• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian

B. Hasil Penelitian

6. Sarana Tempat Sampah a. Kepemilikan Tempat Sampah

Berdasarkan hasil penelitian menurut kepemilikan tempat sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 18

Distribusi Rumah MenurutKepemilikan Tempat Sampah Dusun Bo’dia Kec. Galesong Kab. Takalar Tahun 2011

Tempat Sampah N %

Ada 29 18,1

Tidak Ada 131 81,9

Total 160 100

Sumber : Data Primer 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa rumah yang tidak memiliki tempat sampah lebih banyak (81,9%) dibandingkan yang memiliki tempat sampah.

Berdasarkan hasil penelitian menurut bentuk tempat sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 19

Distribusi Rumah MenurutJenis Tempat Sampah Dusun Bo’dia Kec. Galesong Kab. Takalar Tahun 2011

Jenis Tempat Sampah n %

Keranjang 1 3,4

Bak atau tong 10 34,5

Ember Plastik 18 62,1

Total 29 100

Sumber : Data Primer 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa rumah yang memiliki bentuk tempat sampah tertinggi (62,1%) dengan bentuk tempat sampah yaitu ember plastik.

c. Penutup Tempat Sampah

Berdasarkan hasil penelitian menurut penutup tempat sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 20

Distribusi Rumah MenurutPenutup Tempat Sampah Dusun Bo’dia Kec. Galesong Kab. Takalar Tahun 2011

Penutup Tempat Sampah N %

Ada 2 6,9

Tidak Ada 27 93,1

Total 29 100

Sumber : Data Primer 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih banyak yang tidak memiliki penutup tempat sampah (93,1%) dibandingkanyang memiliki penutup tempat sampah.

Berdasarkan hasil penelitian menurut tempat pembuangan sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 21

Distribusi RumahMenurutCara Pengolahan Sampah Bagi yang Tidak Memiliki Tempat SampahDusun Bo’dia Kec. Galesong

Kab. Takalar Tahun 2011

Cara Pengolahan Sampah N %

Dilaut 118 90,1

Dibakar 6 4,6

Dihalaman 7 5,3

Total 131 100

Sumber : Data Primer 2011

Tabel di atas menunjukan bahwa cara pengolahan sampah bagi yang tidak memiliki tempat sampah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia yang tertinggi adalah di buang ke laut (90,1%).

e. Kondisi Tempat Sampah

Berdasarkan hasil penelitian menurut sarana tempat sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 22

Dusun Bo’dia Kec. Galesong Kab. Takalar Tahun 2011

Kondisi Tempat Sampah n %

Memenuhi Syarat 2 6,9

Tidak Memenuhi Syarat 27 93,1

Total 29 100

Sumber : Data Primer 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa rumah yang memiliki sarana tempat sampah yang tidak memenuhi syarat lebih banyak (93,1%) dibandingkan rumah yang memiliki sarana tempat sampah yang memenuhi syarat.

C. Pembahasan

1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor fisik lingkungan manusia yang mungkin menimbulkan hal–hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang mempelajari tentang semua aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan yang baik disini dapat dilihat dengan memperhatikan beberapa faktor seperti perumahan sehat, penyediaan air bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, dan sarana tempat sampah.

Prinsip dasar dalam Islam yang harus selalu dipegang, yaitu Allah sangat menyukai orang-orang yang bersih. Kebersihan merupakan suatu

sistem yang kokoh yang dijadikan sebagai akidah bagi seorang muslim, sehingga dapat terhindar dari suatu penyakit.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia memiliki sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dibandingkan yang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan. Masyarakat pesisir Pantai Bo’dia yang mayoritas tidak berpendidikan tidak mengetahui akan pentingnya lingkungan yang bersih. Pengetahuan masyarakat tentang sanitasi lingkungan yang kurang membuat ketidaktahuan masyarakat tentang akibat-akibat dan penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkanoleh sanitasi yang tidak memenuhi syarat.

Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, kolera, dan tifus. Selain itu, lingkungan yang tidak terjaga merupakan tempat berkembangnya vektor – vektor penyakit.

Mayoritas masyarakat pesisir Pantai Bo’dia bekerja sebagai nelayan. Kondisi sosial ekonomi yang kurang menyebabkan masyarakat tidak menerapkan hidup sehat dan bersih. Kebiasaan membuang sampah ke laut membuat lingkungan sekitar tercemar.

Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 Tahun 1992).

Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, dan soaial yang baik sempurna serta bukan selalu tidak berpenyakit atau cacat.Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan papan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif.Seorang tuna wisma atau gelandangan walaupun badannya kelihatan sehat tetapi terlunta-lunta di jalanan dan tidak memiliki perumahan yang baik adalah tidak sehat (Kus Irianto dan Kusno Waluyo, 2004).

Indikator rumah yang sehat yaitu adanya kamarisasi, ventilasi yang cukup (10% dari luas lantai), dan lantai yang kedap air serta tidak lembab.

Dari hasil penelitian diperoleh data sebagian besar luas kamar pada setiap rumah yang ada di Dusun Bo’dia adalah 9 m2, namun dari segi jumlah penghuni rumah tidak sesuai dengan syarat kesehatan karena setiap kamar rata-rata dihuni 2 orang atau lebih sehingga tidak memenuhi syarat. Selain itu, ada sekitar 51 rumah dari 160 rumah yang diteliti tidak memiliki kamar.

Dinding bangunan rumah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia juga memenuhi syarat kesehatan karena sebagian besar dinding bangunan masyarakat terbuat dari tembok, kayu, dan tripleks.Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) dinding tembok adalah baik, namun disamping

mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup.Dinding rumah di daerah tropis lebih baik dinding atau papan.Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

Sebagian besar jenis bangunan yang dimiliki masyarakat pesisir Pantai Bo’dia di Dusun Bo’diaadalah rumah panggung denganluas rumah rata-rata masyarakat pesisir Pantai Bo’dia adalah antara 10-20 m2.Berdasarkan standar kesehatan telah ditetapkan bahwa setiap ruang membutuhkan luas ruangan minimal 8 m2 untuk setiap orang dewasa (SK Menkes No. 829 Tahun 1999).

Dari segi jenis lantai, secara umum lantai rumah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia telah memenuhi syarat kesehatan karena sebagian besar lantai rumah diplester dan papan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekidjo Notoatmodjo(2007) yang mengatakan bahwa syarat yang penting dari lantai rumah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan.

Dari data yang diperoleh bahwa semua rumah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia di Dusun Bo’dia memiliki jendela, namun dari segi ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatan karena masyarakat pesisir Pantai Bo’dia memiliki ventilasi dengan luas < 10% dari luas lantai sedangkan menurut SK Menkes No. 829/Menkes/SK/VII/99 tentang persyaratan kesehatan

perumahan, ventilasi yang memenuhi syarat adalah 10% dari luas lantai ruangan sehingga tidak memenuhi syarat kesehatan.

Dari hasil penelitian mengenai perumahan sehat diperoleh data bahwa masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia memiliki perumahan sehat yang tidak memenuhi syarat (59,4%) sedangkan yang memenuhi syarat (40,6%).

3. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia baik untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya.Air adalah kebutuhan mutlak bagi manusia karena air adalah zat pembentuk tubuh manusia yang mencapai 75% dari bagian tubuh manuusia tanpa jaringan lemak.Dengan memperhatikan kualitas maupun kuantitas yang cukup sesuai dengan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, penyakit yang berbasis lingkungan berkaitan langsung dengan air minum sebagai kebutuhan vital manusia.

Menurut Anwar Daud (2005), syarat-syarat fasilitas sarana air bersih seperti sumur harus mempunyai jarak minimal 10 meter untuk tanah berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat, dan untuk bebatuan (batu cadas) minimal 7,5 meter dari sumber pencemar terutama septic tank. Selain jarak, sumur juga harus memiliki bibir dengan ketinggian minimal 70 cm dari permukaan tanah, lantai dengan ukuran minimal 150 cm x 150 cm, dan harus mempunyai saluran pembuangan air sepanjang minimal 10 meter.

Dari data penelitian diperoleh bahwa semua masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia menggunakan air dari PAM. Adapun kondisi fisik air yang digunakan jernih, tidak berasa, dan tidak berbau.Masyarakat pesisir Pantai Bo’dia sebagian besar memiliki tempat penampungan air dengan keadaan tempat penampungan air tidak berlumut. Karena apabila tempat penampungan air berlumut akan membuat air menjadi tidak bersih dan vektor-vektor penyakit akan berkembang biak dan masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan penyakit.

Air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sehingga peranan air dalam kesehatan telah dikemukakan dalam Al-Qur’an. Manusia diperintahkan agar memanfaatkan air bersih dan menekankan kebersihan dengan memanfaatkan air yang mengalir untuk kesehatan. Allah swt.berfirman dalam Q.S.Al-Jin(72):16.

È

θ©9&ρ#θßϑ≈)Fó™#’?ãÏπ)ƒÌ©Ü9#Νßγ≈Ψø‹)ó™{¹$¨Β$]%‰î∩⊇∉∪

Terjemahnya :

“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).”( Q.S.Al-Jin(72):16).

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diwajibkan untuk minum dengan air yang segar dalam hal ini yang bersih, tidak tercemar oleh bibit penyakit sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.

Jamban keluarga merupakan tempat pembuangan kotoran manusia atau tinja yang diperuntukkan bagi setiap anggota keluarga dengan konstruksi yang memenuhi syarat kesehatan agar terwujudnya peningkatan kesehatan baik individu, keluarga, maupun masyarakat.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia tidak memiliki jamban (70,6%). Dari semua rumah yang memiliki jamban maka semua menggunakan tipe leher angsa dengan rumah kakus dan dalam keadaan yang bersih.Namun dilihat dari jarak septik tank dengan sumber air bersih maka sebagian besar masyarakat tidak memiliki jarak jamban > 10 m dengan sumber air bersih sehingga dikategorikan tidak memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Anwar Daud (2005), syarat-syarat fasilitas sarana air bersih seperti sumur harus mempunyai jarak minimal 10 meter untuk tanah berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat, dan untuk bebatuan (batu cadas) minimal 7,5 meter dari sumber pencemar terutama septic tank.

Banyak jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit dan tercemarnya sumber air bersih masyarakat sekitar.Selain itu, ancaman terganggunya estetika lingkungan serta bau yang ditimbulkan kotoran yang dibuang pada jamban yang tidak memiliki penutup terlebih dengan yang membuang tinja di sembarang tempat.

Selain itu diperoleh data bahwa rumah yang tidak memiliki jamban memiliki kebiasaan membuang tinja di laut.Hal ini disebabkan karena ketidak mampuan masyarakat untuk membangun jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Faktor biaya merupakan salah satu alasan utama masyarakat pesisir Pantai Bo’dia tidak membangun jamban keluagra yang memenuhi syarat. Selain itu, keadaan geografis yang tidak mendukung untuk membangun infrastruktur septik tank yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai jamban keluarga diperoleh data bahwa masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat sekitar 63,8% dibandingkan yang memenuhi syarat 36,8%.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabriani (Unhas,2005) tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Pola Penyakit Berbasis Lingkungan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Pandang Baru bahwa faktor ekonomi dan pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat khususnya berkaitan dengan penggunaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu, jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dapat menurunkan angka kejadian diare.

5. Saluran Pembuangan Air Limbah

Pembuangan air limbah perlu mendapat perhatian khusus sehingga air limbah yang dihasilkan tidak menimbulkan dampak negatif.Air limbah

merupakan air kotor yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia.Air limbah yang dimaksud adalah air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci dan lain-lain yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen sehingga dapat dapat menyebabkan penularan penyakit.

Menurut Anwar Daud (2005), sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan bau, tidak menimbulkan genangan, dan tidak menimbulkan tempat berlindung serta tempat berkembangbiaknya nyamuk atau serangga lainnya yang memungkinkan dapat menularkan bibit penyakit.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar rumah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia yang memiliki saluran pembuangan air limbah (33,1%), sedangkan rumah yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah 66,9%. Masyarakat yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah membuang air bekas rumah tangga ke sekitar rumah. Hal ini menimbulkan terjadinya genangan air di sekitar rumah. Genangan air tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran tanah dan pencemaran sumber air bersih. Selain itu, genangan air tersebut dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dari air limbah serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit.

Masyarakat yang memiliki saluran air limbah di rumahnya memiliki aliran yang tidak lancar karena banyaknya tumpukan sampah

disekitar saluran pembuangan air limbahnya. Selain itu, saluran air limbahnya juga tergenang karena saluran air limbah yangterlalu pendek. Jenis bangunan rumah juga mempengaruhi masalah ini karena pada umumnya masyarakat memiliki jenis bangunan rumah panggung yang tidak memiliki saluran air limbah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin (UIT, 2006) tentang Gambaran Kesehatan Lingkungan Masyarakat di Kelurahan Barombong Makassar bahwa masyarakat yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah adalah sebagian besar yang menempati rumah panggung.

Hasil penelitian mengenai saluran pembuangan air limbah diperoleh data bahwa masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia lebih banyak yang memiliki saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat 82,5% dibandingkan yang memenuhi syarat 17,5%. 6. Sarana Tempat Sampah

Sarana tempat sampah adalah suatu tempat yang ada dirumah tangga sebelum dipindahkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pembuangan sementara atau akhir.

Sejalan dengan penelitian di atas Madelan (1995) menyatakan bahwa pewadahan yang baik seharusnya mempunyai penutup, ringan dan tahan lama.Wadah sampah sebaiknya ada penutup agar tidak menimbulkan bau.Pewadahan limbah padat sangat penting, sebab limbah padat tersebut timbul pada area dengan suatu ruang pewadahan yang sangat terbatas,

akibatnya limbah padat tersebut dapat menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan masyarakat dan estetika.

Menurut penelitian Afdal dalam Sihidi, 2003 menyatakan pewadahan yang buruk atau tidak memenuhi syarat memberikan konstribusi dalam penyebaran berbagai vektor penyakit seperti lalat, kecoa dan tikus. Pewadahan yang buruk akan menjadi masalah yaitu sampah. tersebut akan menimbulkan bau yang mengganggu.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat pesisir Pantai Bo’dia di Dusun Bo’dia tidak memiliki sarana tempat sampah dan sebagian kecil memiliki tempat sampah.Masyarakat yang tidak memiliki tempat sampah membuang sampah ke laut.Tempat sampah yang dimiliki oleh masyarakat pesisi Pantai Bo’dia sebagian besar tidak memiliki penutup tempat sampah sehingga mudah untuk menarik serangga maupun binatang-binatang lainnya yang bisa menularkan penyakit.Berdasarkan hasil penelitian terhadap rumah masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia menunjukkan bahwa rumah yang memiliki sarana tempat sampah yang tidak memenuhi syarat (16,9%) dan yang memenuhi syarat (83,1%).

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran sanitasi lingkungan masyarakat pesisir Pantai Bo’dia Dusun Bo’dia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar Tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat lebih banyak(83,8%)dibandingkan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat. 2. Perumahan sehat yang tidak memenuhi syarat lebih banyak(59,4%)

dibandingkan perumahan sehat yang memenuhi syarat.

3. Semua masyarakat pesisir Pantai Bo’dia menggunakan air dari PAM. 4. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat lebih banyak(78,7%)

dibandingkanjamban keluarga yang memenuhi syarat.

5. Saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat lebih banyak(56,6%) dibandingkan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat.

6. Sarana tempat sampah yang tidak memenuhi syaratlebih banyak(93,1%) dibandingkan sarana tempat sampah yang memenuhi syarat.

B. Saran

1. Masyarakat hendaknya senantiasa menjaga kebersihan lingkungan rumahnya dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta lingkungan rumah yang sehat dan bersih.

2. Masyarakat hendaknya memantau dan memelihara kondisi sanitasi lingkungannya khususnya perumahan sehat, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, dan sarana tempat sampah di daerah pesisir.

3. Masyarakat sekitar hendaknya membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak ada lagi sampah yang berserakan di sekitar rumahnya.

4. Perlunya menanamkan pengertian kepada masyarakat bahwa membangun jamban sederhana dan memenuhi syarat kesehatan tidak mesti memerlukan biaya yang mahal.

5. Perlunya peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan kesehatan tentang sanitasi lingkungandi daerah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen terkait