakan bahan utama lateks depolimerisasi dan melakukan uji pembanding dengan perekat komersial. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas proses

48

depolimerisasi dalam memberikan perubahan terhadap kekuatan rekat lateks. Untuk memperbaiki efektivitas proses depolimerisasi, perlu juga dilakukan kajian terhadap bahan yang dapat mencegah terjadinya pengikatan silang setelah lateks didepolimerisasi. Pembuatan perekat dari lateks depolimerisasi lebih baik diarahkan kepada perekat berbasis pelarut, karena pengaruh penurunan bobot molekul dan penurunn viskositas akan lebih tampak jika lateks depolimerisasi dikeringkan dan dilarutkan kedalam pelarut organik.

49

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R.D. 2005. Adhesives Bonding Science, Technology and Applications. CRC press, Washington.

Anonim. 2009 a. Pengetahuan Lateks. GAPKINDO (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia), Jakarta.

Anonim. 2009 b. Lem Kuning, Perekat Berbasis Karet, Perekat Basis Tepung dan Perekat PVC [Online]. Diperoleh dari www .scribd. com/ doc/ 11527788 / ebook-lem-karet-tepung-dan-pvc. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009. Anonim. 2009 c. Adhesives [Online]. Diperoleh dari www.wikipedia.com.

Diakses pada tanggal 1 Oktober 2009.

Bastari, D.H. dan Hanggokusumo, S. 2009. Strategi Pengembangan Riset Industri Karet dan Produk Karet Nasional. Seminar. GAPKINDO, Bogor. Tanggal 23 Maret 2009.

Budianto E dan Sarwono A. 2008. Pengaruh Variasi Inisiator dan Teknik Polimerisasi Terhadap Ukuran Partikel pada Kopolimerisasi Emulsi Stirena-butil Akrilat-metil Metakrilat. Makara Sains, 12(2): 61-68.

Cifriadi, A. 2009. Pembuatan Karet Siklo Dari Lateks Karet Alam Berbobot Molekul Rendah. Tesis. FMIPA, UI, Jakarta.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Penerbit ITB, Bandung.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1991. Kimia Organik Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Irfani, M. 2006. Reaksi α-Pirena dengan Hidrogen Peroksida (H2O2)-Asetonitril dalam Suasana Asam. Skripsi. FMIPA, UNNES, Semarang.

Isa, S.Z., Yahya, R., Hassan, A. dan Tahir, M. 2007. The influence of Temperatur and Reaction Time in The Degradation of Natural Rubber Latex. The Malaysian Journal of Analytical Sciences, 11(1): 42-47.

Karauglu, M.H. dan Ugurlu, M. 2009. Studies on UV/NaOCl/TiO2/Sep Photocatalysed Degradation of Reactive Red 195. In press. Journal of Hazardous Material.

Kumar, R., Choudhary V., Mishra S., Varma, I.K. dan Mattiason B. 2002. Adhesives and Plastics Based on Soy Protein Products. Industrial Crops and Products, 16:155-172.

Mansur, S. 2009. Dinamika Agribisnis dan Industri Karet Indonesia dalam Persaingan Pasar Global 2009 [Online]. Diperoleh dari www. Mediadata.co.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2009.

Nazaruddin dan Paimin, F.B. 1999. Karet, Strategi Pemasaran dan Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ohm, R. 1990. Vanderbilt Rubber Handbook. Edisi 13. R.T. Vanderbilt Company, Inc., Norwalk, CT.

Oxtoby, D.W., Gills, H.P., dan Nachtrieb, N.H. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga, Jakarta.

Rawi, D.F. 2000. Pembuatan Kompon Perekat Lateks Pekat-Ureaformaldehida untuk Kayu Lapis. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor.

50

Ruhendi, S., Koroh, D.N., Syamani, F.A., Yanti, H., Nurhaida, Saad, S. dan Sucipto, T. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor.

Sahly, F.A. 2006. Pembuatan Perekat pada Logam Menggunakan Campuran Karet Siklo dan Karet alam.skripsi. Fateta, IPB, Bogor.

Suhud, Y. 2004. Pembuatan Formula Perekat Peka Tekanan Berbasis Pelarut Menggunakan Karet Siklo dan Resin Komersial. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor.

Surdia, N.M. 2000. Degradasi Polimer. Majalah Polimer Indonesia, 3(1): 20-21. Tribawati, R.Y. 2009. Depolimerisasi Lateks Karet Alam Secara Kimia

Menggunakan Senyawa Hidrogen Peroksida - Natrium Nitrit - Asam Askorbat. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor.

Wibisono, Y. 2004. Kajian Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit Terhadap Lateks Pekat dan Pengaruhnya Terhadap Daya Rekat. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor.

52

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Penetapan Kadar Karet Kering (KKK), Kadar Jumlah Padatan (KJP), Kekuatan Tarik Geser dan Kekuatan Tarik Kelupas

1. Pengujian Penetapan Kadar Karet Kering (KKK) (ASTM D-1076-97) Lateks sebanyak 5-10 gram (W1) dituangkan dalam cawan alumunium, kemudian digumpalkan dengan aseton seluruhnya. Gumpalan lateks yang dihasilkan digiling membentuk krep dengan ketebalan tidak lebih dari 2 mm. Lembaran krep kemudian dikeringkan pada suhu 70C hingga kering sempurna. Kemudian krep didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W2). Kadar karet kering lateks dihitung dengan rumus sebagai berikut.

W2

% KKK = x 100 W1

W1 = bobot sampel W2 = bobot krep kering

2. Penetapan Kadar Jumlah Padatan (KJP) (ASTM D-1076-97)

Lateks sebanyak 2,5 ± 0,5 gram (W1) dituangkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya (W2), kemudian diratakan dengan cara menggoyang-goyangkan cawan. Air suling sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam cawan, kemudian cawan aluminium dipanaskan dengan menggunakan oven hingga terbentuk lapisan (film) pada cawan. Cawan berisi film kering ditimbang (W3).

W3-W2

% KJP = x 100 W1

W1 = bobot sampel

W2 = bobot cawan aluminium W3 = bobot cawan berisi film kering

53 3. Uji Kekuatan Tarik Geser (ISO 814-96)

Sampel adherent berukuran 25,4 mm x 100 mm sebanyak dua lembar saling direkatkan dengan luas arena rekatan sebesar 25,4 mm x 25,4 mm. Pengujian dilakukan dengan menarik kedua ujung lembar adherent dari arah yang berlawanan pada posisi vertikal. Kekuatan maksimum yang dibutuhkan untuk memisahkan dua lembar adherent dicatat sebagai bonding strength dan dinyatakan dalam lb/in2.

4. Uji Kekuatan Tarik Kelupas (ISO 814-96)

Sampel adherent (bahan yang direkat) berukuran 25,4 mm x 100 mm sebanyak dua lembar saling direkatkan dengan menyisakan area seluas 25,4 mm x 25,4 mm untuk penjepitan pada alat Tensiometer. Kekuatan maksimum yang dibutuhkan untuk memisahkan dua lembar adheren dicatat sebagai adhesion strength dan dinyatakan dalam lb/ in.

54

Lampiran 2. Analisis Statistika Uji Kekuatan Tarik Geser (Shear Test) 1. Rekapan hasil uji kekuatan tarik geser (lb/in2)

Kode Sampel Ulangan Rata-rata 1 2 W1D1 22,4 27,2 24,8 W1D2 23,3 23,8 23,55 W1D3 24,3 26 25,15 W2D1 14 11,3 12,65 W2D2 18,3 24,8 21,55 W2D3 22,2 30,3 26,25 W3D1 15,8 26 20,9 W3D2 25,3 31,8 28,55 W3D3 52,4 48,8 50,6 2. Analisis varian Sumber keragaman DB JK KT F hitung F tabel α = 0,05 F1 2 542,97 271,485 16,26* 4,26 F2 2 654,03 327,015 19,58* 4,26 F1*F2 4 490,85 122,7125 7,35* 3,63 Galat 9 150,29 16,698889 Total 17

Keterangan: * = Berbeda nyata (F hitung > F tabel) sehingga perlu dilakukan uji lanjut Duncan

3. Uji lanjut Duncan

a. Perlakuan lama waktu reaksi (jam)

Waktu reaksi (jam) Kekuatan Tarik Geser Rata-rata (lb/in2)

Grup Duncan α = 0,05

4 24,500 B

6 20,150 B

55 b. Perlakuan Dosis H2O2 (bsk)

Dosis H2O2 (bsk) Kekuatan Tarik Geser Rata-rata(lb/in2)

Grup Duncan α = 0,05

1 19,450 B

3 24,550 B

5 34,000 A

c. Interaksi perlakuan lama waktu reaksi dan dosis H2O2 Perlakuan

[Waktu(jam)*Dosis(bsk)

Kekuatan Tarik Geser Rata-rata(lb/in2) Grup Duncan 8*5 50,600 A 8*3 28,550 B 6*5 26,250 B 4*5 25,150 B 4*1 24,800 B 4*3 23,550 B 6*3 21,550 C B 8*1 20,900 C B 6*1 12,650 C

Keterangan : Huruf yang sama pada kolom uji wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa taraf perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

56

Lampiran 3. Analisis Statistik Uji Kekuatan Tarik Kelupas (Peel test) 1. Rekapan hasil uji kekuatan tarik kelupas (lb/in)

Kode Sampel Ulangan Rata-rata 1 2 W1D1 1,69 1,59 1,64 W1D2 1,12 1,65 1,39 W1D3 1,5 1,82 1,66 W2D1 0,18 0,23 0,21 W2D2 1,5 1,83 1,67 W2D3 1,16 0,94 1,05 W3D1 0,33 0,49 0,41 W3D2 1,43 1,16 1,30 W3D3 1,45 1,26 1,36 2. Analisis varian Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel α = 0,05 F1 2 4,22813333 2,11406667 37,81* 4,26 F2 2 1,48263333 0,74131667 13,26* 4,26 F1*F2 4 0,36383333 0,09095833 1,63 3,63 Galat 9 0,50320000 0,05591111 Total 17

Keterangan: * = Berbeda nyata (F hitung > F tabel) sehingga perlu dilakukan uji lanjut Duncan

3. Uji lanjut Duncan

a. Perlakuan lama waktu reaksi (jam)

Waktu reaksi (jam) Kekuatan Tarik Kelupas Rata-rata (lb/in)

Grup Duncan α = 0,05

4 1,7233 A

6 0,5367 C

57 b. Perlakuan dosis H2O2 (bsk)

Dosis H2O2 (bsk) Kekuatan Tarik Kelupas Rata-rata (lb/in)

Grup Duncan α = 0,05

1 0,7817 C

3 1,0950 B

5 1,4833 A

Keterangan : Huruf yang sama pada kolom uji wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa taraf perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

58

Lampiran 4. Data Hasil Uji Kadar Jumlah Padatan (KJP) Kode Sampel Rata-rata KJP (%)

W1D1 53,80 W1D2 59,64 W1D3 57,14 W2D1 57,28 W2D2 57,76 W2D3 61,79 W3D1 59,65 W3D2 59,78 W3D3 59,41

Dokumen terkait