• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

SITUASI UPAYA KESEHATAN

B. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada masyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat diantaranya adalah posyandu yang berjumlah 218 dengan 126 posyandu PURI sudah terbentuk 68 taman posyandu dimana posyandu PURI ditambah layanan BKB dan PAUD.

1. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulanagan Diare. Untuk memantau perkembangan posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri.

Seperti yang terlihat pada diagram 1V.5 yang menyatakan bahwa Strata posyandu di Kota Probolinggo tahun 2015 terdiri dari posyandu pratama 3,67%, posyandu madya 38,53%, posyandu purnama 43,12 % dan posyandu mandiri 14,68%. Sedangkan pada diagram 1V.6 terlihat kondisi taman posyandu yang sudah optimal 26 taman posyandu 38,24% dan taman posyandu yang belum optimal 42 taman posyandu 61,76%.

Diagram IV.6 : Kondisi Taman Posyandu

2. Kelurahan Siaga

Kelurahan siaga adalah kelurahan yang mempunyai kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri. Salah satu syarat Kelurahan Siaga Aktif adalah adanya Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yang didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai sehingga siap mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat.

Diagram IV.7 : Tingkat Perkembangan Kelurahan Siaga

Poskeskel merupakan upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat yang melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat secara mandiri. Di Kota Probolinggo pada tahun 2015 telah terbentuk 29 Kelurahan Siaga Aktif tetapi masih di dominan oleh Aktif Pratama 17 Kelurahan (58,62%), 8 Kelurahan (27,59%) merupakan Kelurahan Siaga Aktif Madya dan sisanya 4 Kelurahan (6,9%) merupakan Kelurahan Siaga Aktif Purnama sehingga dalam hal ini perlu dilakukan penguatan Kelurahan Siaga Aktif melalui pembentukan pokjanal Kelurahan Siaga Aktif serta penggabungan 2 lembaga dengan Tim Kota Sehat.

4.3. Keadaan Lingkungan

Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran

meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat-tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri serta

meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai peserta jaminan

pemeliharaan kesehatan.

1. Rumah Sehat

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Jumlah rumah yang ada di Kota Probolinggo tahun 2015 sebanyak 61.206, rumah yang dibina kesehatannya sebanyak 3.537 dan capaian untuk rumah dibina memenuhi syarat sebanyak 1.813 atau 51,26%. (Tabel.58)

Dari rumah yang diperiksa tidak terdapat penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di pedesaan atau perkotaan. Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan dan

perbaikan lingkungan.

2. Akses Air Minum yang layak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990 air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak. Syarat syarat air bersih adalah tidak berasa, tidak berbau,tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air

Di Kota Probolinggo tahun 2015 jumlah penduduk yang memiliki akses air minum yang layak sebesar 82,09% dari target 70% atau ada 188.005 penduduk dari 229.013 jumlah penduduk. Untuk penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan tercapai 94,4% atau ada 17 sampel yang memenuhi syarat dari 18 penyelenggara air minum yang ada. (Tabel 59,60 )

3. Akses Sarana Sanitasi yang layak

Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh penduduk di Kota Probolinggo tahun 2015, berupa jamban sehat tercapai 74% atau ada 169.498 penduduk dari 229.013 jumlah penduduk yang ada. Jenis sarana jamban yang ada antara lain jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan jamban cemplung. (Tabel 61)

4. Desa STBM

Pelaksanaan pemicuan Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) bertujuan merubah perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggal dimana kegiatan ini sudah dilaksanakan mulai awal bulan Nopember 2011 di Kota Probolinggo.

Dari hasil pemicuan tersebut sudah terbangun sebanyak 215 jamban keluarga di 27 kelurahan dari 29 kelurahan yang ada. Dengan adanya program STBM tersebut akan merubah pola pikir masyarakat terhadap pentingnya sarana sanitasi dasar dan merubah pola pikir masyarakat khususnya pada masalah buang air besar yang semula membuang air besar di sungai saat ini sudah mulai mau berubah sikap dan berperilaku untuk membuang air besar pada jamban sehat.

Dan pada tahun 2015 Kota Probolinggo telah melakukan verifikasi pada tiga kelurahan yang mencapai ODF (Open Defecation

Pengenalan dan pelaksanaan STBM di Kota Probolinggo yang dimulai sejak awal bulan Nopember 2011 hingga akhir bulan Desember 2015, masyarakat telah membangun jamban secara swadaya sebanyak 373 unit yang tersebar di beberapa kelurahan di seluruh daerah di Kota Probolinggo. Dan pada tahun 2015 Dinas Kesehatan Kota Probolinggo telah melakukan verifikasi ODF pada beberapa kelurahan yang mencapai ODF .

5. Tempat Pengelolaan Makanan memenuhi syarat, dibina dan diuji petik

Pengawasan dan pembinaan sanitasi pada Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dilakukan secara berkala dengan menggunakan indikator penilaian yang sudah ditentukan berdasarkan peraturan yang ada. TPM yang dimaksud berupa rumah makan/ restoran, jasa boga, industri makanan dan pedagang kaki lima.

Tahun 2015, jumlah TPM (Jasa Boga, Rumah Makan/ Depot, DAM dan jajanan makanan yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 86,47%. (Tabel.64) Sedangkan industri Rumah Tangga yang mengajukan ijin P-IRT pada tahun 2015 sebanyak 42 orang.

0 50 100

GRAFIK PERSENTASE TTU/TPM MEMENUHI SYARAT TAHUN . 2011 - 2015

TTU 71,3 71,4 72,3 74,1 80,79

TPM 81,6 81,6 82,7 86,7 86,47

Pemerintah Kota Probolinggo juga telah menerapkan kebijakan dalam pengawasan dan pemeriksaan rumah makan dan restoran yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 59 Tahun 2004 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Bagi Rumah Makan dan Restoran (data terlampir). Selain itu telah dibentuk Tim Pengawasan dan Pembinaan Peredaran Makanan dan Minuman Olahan di Kota Probolinggo yang bertugas dalam mengawasi dan memberikan bimbingan serta penyuluhan kepada pelaku usaha/ produsen untuk meningkatkan mutu/ kualitas, produktifitas dan mentaati ketentuan standar/ persyaratan kesehatan serta tidak menyebabkan timbulnya bahaya kesehatan yang telah ditetapkan ke dalam Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 71 Tahun 2004.

Dan pada awal tahun 2015 juga telah terbentuk Tim Pemantau Peredaran Makanan dan Minuman Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H, Hari Raya Natal Tahun 2015 dan Tahun baru 2016 Kota Probolinggo Sesuai dengan Keputusan Walikota Nomor : 188.45/265/Kep/425.012/2015 untuk melaksanakan pemantauan dan pembinaan penjual makanan-minuman di Kota Probolinggo.

BAB V

Dokumen terkait