• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana dan Prasarana

Dalam dokumen Laporan Tahunan BAB I PENDAHULUAN (Halaman 37-45)

Laporan Tahunan 2018

PELAYANAN TEKNIS

A. Pemeliharaan dan Pemuliaan Ternak Sapi

3. Sarana dan Prasarana

2. Populasi Sapi

Bangsa sapi yang dikembangkan di BPTU–HPT Sembawa ada 6 (enam) Jenis bangsa yang telah ditetapkan kedalam Tugas dan Fungsi yaitu; bangsa Brahman, Peranakan Ongole (PO), Brahman Cross, Belgian Blue, Belgian Blue Brahman, dan Belgian Blue PO, namun ada juga beberapa ekor yang tidak termasuk atau nontusi. Adapun pembagian ternak sapi berdasarkan periode umur adalah : anak/ pedet (0 – 7) bulan, Muda (7 – 18) bulan dan dewasa lebih dari 18 bulan.

Populasi ternak sapi Akhir tahun 2018 sebanyak 1.087 ekor, dengan klasifikasi Pedet 97 ekor, Muda 144 ekor dan Dewasa 846 ekor. Secara terperinci sebagaimana pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi di BPTU Sembawa Tahun 2018

Berdasarkan tabel perkembangan populasi di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan populasi akhir ternak sapi di BPTU–HPT Sembawa pada Tahun 2018 dengan struktur populasi anak 8,92 %, muda 13,24 % dan dewasa 77,82 %.

3. Sarana dan Prasarana

Kegiatan pemeliharaan ternak sapi dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa :

a. Kandang sapi 23 unit kandang ; bunting, induk menyusui, kandang melahirkan, kandang pejantan, kandang umur 1 tahun (yearling), kandang sapihan (weaning), dan kandang kering (siap kawin)/bunting muda.

b. Peralatan petugas c. Peralatan kandang

d. Instalasi air (PAM, embung dan bor) e. Cattle yard (3 Unit)

4. Reproduksi

Kegiatan Reproduksi ternak sapi mengacu pada Prosedur Tetap yang meliputi pengamatan birahi, perkawinan ternak, pemeriksaan kebuntingan

Jtn Btn Jtn Btn Jtn Btn Jlh Jtn Btn Jlh Jtn Btn Induk Jlh Jtn Btn Jmlh Jtn Btn Jlh 1 Brahman 28 20 48 32 59 91 57 44 101 48 17 65 62 21 347 430 167 429 596 227 508 735 2 Brahman Cross 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 43 43 0 43 43 0 43 43 3 PO 19 16 35 19 34 53 20 21 41 16 9 25 7 9 124 140 43 163 206 81 213 294 4 Simbrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 5 BB 5 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 10 6 BBBrahman 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 7 BBPO 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 55 42 97 51 93 144 77 65 142 64 26 90 69 30 515 614 210 636 846 316 771 1087 Jumlah (>7-18 bln) Jlh (>18-24 Bln) (>24 - 36 Bln) (>36 Bln) No Breed Umum (0 - 7bln) Jlh Total Dewasa Populasi Populasi

Laporan Tahunan 2018 1

dan pemeriksaan alat reproduksi yang terdokumentasi dalam suatu sistem pencatatan (recording).

Untuk memperoleh hasil yang optimal, pengamatan birahi dilakukan 2 kali sehari, pada waktu pagi dan sore hari, namun sebagian besar birahi terjadi pada pagi hari. Pada tahun 2018 sistem perkawinan dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB) dan Transfer Embrio (TE).

a. Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “insemination gun”. Berikut data penggunaan straw pada tahun 2018 Seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah Pemakaian Straw Berdasar asal straw Tahun 2018

STRAW

NAMA Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1 KENROL FIRST STAR Brahman 80903 13 0 3 1 4 1 4 68 70 30 37 9 240

2 AFFIRM Brahman 14BR0040 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4

3 C.DUKE Brahman 40990 0 0 0 0 0 0 7 0 0 1 3 0 11

4 PALMAL ALI BARBAR Brahman 80900 0 0 0 0 0 0 0 4 0 5 7 32 48

5 RANGGA Ongole 20825 3 0 6 2 1 1 8 11 9 1 0 0 42

6 Tunggul Ongole 20222 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 3

7 ADDOM Ongole AP144-21254 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

8 ODECSONY Ongole 21254 0 0 0 0 0 0 4 4 17 24 19 16 84

9 MAGE Belgian Blue BE953641348 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5

10 CROCUS Belgian Blue BE557990863 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 30

11 HYBRIDE Belgian Blue BE157829349 0 0 0 0 28 4 0 0 0 0 0 0 32

12 HYPPOLITE Belgian Blue BE457841569 0 0 0 0 0 7 17 0 0 0 0 0 24

13 MACARON Belgian Blue BE957510236 0 0 0 0 5 0 25 0 0 0 0 0 30

14 ROSIER Belgian Blue BE750641095 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 25

15 SORCIER Belgian Blue BE651795393 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 25

16 SIRE Belgian Blue BE451780488 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 25

17 TRESOR Belgian Blue BE557545782 0 0 0 0 3 18 4 0 0 0 0 0 25

18 TOSCAN Belgian Blue BE011428846 0 0 0 0 0 1 23 0 0 0 0 0 24

19 VALEUREUX Belgian Blue BE555889650 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 25

20 1 9 7 146 32 118 88 98 61 66 57 703

NO BANGSA ID Aplikasi penggunaan straw (IB) per bulan tahun 2018

Jumlah

Jumlah

Tabel 3. Jumlah Akseptor Pelaksanaan IB Tahun 2018

b. Transfer Embrio (TE)

Pelaksanaan TE di BPTU-HPT Sembawa dimulai sejak bulan Januari 2018, kegiatan pelaksanaan Transfer Embrio pada tahun ini dikhususkan

NO Bangsa Aplikasi IB Akseptor

1 BRAHMAN 477 297

2 BRAHMAN

CROSS 47 24

3 PO 179 109

Laporan Tahunan 2018 1

untuk pengembangan sapi Belgian Blue. Aplikasi pelaksanaaan TE Belgian Blue dengan resipien bangsa sapi PO di BPTU-HPT Sembawa pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Aplikasi Transfer Embrio

No Bangsa

Jumlah

Aplikasi TE Resipien Positif Negatif

(Dosis) (Ekor)

1 Brahman 113 112 13 99

2 PO 27 27 5 22

Jumlah 140 139 18 121

c. Pemeriksaan Kebuntingan (PKb)

Pada Tahun 2018, dilakukan kegiatan Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) sebanyak 604 kali per ekor ternak (Sapi Hasil Inseminasi Buatan tahun 2017 dan 2018). Berdasarkan hasil pemeriksaan kebuntingan (PKb) terhadap 604 ekor maka diperoleh hasil 309 ekor sapi bunting, 295 ekor negatif dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 5. Pemeriksaan Kebuntingan Berdasarkan Bangsa Pada Tahun

2018

No Bangsa Hasil PKB Total

Positif Negatif PKb

1 Brahman 204 225 429

2 Brahman Cross 18 20 38

3 PO 87 50 137

Total 309 295 604

Untuk melihat penampilan reproduksi ternak betina dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu Service per Conception (S/C), Conseption rate (CR), dan jarak beranak atau Calving Interval (CI).

a. Service per Conception (S/C)

Service per Conception adalah jumlah pelayanan inseminasi (service)

yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan (konsepsi). S/C merupakan ukuran berapa kali seekor ternak sapi melakukan perkawinan hingga ternak tersebut bunting. Nilai S/C normal menurut Toelihere (1979) berkisar antara 1,6 – 2,0.

Pada tahun 2018 diperoleh nilai S/C untuk sapi Brahman sebesar 1,7 nilai ini termasuk normal, dari jumlah 517 dosis yang digunakan dengan akseptor sebanyak 305 ekor pada tahun 2018.

b. Conception Rate (CR)

Conception Rate (angka kebuntingan) adalah Persentase sapi betina

yang bunting pada Inseminasi Buatan (IB) pertama. Menurut Toelihere (1993), angka konsepsi ditentukan oleh 3 faktor, yaitu kesuburan pejantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi. Conseption rate

Laporan Tahunan 2018 1

untuk sapi – sapi di negara maju berkisar 60-70% namun untuk kondisi di Indonesia, Conseption rate 50% sudah termasuk normal.

Pada tahun 2018 diperoleh nilai CR sebesar 61,97 %. Hal ini menunjukkan bahwa angka CR dikategorikan baik dan ada peningkatan dari tahun 2017 sebesar 57,37%. Hal ini menunjukkan Rasio kebuntingan yang cukup besar terjadi dikarenakan hasil dari Inseminasi Buatan (IB) pertama.

c. Calving Interval (CI)

Calving Interval (jarak beranak) adalah periode waktu antara dua

kelahiran yang berurutan, atau dapat juga dihitung dengan menjumlahkan periode kebuntingan dengan periode days open (interval saat kelahiran dengan terjadinya perkawinan yang subur berikutnya). Menurut Toelihere (1979), interval kelahiran atau jangka waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya seharusnya 12 – 13 bulan. . Berdasarkan kelahiran tahun 2018 diperoleh nilai rata-rata calving

interval (jarak beranak) adalah 18 bulan.

Dari ketiga aspek tersebut diatas (S/C, CR, dan CI) menggambarkan efisiensi reproduksi ternak sapi di BPTU-HPT Sembawa. Belum optimalnya efisiensi reproduksi disebabkan beberapa faktor antara lain masih terdapat induk yang berumur relatif tua (12 tahun), belum optimalnya kualitas pakan konsentrat maupun hijauan sehingga dapat menyebabkan anestrus postpartum, hipofungsi ovaria dan kawin berulang. Disamping itu, sapi Brahman termasuk bangsa sapi yang slow

breeder dengan tingkat fertilitas yang lebih rendah dibandingkan sapi

Bos taurus.

Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem replacement induk serta dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas manajemen pemeliharaan, pakan, dan kesehatan hewan. d. Pemeriksaan Alat Reproduksi

Kegiatan pemeriksaan alat repoduksi ternak sapi dapat dilakukan terhadap ternak sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi dan juga dalam program Transfer Embrio (baik sebagai donor maupun resipien) untuk melihat Corpus Luteum dan servix. Apabila ditemukan ternak sapi yang mengalami gangguan reproduksi barsifat temporer dilakukan terapi hormonal, vitamin ADE, dan Iodium Povidone, sedangkan yang bersifat permanen di afkir melalui pengajuan pengeluaran ternak sapi.

5. Kelahiran

Jumlah kelahiran ternak sapi tahun 2018 sebanyak 174 ekor. Sementara itu, target kelahiran ternak sapi tahun 2018 sejumlah 311 ekor. Hal ini berarti pencapaian kelahiran ternak sapi belum optimal.

Laporan Tahunan 2018 1

Tabel 6. Kelahiran Tahun 2018

Berikut adalah diagram Kelahiran ternak per bulan pada Tahun 2018

Tabel Bulanan Kelahiran Ternak Sapi Tahun 2018

Jantan Betina Still Birth Abortus

Brahman 6 5 11 PO 3 1 4 Brahman 2 9 1 12 PO 3 3 Brahman 6 7 1 14 PO 1 1 Brahman 6 3 9 PO 2 2 Brahman 2 2 PO 4 6 10 Brahman 2 1 3 PO 2 6 8 Brahman 1 1 PO 5 1 6 Brahman 6 2 8 PO 6 3 9 Brahman 10 9 1 20 PO 3 4 7 Brahman 6 7 1 14 PO 3 2 5 BB 3 2 5 BBBrahman 2 2 BBPO 0 Brahman 1 1 PO 0 BB 2 3 5 BBBrahman 1 1 BBPO 1 1 Brahman 3 3 PO 1 1 BB 3 2 5 BBBrahman 1 1 BBPO 0 87 82 3 2 174 174 Jenis Kelamin Jmlh Tota l 1 Januari 15 No Bulan Bangsa 2 Pebruari 15 3 Maret 15 4 April 11 5 Mei 12 6 Juni 11 7 Juli 7 8 8 Agustus 17 9 September 27 12 Desember 10 Jumlah 169 10 Oktober 26 11 November

Laporan Tahunan 2018 1

Capaian yang kurang memuaskan ini, lebih dikarenakan penundaan perkawinan ternak pada awal tahun 2018 untuk mendukung pelaksanaan program pengembangan sapi Belgian Blue.

Menurut Hunter (1980), penampilan reproduksi dari sapi betina dapat dilihat dari birahi pertama, umur pertama kali dikawinkan, S/C, persentase kebuntingan dan jarak beranak. Birahi pertama setelah beranak hingga terjadi kebuntingan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam rangka peningkatan efisiensi reproduksi.

Secara teoritis perkawinan terhadap seekor induk harus dimulai dengan induk yang birahi. Staples dkk. (1990) menyatakan bahwa ovarium merupakan organ yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam pencapaian birahi setelah beranak, semakin cepat aktivitas ovarium dimulai setelah beranak maka semakin cepat pula birahi pada ternak terjadi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi birahi pertama setelah beranak adalah keadaan uterus. Setelah induk melahirkan anak dan mengeluarkan plasentanya, untuk masuk ke dalam siklus estrus secara normal, induk membutuhkan waktu yang cukup untuk involusi uterus (menyiapkan uterus kembali normal seperti semula) sehingga dapat memulai suatu siklus birahi normal dan kebuntingan baru.

Pada saat proses melahirkan dibutuhkan protein dan energi dalam proses pengeluaran fetus, sehingga induk kemungkinan kehilangan sejumlah besar cadangan protein dan energi. Selain itu selama proses kelahiran menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan atau sel-sel tubuh tertentu. Involusi uterus harus diperhatikan karena ukuran uterus saat bunting bukan hanya diisi oleh fetus tetapi juga oleh membran pembungkus dan placenta yang menyebabkan terjadinya peregangan yang kuat dari dinding dan lumen uterus, dan apabila involusi uterus belum terjadi maka menyebabkan tidak adanya pengkerutan dan modifikasi karunkula sehingga uterus tidak berfungsi secara efektif dalam pengangkutan dan penyimpanan spermatozoa bila perkawinan terjadi (Hunter, 1980).

Menurut Toelihere (1981), involusi uteri pada sapi berkisar antara 30 sampai 50 hari setelah beranak, dan atau 35 sampai 40 hari (Hunter, 1980).

Belum optimalnya penampilan reproduksi induk sapi kemungkinan dapat disebabkan oleh managemen pakan yang ada belum optimal, dimana pemberian pakan pada induk-induk menyusui belum memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi, sehingga dapat mengakibatkan

Negatif energy balance (NEB) yang biasanya terjadi pada awal laktasi. NEB

dapat dikarenakan energi yang diperoleh dari pakan tidak memenuhi kebutuhan ternak, sehingga ternak akan membongkar jaringan lemak tubuhnya secara besar-besaran pada awal laktasi (Siregar, 1994; Beever, 2006). Negatif energy balance (NEB) mengakibatkan penundaan aktivitas ovari dan berpengaruh mengurangi lonjakan LH yang sangat berperan untuk proses ovulasi, hal ini dikarenakan NEB menyebabkan folikel tumbuh abnormal dan tidak fertil sebagai akibat kadar insuline like growth factor (IGF) menurun, sehingga menyebabkan lebih sedikit folikel yang tumbuh. Keseimbangan energi negatif dapat menghambat pertumbuhan folikel dalam ovarium sehingga akan menghambat terjadinya birahi, sehingga

Laporan Tahunan 2018 1

menyebabkan terlambatnya kawin pertama setelah beranak (Lucy dkk., 1991; Winugroho dan Sabrani, 1994).

Waltner dkk. (1993), menyatakan bahwa kawin pertama setelah beranak mempunyai hubungan dengan body condition score (BCS) dan dapat dihubungkan dengan kondisi tubuh. Menurut Webster (1984), skor kondisi tubuh (BCS) berhubungan dengan berat badan, penurunan berat badan akan diiringi dengan penurunan kondisi tubuh. Dengan demikian tubuh sangat membutuhkan pakan yang cukup memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yang dapat diharapkan bagi pemenuhan kebutuhan dan pemulihan kembali kondisi tubuh induk. Godoy dkk., (1998) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara penampilan reproduksi setelah beranak dengan nutrisi. Keadaan ini berhubungan dengan kondisi tubuh saat beranak atau terkait dengan body condition score (BCS), sapi yang mampu mempertahankan kondisi tubuh setelah beranak akan kembali birahi lebih awal. Sapi betina yang mampu mempertahankan kondisi tubuh setelah beranak mengalami peningkatan fungsi pituitary dalam mensekresikan gonadotropin hormon (FSH dan LH) dan reproduksi.

Kualitas dan kuantitas pakan yang baik menyumbangkan 95 persen peranannya terhadap pencapaian berat, kondisi dan ukuran tubuh ternak yang memungkinkan terjadinya perkembangan anatomis dan fisiologis organ-organ reproduksi sehingga dapat dicapai performa reproduksi yang baik (Lasley, 1981). Pemberian pakan yang baik dan managemen yang efisien diperlukan untuk menjamin suatu proses reproduksi yang normal dan baik (Toelihere, 1985).

6. Uji Performance

Uji performance adalah suatu metode untuk menduga kemampuan genetik ternak berdasarkan penampilan individu. Uji ini dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan, panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi pada umur 0 hari ,105 hari, 205 hari (sapih), dan 365 hari (setahunan).

Seleksi berdasarkan pada berat badan harian dilaksanakan untuk memilih 10% pejantan terbaik dan 50% betina terbaik pada umur sapih (105 hari) untuk dilakukan uji performance. Selanjutnya 50% dari yang terpilih diseleksi pada umur 365 hari untuk dipergunakan sebagai replacement, sedangkan sisanya dikeluarkan untuk dikembangkan pada masyarakat.

Untuk menentukan kriteria bibit adalah sebagai berikut : rata-rata berat badan + › (2 x standar deviasi) dinyatakan sebagai bibit kelas A, rata-rata berat badan + (1 x standar deviasi) dinyatakan sebagai bibit kelas B, rata-rata berat badan + (› 2 x standar deviasi) dinyatakan sebagai bibit kelas C, sedangkan yang beratnya dibawah rata-rata dijual sebagai ternak afkir.

a. Umur 0 Hari

Berat Badan rata-rata kelahiran sapi tahun 2018 untuk sapi Brahman yaitu 35.1  4.75 Kg, dimana 35.5  5.12 Kg pada jantan dan 34.7  4.36 Kg untuk betina. Berbeda dengan sapi PO rata-rata berat lahir yaitu sebesar 31.89  3.91 Kg, dimana 32.89  4.03 Kg pada jantan dan 30.93  3.60 Kg untuk betina. Dalam uji performance, berat 0 hari tidak dapat dijadikan

Laporan Tahunan 2018 1

kriteria untuk melaksanakan seleksi, tetapi dapat dijadikan tolak ukur manajemen pemeliharaan selama kebuntingan, terutama 1/3 akhir kebuntingan. Secara lengkap rata-rata berat lahir pedet sapi tahun 2018 dapat dilihat pada table 7 dan 8. dibawah.

b. Umur 105 Hari (sapih)

Rata-rata Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) sapih Brahman kelahiran tahun 2018 adalah sebesar 0,50 ± 0,17 Kg/hari, untuk umur 105 berdasarkan jenis kelamin yaitu jantan 0,52 ± 0,18 Kg/Hari dan betina 0,47 ± 0,15 Kg/Hari. Rata-rata PBBH sapih PO umur 105 hari yaitu sebesar 0,51 ± 0,16 Kg/hari, dimana PBBH pada sapih jantan 0,50 ± 0,19 Kg/Hari dan untuk betina 0,54 ± 0,12 Kg/Hari. PBBH sapih dipergunakan untuk menyeleksi pedet berdasarkan kemampuan induk dalam membesarkan anak (produksi susu). Secara lengkap PBBH dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 dibawah.

c. Umur 205 Hari (sapih)

Rata-rata Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) sapih Brahman kelahiran tahun 2018 adalah sebesar 0,40 ± 0,11 Kg/hari, untuk umur 205 berdasarkan jenis kelamin yaitu jantan 0,40 ± 0,11 Kg/Hari dan betina 0,39 ± 0,11 Kg/Hari. Rata-rata PBBH sapih PO umur 205 hari yaitu sebesar 0,38 ± 0,10 Kg/hari, dimana PBBH pada sapih jantan 0,39 ± 0,11 Kg/Hari dan untuk betina 0,37 ± 0,10 Kg/Hari.

PBBH sapih dipergunakan untuk menyeleksi pedet berdasarkan kemampuan induk dalam membesarkan anak (produksi susu). Secara lengkap PBBH dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 dibawah.

d. Umur 365 Hari (setahunan)

Rata-rata Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) setahunan untuk Brahman kelahiran tahun 2018 adalah 0.34 ± 0.09 Kg/Hari, dimana rata-rata PBBH ternak jantan adalah 0.35 ± 0.09 Kg/Hari dan sapi betina 0.32 ± 0.08 Kg/Hari. Rata-rata PBBH umur setahun sapi PO tahun 2018 yaitu sebesar 0,35 ± 0,07 Kg/Hari dengan rata-rata PBBH sapi jantan adalah 0,36 ± 0,08 Kg/Hari dan ternak betina sebesar 0,33 ± 0,06 Kg/Hari. Secara lengkap PBBH dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 dibawah.

Tabel 7. Performance Rata-Rata Sapi Brahman Kelahiran Tahun 2018 di

BPTU-HPT Sembawa

No Umur Sex BB PB TG LD TP ADG

All 35.1 ± 4.75 63 ± 4.6 73.4 ± 3.97 71 ± 4.6 78 ± 4.1 -Jtn 35.5 ± 5.12 63 ± 4.6 73.7 ± 3.91 71 ± 4.8 78 ± 4.6 -Btn 34.7 ± 4.36 63 ± 4.6 73.1 ± 4.05 71 ± 4.5 77 ± 3.5 -All 84.54 ± 19.84 86.96 ± 7.06 91.73 ± 6.70 105.56 ± 9.10 98.68 ± 8.90 0.50 ± 0.17 Jtn 87.13 ± 21.61 87.75 ± 6.96 91.43 ± 6.71 105.16 ± 8.25 98.61 ± 8.78 0.52 ± 0.18 Btn 81.18 ± 17.01 85.94 ± 7.16 92.12 ± 6.76 106.09 ± 10.19 98.76 ± 9.19 0.47 ± 0.15 All 114.01 ± 23.55 92.24 ± 6.70 96.57 ± 5.87 111.04 ± 10.6 104.32 ± 8.16 0.40 ± 0.11 Jtn 114.92 ± 23.98 91.74 ± 6.99 96.31 ± 6.10 110.87 ± 8.63 103.18 ± 7.45 0.40 ± 0.11 Btn 113.22 ± 23.41 92.67 ± 6.49 96.80 ± 5.72 111.18 ± 11.25 105.31 ± 8.69 0.39 ± 0.11 All 154.90 ± 34.09 100.64 ± 7.97 102.81 ± 7.20 122.79 ± 10.26 109.37 ± 8.08 0.34 ± 0.09 Jtn 159.9 ± 34.82 101.04 ± 8.75 104.50 ± 7.66 124.13 ± 9.74 111.11 ± 8.52 0.35 ± 0.09 Btn 148.86 ± 32.45 100.17 ± 6.97 100.80 ± 6.86 121.20 ± 10.70 107.31 ± 7.05 0.32 ± 0.08 4 365 Hari 1 0 Hari 2 105 Hari 3 205 Hari

Laporan Tahunan 2018 1

Tabel 8. Performance Rata-Rata Sapi PO Kelahiran Tahun 2018

di BPTU-HPT Sembawa

B. Pemeliharaan, Produksi dan Pemuliaan Ternak Ayam

Dalam dokumen Laporan Tahunan BAB I PENDAHULUAN (Halaman 37-45)

Dokumen terkait