• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

6) Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum yang terdapat di desa Batangharjo meliputi Tempat Ibadah, Sarana Pendidikan, sarana kesehatan mempunyai masing-masing (MCK) di tiap-tiap rumah dengan kondisi Baik. Dalam hal ini beberapa pembangunan MCK dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Batangharjo.

Beberapa ruas jalan di desa Batangharjo akan di renofasi dipemerintahan kepala desa yang baru. Banyak jalan-jalan rusak bahkan sama sekali belum di aspal maupun di cor beton. Keadaan tersebut membuat kepala desa memasukan pembangunan jalan dalam Rencana Pembangunan jangka Menengah Desa Batangharjo tahun 2020-2024.

e. Struktur desa Batangharjo

Pemerintahan Umum yang berlaku di desa Batangharjo meliputi Organisasi Pemerintah Desa, Lembaga Himpunan Desa (LHD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), dan Lain- lain Gambaran Pelayanan, sebagai berikut :

Pelayanan Organisasi Pemerintah Desa, Lembaga Himpunan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa memberikan pelayanan kepada masyarakat Desa Batangharjo yang mengacu kepada pembangunan masyarakat. Dengan pelayanan sebagai beriku:

2) Diluar jam kerja apabila ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat-surat tetap dilayani.

3) Meningkatkan kedisiplinan para perangkat desa dalam melaksanaka tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

4) Menyalurkan dan menyampaikan bantuan yang diterima dari pemerintah kepada warga sesuai dengan program bantuan yang ada.

Gambar 4.1 Peta Desa Batangharjo

f. Denah Lokasi Desa Batangharjo

Adapun denah lokasi desa Batangharjo dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2 Peta Desa Batangharjo

Sumber : Data umum Batangharjo Tahun 2020 2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi dan hasil dokumentasi, diperoleh beberapa hal sering dilakukan oleh masyarakat

untuk memberikan motivasi pada anak dalam menempuh pendidikan Islam, antara lain sebagai berikut:

a. Menghantarkan ke TPA atau Pondok Pesantren.

Menurut hasil observasi, yang dilakukan peneliti, orang tua di Desa Batangharjo, khususnya RT 021 dan RW 011, Dusun Lensapuro, peneliti menemukan beberapa orang tua, khususnya kaum ibu, sesibuk-apapun selalu menyempatkan untuk menghantarkan anak-anaknya ke TPA, atau Pondok Pesantren, ada juga yang sampai rela menunggu anak-anaknya pulang dari mengaji.75

Hal ini seperti yang disampaikan oleh, Ibu Roikatul Janah, beliau menyatakan, “saya setiap sore jam 4 selalu menghantarkan anak saya ke TPA, hal itu saya lakukan selain untuk menunjukan perhatian saya terhadap kemampuan agama anak , juga ada sedikit kehawatiran, dikarenakan, anaknya tidak sampai ke tempat ngaji (TPA), (pamitnya berangkat ngaji tapi main sama temanya). Hal ini juga yang diwaspadai oleh guru TPA yang disampaikan kepada wali murid.76

Berdasarkan pendapat tersebut maka perhatian terhadap keseriusan anak dan memastikan anak benar-benar sampai di TPA, adalah merupakan bentuk dukungan orang tua terhadap anaknya untuk menempuh pendidikan Islam.

b. Orang Tua menunjukan rasa bangga dan bahagia ketika anak pulang dari TPA atau Pondok Pesantren.

Sudah bisa dipastikan bila orang tua akan tersenyum bahagia, bila menyambut kedatangan anaknya yang telah kembali dari kegiatan belajar mengajar di TPA. Hal ini juga disampaikan oleh pak Widodo,

75 Observasi di Desa Batangharjo, khususnya RT 021 dan RW 011, Dusun Lensapuro, Pada Tanggal 05 Oktober 2020.

76 RJN, Wali Santri TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” pada Tanggal. 10 Oktober 2020.

beliau memiliki anak laki-laki berumur sekitar 8 tahun. Beliau berkata: “saya langsung tersenyum bahagia bila dengar anak saya pulang dari kegiatan-kegiatan agama seperti ngaji di TPA, ikut solawatan, berangkat yasinan risma, biasanya saya juga menyempatkan untuk bertanya, seperti: sampai mana ngajinya, dapet pelajaran apa di TPA, dan saya minta untuk menunjukan persis seperti apa yang didapat tadi di TPA. Hal ini saya lakukan untuk membuat anak merasa diterima jerih payahnya dalam belajar dan memberikan perhatian terhadap pencapaian hasil belajarnya di TPA.77

Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa menunjukan rasa empati kepada anak atas pencaipaian hasil belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an, dalam bentuk apapun, misalnya: tersenyum, pemberian hadiah, acungan jempol dua ibu jari, dan jalan-jalan merupakan cara efektif untuk meningkatkan motivasi dalam belajar anak, karena dengan demikian anak merasa dihargai jerih payahnya dan usaha selama menempuh proses belajar-mengajar di TPA.

c. Orang Tua menunjukan rasa senang ketika anak dapat menunjukan keberhasilan dalam belajar seperti kemampaun hafalan, praktek bacaan shalat, dan kemampuan membaca Al-Qur’an.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Karijto, “saya selalu sampaikan kepada anak-anak, jika dapat menghafal surat pendek (misal: Al-Fil Atau Ad-Duha). Maka saya traktir makan bakso. Pokoknya intinya apapun perkembangan positif dari anak saya selalu saya respon dengan gembira dan senang, seperti: misal dia minta ke TMII Kota Metro, ya saya ikuti kemauannya, tapi saya tegaskan harus fokus belajar di TPA. Saya lihat bacaannya, sholatnya dan kemampuan hafalannya.78

77 WDD, wali santri TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 10 Oktober 2020.

78 KRJT, Wali Santri TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 07 Oktober 2020.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat diperoleh gambaran untuk memacu semangat anak dalam belajar dapat dipergunakan pemberian hadiah bersyarat sebagai tehnik untuk meningkatkan kemauan dan motivasi anak supaya dapat menguasai materi atau pelajaran tersebut.

d. Orang tua memberikan nasihat, dan keteladanan yang baik terhadap Anak.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Ibnu Sohib, selaku tokoh agama, beliau berkata:

“orang tua merupakan inti dari segala keberhasilan pendidikan di sekolah, di TPA, dan di pondok pesantren, menurutnya bentuk penerimaan anak apabila telah menyelesaikan proses pendidikan, bentuk penerimaan ini merupakan nasihat dan keteladanan yang dipraktekkan secara tidak langsung (bil hikmah).79

Berdasarkan pernyataan ini, maka diperoleh gambaran bahwa penerimaan orang tua terhadap apapun hasil yang diperoleh anak selama proses pendidikan dan cara orang tua memberikan nasihat atau masukan-masukan supaya tidak menyinggung kondisi ruhani anak merupakan hal yang paling tepat untuk memberikan nasihat dan keteladanan yang baik kepada anak, dengan harapan anak mau menerima masukan-masukan yang baik dari orang tua dengan lapang dada.

79 IBS, Selaku Tokoh Agama di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 11 Oktober 2020

e. Orang tua memberikan pembiasaan-pembiasaan dalam pendidikan agama Islam.

Macam-macam pembiasaan yang baik berdasarkan penemuan di lapangan ini berdasarkan hasil wawancara80: memberikan pembiasaan dalam pendidikan agama Islam,dipergunakan orang tua dalam pemberian motivasi untuk menempuh pendidikan Islam, yaitu dengan:

1) Memberikan pengalaman-pengalam yang Islami; seperti rutinitas kegiatan membaca Al-Qur’an bersama-sama dirumah, pembiasaan sholat berjamaah di masjid atau di rumah, dan kegiatan-kegiatan ke_Islaman yang lain.

2) Mengenalkan dengan ulama dan tokoh-tokoh Islam; hal ini perlu dilakukan supaya anak termotivasi untuk bisa meniru tokoh tokoh muslim: seperti. KH. Abdurrahman Wahid, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim As’ari. Dan yang lainnya.

3) Mengenalkan nuansa sekolah-sekolah yang berda di bawah naungan pendidikan Islam; Seperti Madrasah, Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al-Qur’an.

4) Menyediakan bacaan-bacaan yang mendukung tentang pendidikan Islam; sebab ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Dari pepatah ini maka media bacaan sangat berpengaruh terhadap motivasi anak untuk sekolah dipendidikan Islam.

5) Memberikan dukungan, penghargaan, dan perhatian ketika anak berproses dalam pendidikan Islam; seperti menguatkan hatinya ketika ia di ejek oleh temannya yang sekolah di sekolah umum, memberikan perhatian seperti memberikan hadiah ketika anak mengalami prestasi dan memberikan hadiah berupa menyiapkan kebutuhan ketika anak mengalami penurunan prestasi di sekolah pendidikan Islam. Serta memberikan perhatian ketika anak mengalami kebingungan, merasa kesulitan belajar di sekolah pendidikan Islam.

6) Mengawasi pergaulan anak; dalam hal ini peran orang tua bukan mengendalikan anak harus bergaul dengan kelompok tertentu, tidak begitu namun anak diberikan kesempatan untuk bergaul dengan siapapun selama tidak melanggar aturan agama, dan bangsa. Tapi pergaulan itu dikontrol maksudnya orang tua selalu menanyakan dan mengawasi pergaulan anak.

Wawancara tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan, bahwasanya dalam pemberian pemberian motivasi pada anak untuk menempuh pendidikan Islam maka peran orang tua sebagai berikut: memberikan pengalaman-pengalaman yang Islami,

80 IBS, Selaku Tokoh Agama di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 11 Oktober 2020.

mengenalkan anak pada alim ulama dan tokoh agama, mengenalkan sekolah sekolah agama Islam, menyediakan bacaan-bacaan yang mendukung tentang pendidikan Agama Islam, Memberikan dukungan, penghargaan, dan perhatian ketika anak berproses dalam pendidikan Islam, dan mengawasi pergaulan Anak.81 Diharapkan dari peran orang tua tersebut anak semakin termotivasi untuk dapat melanjutkan sekolah di sekolah Islami atau pondok pesantren.

Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Guru TPA setempat, beliau menyatakan “kami selalu meminta kepada orang tua untuk memperkenalkan sekolah madrasah dan pondok pesantren serta mengajak anak-anak untuk dekat dengan ulama dan berkunjung di pondok pesantren pada saat acara pengajian atau kunjungan silaturahmi82

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa pengalaman-pengalaman kegiatan ke-Islaman dapat memberikan pengaruh serta motivasi anak untuk menuntut Ilmu di lembaga pendidikan Islam, seperti TPA, Pondok Pesantren, dan Madrasah-madrasah.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi pada Anak untuk Menempuh Pendidikan Islam.

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, maka dapat diperoleh, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi anak untuk menempuh pendidikan Islam. Antara lain sebagai berikut:

1) Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.

81 Hasil Observasi di Desa Batangharjo, Pada Tanggal, 13 Oktober 2020.

82 SJD, selaku guru TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 07 Oktober 2020.

2) Penghargaan orang tua terhadap hasil belajar anak. 3) Penerimaan orang tua terhadap proses belajar anak. 4) Kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama anak.

5) Pengalaman-pengalaman keagamaan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.

g. Kendala yang di hadapi Orang Tua dalam Pemberian Motivasi pada Anak untuk Menempuh Pendidikan Islam.

Berdasarkan hasil observasi yang dihimpun oleh peneliti di lapangan, beberapa kendala yang dihadapi orang tua dalam pemberian motivasi pada anak untuk menempuh pendidikan Islam,83 adalah:

1) Anak terlalu asik bermain.

Keadaan ini seperti yang diceritakan oleh Bapak. Yuono, beliau menuturkan: “anak saya jika sudah asyik bermain, bermain apa saja, seperti main game dengan HP, atau main mobil-mobilan, dll. Sudah sangat sulit untuk diberitahu bahwa sudah jam 4 sore waktunya mengaji, sehingga terkadang harus ada trik-trik khusus untuk merayu supaya mau bergegas berangkat mengaji, seperti misal: “nak berangkat ngaji yuk, nanti pulangnya beli es krim. Saya berfikir, yang penting untuk sementara anak termotivasi untuk berangkat mengaji.84

Di era tekhnologi sekarang ini, memang HP yang isinya beragam permainan dapat memanjakan anak, sehingga tidak dapat dipungkiri apabila kegiatan belajar mengajar (mengaji) yang umumnya terkesan menjenuhkan dan membuat bosan, maka wajar apabila anak-anak yang sudah terlanjur kecanduan HP, akan sangat sulit untuk diarahkan supaya mau berangkat mengaji, hal

83 Hasil Observasi di Desa Batangharjo, pada Tanggal, 06 Oktober 2020.

84 YNO(suami ibu Roikatul Janah) wali santri TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 10 Oktober 2020.

ini mengakibatkan perlunya kerja ekstra semua pihak untuk menampilkan pembelajaran yang menyenangkan.

2) Anak memiliki kemampuan yang rendah dalam belajar.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Sujud, Guru TPA setempat, beliau menuturkan bahwa: “ada beberapa anak yang apabila tingkat kemampuan dalam belajar rendah, seperti tidak segera hafal surat-surat pendek, kemudian menjadi bahan buliyan (tertawaan) kawan yang lain, ini mengakibatkan anak yang bersangkutan tidak mau berangkat lagi.85

Peran ekstra orang tua dan guru dalam menangani anak-anak yang memiliki kemampuan belajar rendah, melalui pendekatan-pendekatan individual untuk memabangun rasa percaya diri serta meningkatkan kemampuan untuk mau dan bersedia belajar terus menerus adalah langkah yang tepat untuk memberikan motivasi pada anak dengan kondisi seperti itu.

3) Anak sudah merasa bisa dalam belajar

Kasus ini disampaikan oleh Ibu Supartini. Beliau menceritakan anaknya yang memang sudah sejak kecil diberikan pengalaman-pengalaman keagamaan, seperti mengaji Iqro’, Sholat, dan hafalan surat-surat pendek. Karena memang Suami beliau lulusan pondok pesantren dan selaku tokoh agama desa setempat. Namun uniknya anak tersebut males berangkat ke TPA, menurut penuturan beliau, alasan anaknya pelajarannya sudah pernah semua. 86

85 SJD, Guru TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 07 Oktober 2020.

86 SPRT(istri Bapak Ibnu Sohib),selaku wali santri di TPA Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 14 Oktober 2020.

Perlunya adanya inovasi dalam belajar dan penyampaian pembelajaran supaya anak memiliki kemampuan untuk terus belajar tanpa rasa bosan dan jenuh. Disinilah orang tua berperan untuk menyampaikan keinginan-keinganan anak kepada guru TPA supaya kegiatan belajar mengajar menjadi efektif, kondusif dan menyenangkan.

4) Anak minder dengan teman sebaya.

Hal ini diceritakan oleh pak Yasin Bisri, beliau menuturkan bahwa, anaknya semenjak lulus SD sudah tidak mau lagi berangkat ngaji di TPA, hal ini dikarenakan menurut penuturan anaknya, Dia beranggapan bahwa dia merasa malu sebab, kawan-kawan se-umuran dia sudah tidak ada lagi yang mengaji di TPA. 87

Perlu adanya pemisahan kelas berdasarkan umur serta pembedaan pembelajaran supaya anak dengan umur-umur tertentu masih memiliki motivasi yang kuat untuk terus memperdalam ilmu pengetahuan agama-nya.

87 YSN, wali santri TPA di Desa Batangharjo, “Wawancara” Pada Tanggal, 14 Oktober 2020.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pemaparan data tersebut di atas, maka dapat di ambil point-point sebagai berikut:

Tabel. 4.10. Poin-poin hasil temuan penelitian. Macam-macam Peran Orang Tua Macam-macam Pembiasaan Faktor-faktor yang mempengaruhi Kendala yang dihadapi Menghantarkan ke TPA atau Pondok Pesantren. Memberikan pengalaman-pengalaman yang Islami Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Anak terlalu asik bermain. Orang Tua menunjukan rasa bangga dan bahagia ketika anak pulang dari TPA atau Pondok Pesantren.

Mengenalkan dengan ulama dan tokoh-tokoh Islam Penghargaan orang tua terhadap hasil belajar anak. Anak memiliki kemampuan yang rendah dalam belajar. Orang Tua menunjukan rasa senang ketika anak dapat menunjukan keberhasilan dalam belajar seperti kemampaun hafalan, praktek bacaan shalat, dan kemampuan membaca Al-Qur’an. Mengenalkan nuansa sekolah-sekolah yang berda di bawah naungan pendidikan Islam Penerimaan orang tua terhadap proses belajar anak. Anak sudah merasa bisa dalam belajar Orang tua memberikan Menyediakan bacaan-bacaan Kepedulian orang tua terhadap Anak minder dengan teman

nasihat, dan keteladanan yang baik terhadap Anak. yang mendukung tentang pendidikan Islam pendidikan agama anak. sebaya. Memberikan dukungan, penghargaan, dan perhatian ketika anak berproses dalam pendidikan Islam Pengalaman-pengalaman keagamaan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya. Mengawasi pergaulan anak; Rangkuman hasil temuan penelitian.

Berdasarkan hasil paparan data yang telah dirangkum di atas, maka peran orang tua dalam Pemberian Motivasi pada Anak untuk Menempuh Pendidikan Islam meliputi : Menghantarkan ke TPA atau Pondok Pesantren. Orang Tua menunjukan rasa bangga dan bahagia ketika anak pulang dari TPA atau Pondok Pesantren, Orang Tua menunjukan rasa senang ketika anak dapat menunjukan keberhasilan dalam belajar seperti kemampaun hafalan, praktek bacaan shalat, dan kemampuan membaca Al-Qur’an, dan Orang tua memberikan nasihat, dan keteladanan yang baik terhadap Anak.

Hal ini sesuai dengan Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terwujud dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila diuraikan maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan akidah,

melatih dan mengajarkan shalat, bersikap adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno,menempatkannya dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, serta mendidiknya bertetangga dan bermasyarakat yang baik lihat syaiful Bahri Djamarah.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka tanggung jawab orang tua adalah bergembira menyambut kelahirannya (kehadirannya) dalam hal ini orang tua bergembira dalam menyambut kepulangan anaknya dari lembaga pendidikan, melatih dan mengajarkan shalat, sebuah bentuk perilaku orang tua yang mengajak anak nya untuk melakukan ibadah, yang dalam hal ini ditunjukan dengan menghantarkan anak-anaknya ke TPA atau Pondok Pesantren. Memberikan hiburan, dalam hal ini menunjukan rasa bangga terhadap pencapaian anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan cara yang bijaksana sehingga dapat diterima dengan lapang dada oleh anak. Serta memastikan lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat, serta mendidik bertetangga. Hal ini terwujud dalam pembiasaan pembiasaan yang baik.

Adapun pembiasaan-pembiasaan yang baik itu adalah: Memberikan pengalaman-pengalam yang Islami, Mengenalkan dengan ulama dan tokoh-tokoh Islam, Mengenalkan nuansa sekolah-sekolah yang berda di bawah naungan pendidikan Islam, Menyediakan bacaan-bacaan yang mendukung tentang pendidikan Islam, Memberikan dukungan, penghargaan, dan

perhatian ketika anak berproses dalam pendidikan Islam, dan Mengawasi pergaulan anak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Imam Al-Ghozali yang dikutip oleh Azumarzi Azra. sebagaimana tertulis dalam Bab II, Faktor lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh. Karena itu, keluarga harus menjaga anak agar tidak bergaul dan masuk ke lingkungan yang tidak baik. Al-Ghazali menegaskan, “melatih anak-anak agar mempunyai karakter yang baik merupakan tanggung jawab orang tua.

Adapun faktor faktornya adalah Penghargaan orang tua terhadap hasil belajar anak, Penerimaan orang tua terhadap proses belajar anak, Kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama anak, dan Pengalaman-pengalaman keagamaan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.

Dari beberapa faktor tersebut di atas yang meliputi faktor instrinsik adalah Penghargaan orang tua terhadap hasil belajar anak, Penerimaan orang tua terhadap proses belajar anak, dan Kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama anak. Sedangkan untuk faktor ekstrinsik adalah Pengalaman-pengalaman keagamaan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh orang tua, meliputi: Anak terlalu asik bermain, anak memiliki kemampuan yang rendah, anak sudah merasa bisa dalam belajar, dan anak minder dengan teman sebaya.

Kendala-kendala tersebut seperti yang dijelaskan Ahmad Rifa'i: mengenai faktor-faktor yang menimbulkan motivasi: yaitu: sikap, kebutuhan, presepsi, afeksi (pengalaman emosional), kompetensi dan penguatan.

79 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Peran orang tua dalam Pemberian Motivasi pada Anak untuk Menempuh Pendidikan Islam meliputi : Menghantarkan anak ke lembaga pendidikan Islam. Orang Tua menunjukan rasa bangga dan bahagia ketika anak pulang dari belajar Agama, Orang Tua menunjukan rasa senang ketika anak dapat menunjukan keberhasilan dalam belajar. Dan Orang tua memberikan nasihat, dan keteladanan yang baik terhadap Anak serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang baik tentang nilai-nilai ajaran agama Islam.

Faktor faktornya adalah Penghargaan orang tua terhadap hasil belajar anak, Penerimaan orang tua terhadap proses belajar anak, Kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama anak, dan Pengalaman-pengalaman keagamaan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh orang tua, meliputi: Anak terlalu asik bermain, anak memiliki kemampuan yang rendah, anak sudah merasa bisa dalam belajar, dan anak minder dengan teman sebaya.

B. SARAN

Kepada Guru TPA dan orang tua hendaknya mengontrol dan mengawasi anak-anak saat bermain supaya tidak lupa waktu.

Peran ekstra orang tua dan guru dalam menangani anak-anak yang memiliki kemampuan belajar rendah, melalui pendekatan-pendekatan

individual untuk memabangun rasa percaya diri serta meningkatkan kemampuan untuk mau dan bersedia belajar.

Perlunya adanya inovasi dalam belajar dan penyampaian pembelajaran supaya anak memiliki kemauan untuk terus belajar tanpa rasa bosan dan jenuh.

Dokumen terkait