• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA, TUJUAN, DAN SASARAN JIHAD

B. Sasaran Jihad

Ar-Rāgib al-A☺fah☼nī (w. 502 H/1108 M; ahli bahasa Al-Qur╨an) mengemukakan bahwa kata al-jih☼d dalam Al-Qur╨an mempunyai tiga arti, yaitu: 1) berjuang melawan musuh nyata;

2) berjuang melawan setan; dan 3) berjuang melawan nafsu.33 Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H/1350 M) dalam Zādul-Ma‘☼d fī Hadyi

Khairil-‘Ibād. Bedanya, Ibnu Qayyim al-Jauziyah membagi poin pertama menjadi dua kategori, yaitu: 1) melawan orang-orang kafir; dan 2) melawan orang-orang munafik. Selanjutnya beliau menye-butkan bahwa jihad terdiri dari empat tingkatan, yaitu: 1) jihad terhadap nafsu; 2) jihad terhadap setan; 3) jihad terhadap orang-orang kafir; dan 4) jihad terhadap orang-orang-orang-orang munafik.34

Berdasarkan pendapat ar-Rāgib al-A☺fah☼nī dan Ibnu Qay-yim di atas, ditambah lagi dengan arti leksikal dari kata jihad, dapat disimpulkan bahwa jihad berarti menggunakan atau mengeluarkan segala potensi, daya, usaha, dan kekuatan secara sungguh-sungguh untuk melawan suatu objek yang tercela dalam rangka menegakkan agama Allah sub♥ānahū wa ta‘āl☼. Sedikitnya ada 7 sasaran jihad yang terbagi ke dalam dua bentuk. Pertama, jihad nonfisik, meliputi: (1) jihad terhadap hawa nafsu; dan (2) jihad terhadap setan. Kedua, jihad fisik, meliputi: (1) jihad mela-wan orang-orang kafir; (2) jihad melamela-wan orang-orang munafik;

(3) jihad melawan orang-orang murtad; (4) jihad melawan pem-berontak; dan (5) jihad melawan pengacau keamanan.

1. Jihad Nonfisik

a. Jihad melawan hawa nafsu

Nafsu dalam diri manusia harus dilawan agar manusia ti-dak terseret ke lembah dosa. Betapa banyak manusia telah terjerat dosa dan maksiat akibat terpengaruh oleh nafsunya. Allah berfir-man:

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 40

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya se-bagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pende ngaran dan hatinya, serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka, siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

(al-Jā♪iyah/45: 23)

Berdasarkan riwayat dari Muq☼til, ayat ini turun ber kenaan dengan percakapan Ab‼ Jahal dengan W☼lid bin al-Mug◄rah.

Suatu malam, mereka berdua tawaf di Baitullah sambil mem-perbincangkan Rasulullah. “Demi Allah, sungguh aku tahu bahwa Muhammad adalah orang yang benar,” kata Ab‼ Jahal.

Al-Walid menimpali, “Aku tidak peduli. Lalu, apa alasanmu ber-kata seperti itu?” Ab‼ Jahal menjawab, “Sahabatku, kita telah menamai nya al-Am◄n: orang yang jujur dan tepercaya di masa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa dan sempurna akalnya, kita menuduh nya sebagai pendusta dan pengkhianat. Demi Tuhan, sungguh aku tahu dia adalah orang yang benar.” Al-Wal◄d ber-tanya, “Lalu, apa yang membuatmu enggan membenarkan dan mem percayai seruannya?” Ab‼ Jahal menjawab, “Aku khawatir gadis-gadis Quraisy akan menerta waiku sebagai pengikut anak yatim Ab‼ ◘☼lib, padahal aku berasal dari suku terhormat. Demi Lāta dan ‘Uzzā, aku tidak akan menjadi pengikutnya sepanjang hidupku.” Maka turunlah ayat ini.35

Pada zaman Jahiliah, orang Arab menyembah batu, emas, dan perak. Jika mereka menemukan materi yang lebih baik dari-pada itu, mereka pun tidak segan menghancurkan tuhan mereka yang pertama dan beralih kepada tuhan yang baru. Karena itu, nafsu dinamakan hawā karena ia menggiring dan menjeru muskan pelakunya ke dalam neraka.36

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 41

Menurut Ibnu ‘Āsyūr, tafsiran ayat ini adalah: “Mereka me-nyembah tuhan selain Allah, yaitu berhala-berhala. Mereka ter-lanjur mencintai berhala -berhala itu hingga mereka tidak mampu meninggalkan penyembahan terhadapnya, sebagaimana digam-barkan dalam firman Allah pada Surah al-Baqarah/2: 93.”37 Lebih dari itu, al-Qusyairi memberikan rincian bentuk berhala-berhala itu, yakni harta, anak, kedudukan, ketaatan, dan ibadah.38 Menurut Ibnu ‘Abb☼s, kata ittaba‘a haw☼hu (mengikuti hawa nafsunya) dalam Al-Qur╨an selalu berkonotasi negatif, yakni berarti celaan dan hinaan. Mengikuti hawa nafsu diibaratkan seperti anjing yang tidak henti menjulur kan lidahnya, baik saat kita halau maupun saat kita biarkan (al-A‘r☼f/7: 176). Mengikuti hawa nafsu nya juga berarti melewati batas (al-Kahf/18: 28), jauh dari petunjuk Allah sub♥☼nahū wa ta‘☼l☼ (al-Qa☺a☺/28: 50), dan menjadi pertanda orang-orang zalim (ar-Rūm/30: 29). Karena itu, Allah mewanti-wanti Nabi Dawud agar tidak meng ikuti hawa nafsu dalam menjatuhkan putusan apa pun, karena nafsu akan menyesatkannya dari jalan Allah (☻☼d/38: 26).

Dalam Al-Qur╨an dan Tafsirnya terbitan Kementerian Aga-ma, ayat ini ditafsirkan dengan:

“Pada ayat ini, Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir Mekah yang sedang tenggelam dalam perbuatan jahat. Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa naf-sunya, karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbu-atan mereka. Apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat. Seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintah nya.

Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada diri manusia merupa-kan anugerah yang tidak ternilai harganya yang diberimerupa-kan Allah kepada manusia. Di samping Allah memberikan akal dan agama kepada manusia agar dengan keduanya dapat mengendalikan hawa nafsunya. Jika seseorang mampu me-ngendalikan hawa nafsunya sesuai dengan pertimbangan akal

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 42

40 

Dalam hadis yang bersumber dari ‘Abdull☼h bin ‘Amr

binal‘Ā☺,Nabibersabda,“Tidakberimanseseorangdiantara

kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku

bawa(petunjuk).”(RiwayatalKha•◄balBagd☼di)40

Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu bertakwa kepada Allah di

kala sembunyi dan terangterangan, berlaku adil di kala senang dan

marah,danbersifathematdikalamiskindankaya.Danadatigahal

yangmembinasakan,yaituhawanafsuyangdiikuti,kikiryangdituruti,

danmenyombongkandiri.(Riwayata•◘abrānidariAnas)

Dalam hadis lain dikatakan bahwa orang yang cerdas

adalahmerekayangdapatmenguasaidanmenundukkanhawa

Orang cerdas ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat

untuk keperluan pascakematian. Sedangkan orang yang lemah ialah

orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya bisa beranganangan

kepadaAllah.(RiwayatA♥maddariSyadd☼dbinAus)

AbūadDardā╨berkata,“Bilapadasuatupagisudahada

tiga unsur, yaitu hawa nafsu, amal, dan ilmu, yang berpadu

dalamdiriseseorang,makaperhatikanlahia.Jikaperbuatannya

mengikuti hawa nafsu maka hari itu menjadi hari yang buruk

: .

40 

Dalam hadis yang bersumber dari ‘Abdull☼h bin ‘Amr

binal‘Ā☺,Nabibersabda,“Tidakberimanseseorangdiantara

kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku

bawa(petunjuk).”(RiwayatalKha•◄balBagd☼di)40

Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu bertakwa kepada Allah di

kala sembunyi dan terangterangan, berlaku adil di kala senang dan

marah,danbersifathematdikalamiskindankaya.Danadatigahal

yangmembinasakan,yaituhawanafsuyangdiikuti,kikiryangdituruti,

danmenyombongkandiri.(Riwayata•◘abrānidariAnas)

Dalam hadis lain dikatakan bahwa orang yang cerdas

adalahmerekayangdapatmenguasaidanmenundukkanhawa

Orang cerdas ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat

untuk keperluan pascakematian. Sedangkan orang yang lemah ialah

orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya bisa beranganangan

kepadaAllah.(RiwayatA♥maddariSyadd☼dbinAus)

AbūadDardā╨berkata,“Bilapadasuatupagisudahada

tiga unsur, yaitu hawa nafsu, amal, dan ilmu, yang berpadu

dalamdiriseseorang,makaperhatikanlahia.Jikaperbuatannya

mengikuti hawa nafsu maka hari itu menjadi hari yang buruk

40 

Dalam hadis yang bersumber dari ‘Abdull☼h bin ‘Amr

binal‘Ā☺,Nabibersabda,“Tidakberimanseseorangdiantara

kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku

bawa(petunjuk).”(RiwayatalKha•◄balBagd☼di)40

Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu bertakwa kepada Allah di

kala sembunyi dan terangterangan, berlaku adil di kala senang dan

marah,danbersifathematdikalamiskindankaya.Danadatigahal

yangmembinasakan,yaituhawanafsuyangdiikuti,kikiryangdituruti,

danmenyombongkandiri.(Riwayata•◘abrānidariAnas)

Dalam hadis lain dikatakan bahwa orang yang cerdas

adalahmerekayangdapatmenguasaidanmenundukkanhawa

Orang cerdas ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat

untuk keperluan pascakematian. Sedangkan orang yang lemah ialah

orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya bisa beranganangan

kepadaAllah.(RiwayatA♥maddariSyadd☼dbinAus)

AbūadDardā╨berkata,“Bilapadasuatupagisudahada

tiga unsur, yaitu hawa nafsu, amal, dan ilmu, yang berpadu

dalamdiriseseorang,makaperhatikanlahia.Jikaperbuatannya

mengikuti hawa nafsu maka hari itu menjadi hari yang buruk

yang sehat dan tidak bertentangan dengan tuntunan agama, maka perilaku yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan fitrahnya. Tetapi sebaliknya, jika seseorang memperturut-kan hawa nafsunya tanpa pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntunan agama, maka orang itu telah diperbudak oleh hawa nafsunya. Hal itu berarti bahwa ia telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam kesesatan. Maka manusia dalam mengikuti hawa nafsu-nya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: pertama, kelompok yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, mereka itulah orang-orang bertakwa. Kedua, kelompok yang dikuasai oleh hawa nafsunya. Mereka itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur kejahatan.”39

Dalam hadis yang bersumber dari ‘Abdull☼h bin ‘Amr bin al-‘Ā☺, Nabi bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku bawa (pe-tunjuk).” (Riwayat al-Kha•◄b al-Bagd☼di)40

Dalam hadis lain, Rasulullah ber sabda:

41

Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu bertakwa kepada Allah di kala sembunyi dan terang-terangan, berlaku adil di kala senang dan marah, dan bersifat hemat di kala miskin dan kaya. Dan ada tiga hal yang membina-sakan, yaitu hawa nafsu yang diikuti, kikir yang dituruti, dan menyombong-kan diri. (Riwayat a•-◘abrāni dari Anas)

Dalam hadis lain dikatakan bahwa orang yang cerdas adalah mereka yang dapat menguasai dan menundukkan hawa nafsu-nya.

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 43 40 

Dalam hadis yang bersumber dari ‘Abdull☼h bin ‘Amr

binal‘Ā☺,Nabibersabda,“Tidakberimanseseorangdiantara

kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang aku

bawa(petunjuk).”(RiwayatalKha•◄balBagd☼di)40

Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu bertakwa kepada Allah di

kala sembunyi dan terangterangan, berlaku adil di kala senang dan

marah,danbersifathematdikalamiskindankaya.Danadatigahal

yangmembinasakan,yaituhawanafsuyangdiikuti,kikiryangdituruti,

danmenyombongkandiri.(Riwayata•◘abrānidariAnas)

Dalam hadis lain dikatakan bahwa orang yang cerdas

adalahmerekayangdapatmenguasaidanmenundukkanhawa

Orang cerdas ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat

untuk keperluan pascakematian. Sedangkan orang yang lemah ialah

orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya bisa beranganangan

kepadaAllah.(RiwayatA♥maddariSyadd☼dbinAus)

AbūadDardā╨berkata,“Bilapadasuatupagisudahada

tiga unsur, yaitu hawa nafsu, amal, dan ilmu, yang berpadu

dalamdiriseseorang,makaperhatikanlahia.Jikaperbuatannya

mengikuti hawa nafsu maka hari itu menjadi hari yang buruk

42

Orang cerdas ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat un-tuk keperluan pascakematian. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang menuruti hawa nafsunya dan hanya bisa berangan-angan kepada Allah. (Ri-wayat A♥mad dari Syadd☼d bin Aus)

Abū ad-Dardā╨ berkata, “Bila pada suatu pagi sudah ada tiga unsur, yaitu hawa nafsu, amal, dan ilmu, yang berpadu dalam diri seseorang, maka perhatikanlah ia. Jika perbuatannya meng-ikuti hawa nafsu maka hari itu menjadi hari yang buruk baginya.

Sebaliknya, jika perbuatannya mengikuti ilmunya maka hati itu menjadi hari yang baik baginya.”43

Pesan moral yang dapat kita sarikan dari uraian di atas adalah bahwa ketika seseorang selalu mengikuti hawa nafsu dan menjadikan nya sebagai “tuhan”, maka pendengaran mereka akan dikunci mati, hatinya dan mata mereka tak lagi mampu melihat kebenaran. Benarlah bahwa sumber maksiat paling utama dalam diri manusia adalah hawa nafsu yang senantiasa mengajak berbuat maksiat, an-nafs al-ammārah bis-sū╨. Allah berfirman:

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesung-guhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Yūsuf/12: 53)

Karenanya, hawa nafsu harus dilawan dan tidak boleh ditu-ruti selama ia mengajak pemiliknya untuk berbuat maksiat. Bila keinginan itu bersifat positif, baik, dan bermanfaat, maka tidak

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 44

ada alasan untuk tidak merealisasikannya. Di sinilah fungsi dan peran kemampuan seseorang untuk mengen dalikan nafsunya.

Agar tidak tergoda nafsunya, seseorang harus membekali diri dengan iman yang kokoh, hati yang teguh, dan keyakinan yang tidak mudah goyah. Walhasil, setiap orang harus mengendalikan nafsunya kapan pun dan dimana pun, dan inilah yang disebut jihad nonfisik.

b. Jihad melawan setan

Bila jihad melawan nafsu berarti melawan musuh internal yang berdiam dalam diri manusia sendiri, maka jihad melawan setan adalah sebaliknya. Dari itu, manusia harus sadar bah-wa musuh dalam dirinya harus ditaklukkan, begitupun musuh eksternal yang berupa setan, musuh nyata bagi manusia yang se-lalu berusaha menyesatkannya dari jalan yang benar, serta mene bar kebencian dan permusuhan di antara manusia. Berikut ini adalah pesan-pesan Allah kepada hamba-Nya.

1) Setan adalah musuh nyata bagi manusia.

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, wahai anak cucu Adam, agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu. (Y☼sīn/36: 60)

2) Jadikanlah setan sebagai musuh.

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.

Sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Fā•ir/35: 6)

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 45

3) Setan selalu ingin menyesatkan manusia.

Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang meng-aku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada ◘āgūt, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari ◘āgūt itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (an-Nisā╨/4: 60)

4) Setan selalu menebar kebencian dan permusuhan di antara ma-nusia.

Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbul-kan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kamu mau berhenti? (al-Mā╨idah/5: 91)

Metode-metode yang setan gunakan dalam menggoda ma-nusia berbuat dosa, di antaranya:

a) Membelokkan manusia dari jalan yang lurus (al-A‘rāf/7: 16).

b) Mendatangi manusia dari segala penjuru: depan, belakang, kanan, dan kiri (al-A‘rāf/7: 17).

c) Menyilaukan mata hati manusia sehingga menganggap baik perbuatan maksiat (al-♦ijr/15: 39).

d) Menyesatkan manusia yang tidak ikhlas, yaitu mereka yang tidak diberi petunjuk untuk menaati perintah Allah (☻ād/38:

82).

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 46

Selain cara-cara tersebut, menurut ◘☼ha ‘Afīfī, ada delapan pintu lagi yang memungkinkan setan menggoda manusia, yakni:

a) Pintu marah dan syahwat. Marah menimbulkan kekacauan pikiran. Dalam kondisi demikian, setan dengan mudah mem-permainkan manusia seperti anak kecil memainkan bola.

b) Pintu dengki dan rakus. Jika seseorang tergoda pada sesuatu, setan akan menghasudnya, membuatnya rakus, membutakan matanya, dan menulikan telinganya hingga ia benar-benar ter-sesat. Al-♦asan berkata, “Pangkal keburuk an ada tiga: rakus, dengki, dan sombong. Sombong telah membuat iblis enggan bersujud kepada Adam. Rakus telah membuat Adam terusir dari surga. Dan dengki telah mendorong Qabil untuk mem-bunuh Habil.”44

c) Pintu kenyang. Perut yang kenyang, meski dengan makanan yang halal, dapat membangkitkan syahwat yang itu menjadi senjata setan paling mematikan.

d) Pintu tamak. Jika ketamakan telah merasuki jiwa seseorang maka setan akan menjeratnya dengan berbagai kesenangan, membuatnya gemar memamerkan serta menuhankan diri dan kekayaannya.

e) Pintu ketergesaan. Orang yang tergesa tidak akan menya dari begitu setan mem bisiki jiwanya bahwa tergesa-gesa itu baik.

Ketergesaan datang dari setan dan kehatian-hatian datang dari Allah, at-ta′annī minallāh wal-‘ajalah minasy-syai•ān.45

f) Pintu fanatisme. Fanatisme seseorang kepada satu aliran atau pemikiran bisa bermula dari sikap hormat yang berlebihan kepada gurunya, sehingga aliran atau pemikiran itu saja yang dianggap benar olehnya, menyalahkan aliran atau pemikiran yang lain.

g) Pintu buruk sangka. Karena itu, Al-Qur′an mewanti-wanti manusia untuk tidak berburuk sangka kepada orang lain

(al-♦ujurāt/49: 12).

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 47

h) Pintu kikir dan khawatir miskin.

Uraian di atas menghimbau manusia untuk mempunyai keya-kinan dan keteguhan hati dalam melawan setan, untuk berjihad melawan rayuan-rayuan setan yang datang dari segala penjuru:

depan, belakang, kiri, dan kanan. Manusia juga harus mewaspa-dai godaan setan dari pintu-pintu yang bahkan tidak disadari oleh manusia, seperti marah, hawa nafsu, dengki, rakus, tamak, ketergesaan, fanatisme, buruk sangka, dan kekikiran.

2. Jihad Secara Fisik a. Jihad melawan kaum kafir

Ayat-ayat yang menghimbau umat Islam untuk berjihad melawan kaum kafir, di antaranya:

Dan jika mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian, dan mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin kafir itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, mudah-mu-dahan mereka berhenti. Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang melanggar sumpah (janjinya), dan telah merencanakan untuk mengusir Rasul, dan mereka yang pertama kali memerangi kamu? Apakah kamu takut ke-pada mereka, ke-padahal Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti, jika

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 48

kamu orang-orang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyik-sa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki.

Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (at-Taubah/9: 12―15) Ayat-ayat ini mengharuskan kaum muslim untuk meme-rangi kaum kafir dan musyrik. Namun, keharusan itu tidak berar-ti menghalalkan pembunuhan atas mereka secara seram pangan dan membabi buta. Memerangi kaum kafir dan musyrik baru bo-leh dilakukan setelah mereka melanggar satu dari beberapa ram-bu, yakni: (1) menghianati per janjian yang telah disepakati; (2) mereka yang memulai peperangan; (3) mereka mengusir orang-orang Islam dari tanah air mereka, baik secara langsung maupun melalui pihak ketiga; dan (4) mereka memicu fitnah, mencerca agama Islam, menyatakan per musuhan dan kebencian terhadap Islam dan kaum muslim. Dalam koridor semangat mengusung kejujuran, keadilan, perdamaian, dan tata pergaulan antarbangsa dan antarnegara yang ber martabat itulah Al-Qur╨an menganjur-kan jihad untuk memerangi mereka.

Dalam Al-Qur╨an, kata kafir biasa diasosiasikan dengan perbu-atan-perbuatan yang berkaitan dengan pengingkaran kepada Al-lah sub♥☼nahū wa ta‘☼l☼, baik itu mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya (an-Na♥l/16: 55, ar-Rūm/30: 34), atau lari dari tanggung jawab (ar-Rūm/30: 44). Namun dari 525 kali peng ulangan kata kafir dan derivatnya dalam Al-Qur╨an, se-sung guhnya makna yang paling dominan adalah penging karan terhadap Allah sub♥☼nahū wa ta‘☼l☼ dan rasul-Nya, khususnya ke-pada Nabi Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Kata kafir dengan pengertian macam ini pertama kali digunakan dalam Al-Qur╨an untuk menyebut para kafir (al-Mudda♪♪ir/74: 10).

Bahkan dalam Al-Qur╨an terdapat Surah al-K☼firūn yang khusus

Makna, Tujuan dan Sasaran Jihad 49

dituju kan untuk menyentil mereka.

Pengertian kafir yang paling lazim dipakai dalam buku-buku akidah ialah menolak kebenaran dari Allah sub♥☼nahū wa ta‘☼l☼

yang disampaikan oleh rasul-Nya. Singkat kata, kafir adalah la-wan kata dari iman. Karenanya, semua pengertian yang disebut-kan di atas dapat dirujuk pada makna kafir secara leksikal, yakni

“menutupi atau menyembunyi kan.” Dengan demikian, orang-orang kafir dapat diidentifikasi sebagai orang-orang-orang-orang yang menut-up-nutupi atau menyembunyi kan kebenaran. Orang kafir adalah mereka yang menolak, menentang, mendustakan, dan menging-kari kebenaran. Dari perspektif akidah, kafir berarti kehilangan iman, esensi yang paling berharga dalam diri manusia.

Ibnu Man♂ūr al-An☺☼ri dalam Lis☼nul-‘Arab menyebutkan delapan jenis kufur, yaitu:

1) Kufrul-ink☼r, yakni mengingkari Tuhan dengan hati dan lidah, serta tidak mengenal ketauhidan;

2) Kufrul-ju♥d, yaitu mengakui Tuhan dengan hati tanpa dibarengi dengan ikrar melalui ucapan;

3) Kufrul-mu‘☼nadah, yaitu mengakui Tuhan dengan hati, mengakui-Nya dengan lidah, tetapi tidak menjadikan nya sebagai keyakin-an akibat adkeyakin-anya rasa permusuhkeyakin-an, dengki, dkeyakin-an semacamnya dalam dirinya;

4) Kufrun-nif☼q, yaitu mengakui Tuhan, rasul, dan ajaran-ajarannya

4) Kufrun-nif☼q, yaitu mengakui Tuhan, rasul, dan ajaran-ajarannya

Dokumen terkait