• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Siswa

Untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas V di SD Negeri Binjai Wangi Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012 sebaiknya

2. Bagi Guru

Sebaiknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi guru untuk bahan acuan pembelajaran Pendidikan Jasmani.

3. Bagi Peneliti

Senaiknya hasil peneilitian ini dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan mengenai upaya peningkatan gerak dasar tolak peluru.

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, Pendidikan Jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi Pendidikan Jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui Pendidikan Jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan

mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Menuru Toho Cholik Mutohir dan Rusli Lutan (1996-1997: 16), definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut :

asmani adalah proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.

Meskipun Pendidikan Jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian

seolah-berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Secara sederhana, menurut Mahendra (2003: 8) Pendidikan Jasmani bertujuan untuk :

1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan salah satu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan hidup bersih melalui aktivitas jasmani di sekolah.

B. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Gagne (1984 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Sedangkan Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,

emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll.

Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan

biasanya mudah diamati. Pembelajaran diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikaninstruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang

memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan

dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses

pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk

mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses trjadinya tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.

C. Belajar Gerak

Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Mahendra, 2003 :9). Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetap berhubungan.

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman (Schmidt dalam Lutan, 1988: 203). Sedangkan Menurut Lutan (1988: 206) belajar motorik adalah seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan dalam perlaku terampil. Adapun tahap dalam keterampilan motorik, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap kognitif merupkan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini peserta didik harus memahami hakekat kegiatan yang akan dilakukan,

kemudian harus mendapatkan gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual.

b. Tahap fiksasi, pada tahap ini pengembangan ketrampilan dilakukan peserta didik melalui latihan praktis secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanent, selama latihan peseta didik membutuhkan semangat dan umpan balik untuk apa yang dilakukan itu benar atau salah. c. Tahap otomatis, control terhadap gerak semakin cepat dan penampilan

semakin konsisten.

Belajar gerak sangat berhubungan dengan latihan, maka Lutan (1988 ; 309) memaparkan sebagai berikut :

waktu yang permulaan latihan, kemampuan itu barangkali memiliki kemampuan yang sama; tetapi selanjutnya kemampuan atau abilitas itu bertalian dengan kepekaan kinestetik, dan tak bertalian dengan orientasi spatial. Ketika si pelaku semakin terampil, mereka seperti tidak menggunakan abilitas yang berbeda untuk menghasilkan suatu kegiatan ketimbang ketika masih belum terampil. Latihan menghasilkan perubahn dalam kemampuan yang melandasi sua

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar

gerak adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

D. Atletik

Atletik yang kita kenal saat ini adalah olahraga yang paling tua di dunia. Gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerakan itu sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan yang secara bertahap bekembang sejalan dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya.

Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaituAthlonatauAthlumyang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (atlet). Atletik di Indonesia pertama kali didirikan pada tanggal 3 September tahun 1950 di Kota Semarang dengan induk organisasi yang menaungi disebut PASI. Nomor-nomor yang dipertandingkan pada perlombaan atletik, yaitu untuk nomor lari terdiri dari lari jarak pendek(100 m, 200 m, dan 400 m), lari jarak menengah (800 m, 1500 m, 3000 m,), lari jarak jauh (5000 m, 10.000 m ), marathon (42 km, 195 km ), jalan cepat (5 km, 10 km, 20 km ).Untuk nomor lompat terdiri dari lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah. Untuk nomor lempar terdiri dari lempar lembing, lempar cakram, lontar martil dan tolak peluru.

E. Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, namun kata yang digunakan bukanlah lempar peluru melainkan tolak peluru. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan cara melakukan gerak dasar tolak peluru, yaitu dengan cara didorong atau ditolak dan bukan dilempar.

Tolak peluru adalah suatu gerakan menolak alat bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam yang dilakukan dengan awalan atau sikap badan pada waktu akan menolakan peluru membelakangi arah tolakan. Ada beberapa tahap dalam gerak dasar tolak peluru seperti tahap persiapan, tahap gelincir, tahap pelepasan dan sikap akhir atau gerak lanjut (IAAF, 2000:159).

Alat yang digunakan dalam proses pembelajaran tolak peluru, yaitu peluru yang terbuat dari logam. Ukuran berat standar peluru untuk senior putra

adalah 7.257 kg, sedangkan untuk yunior putra 5 kg dengan diameter 110-130 mm dan untuk senior putri 4 kg, sedangkan untuk yunior putri 3 kg dengan diameter 95-110 mm.

Secara keseluruhan, kelangsungan keterampilan gerak dasar tolak peluru adalah sebagai berikut Diadopsi dari H. Harsono, (2005:13):

1) Persiapan

jari jari regang dan jari kelingking di tekuk berada di samping peluru. jari agak rapat, ibu jari di samping jari kelingkingberada di samping peluru.

kaki kanan di tempatkan di muka batas lingkaran.

peluru di pegang dengan salah satu tangan terkuat, salah satu tangan di muka dan dada sedikit serongkan.

ditekuk, sementara tungkai bebas ditarik ke arah lingkaran belakang

2) Pelaksanaan

Pandangan mata ditujukan ke depan kira kira 4 meter ke depan, dorong tangan sekuatnya ke depan.

3) Gerakan Akhiran

Badan menghadap ke kanan sehingga arah tolakan ada di samping kiri. Badan agak membungkuk dan sedikit condong ke kanan

Tangan kanan dengan siku agak di bengkokkan berada sedikit agak ke bawah badan, lengan kiri lemas dan lurus ke belakang untuk

membantu keseimbangan

F. Alat Modifikasi

Alat atau media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan dalam proses pembelajaran itu sendiri. dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat pembelajaran dinilai sangat penting, karena dengan adanya alat pembelajaran maka bahan atau meteri yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat pembelajaran dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Hamalik dalam Arsyad Azhar (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu.

Setelah peluru lepas dari tangan kanan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak di tarik dan di letakkan kembali pada bekas injakan kaki kiri dengan lutut agak di bengkokkan.

Kaki yang berada di depan diangkat lurus dan santai untuk membantu menjaga keseimbangan.

Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP(Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnyabody scalingatau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Penggunaan alat modifikasi diharapkan dapat memotivasi anak melakukan tugas gerak yang diberikan, sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai. Slameto (1995: 12) menyatakan proses belajar dikatakan berhasil apabila ada

perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karena itu, dalam proses

pembelajaran peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar dan percaya diri.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani agar tercipta suatu

pembelajaran yang mencerminkan rasa kegembiraan, semangat yang tinggi dan percaya diri pada siswa, maka guru harus berperan untuk

mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya tujuan belajar yang sudah ditetapkan, yaitu dengan cara guru dapat

mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan tugas geraknya, misalnya dengan cara memodifikasi berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang digunakan. (Bahagia dan Suherman, 2000:48). Secara garis besar tujuan modifikasi adalah:

1. mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, 2. mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,

3. mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,

4. mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang.

Alat modifikasi yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah berupa bola plastik warna-warni berdiameter 11cm yang diisi semen dengan ukuran berat yang lebih ringan. Berdasarkan dari segi kegunaannya, alat modifikasi tersebut dibuat dengan jumlah yang cukup banyak sehingga memberikan kesempatan yang banyak pula bagi siswa untuk melakukan pengulangan dalam pembelajaran gerak dasar tolak peluru yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran yang terjadi menjadi efektif dan efisien. Selain itu, dengan menggunakan alat modifikasi yang memiliki karakteristik bentuk dan ukuran lebih ringan dapat memudahkan siswa dalam hal menolakkkan peluru, sehingga dengan menggunakan alat modifikasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas V di SD Negeri Binjai Wangi Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

A. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka di atas jika terkait dengan masalah pendidikan tampaknya dunia pendidikan nasional menghadapi tantangan yang cukup berat dan kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada agar mampu bersaing di era global. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri menuntut guru agar mampu menggunakan media ataupun alat-alat

bantu yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Begitu pula dengan guru Pendidikan Jasmani, dalam menghadapi suatu keterbatasan alat pembelajaran yang tersedia di sekolah sehingga menyebabkan tidak efektif serta tidak efisisennya proses pembelajaran

Pendidian Jasmani yang terjadi sehingga megakibatkan rendahnya hasil belaja siswa, maka seorang guru Pendidikan Jasmani dituntut untuk dapat melakukan serta menggunakan alat modifikasi dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani yang dilakukan dengan tujuan mempermudah dan menbantu siswa dalam hal menguasai ataupun mempraktikkan keterampilan gerak dasar yang diajarkan dengan cara menciptakan alat pembelajaran dengan bentuk yang lebih sederhana tanpa mengurangi karakteristik dan fungsi dari alat

pembelajaran yang sebenarnya.

Dengan menggunakan alat modifikasi pembelajaran tolak peluru dengan bentuk sederhana dan ringan serta jumlah yang cukup banyak, yaitu berupa bola plastik warna-warni berdiameter 11cm yang diisi semen dengan ukuran berat lebih ringan, maka penulis meyakini bahwa siswa akan merasa terbantu dan mudah dalam hal melaksanakan keterampilan gerak dasar tolak peluru yang diajarkan. Selain itu, dengan variasi warna yang melekat pada bola plastik maka akan menjadikan proses pembelajaran tolak peluru menjadi lebih menarik sehingga siswa menjadi tertaik untuk mengikuti proses pembelajaran

yang berlangsung. Dengan begitu hasil pembelajaran gerak dasar tolak peluru siswa diharapkan akan mengalami peningkatan yang optimal.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

modifikasi berupa plastik berdiameter 11cm yang diisi semen dengan ukuran berat yang lebih ringan, maka hasil belajar gerak dasar tolak peluru siswa akan

Dokumen terkait