4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kewilayahan Jawa Tengah .1.Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
4.3.3. Sasaran Pengembangan Wilayah
Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi pengembangan wilayah di Jawa Tengah yang terbagi dalam 8 (delapan) sistem perwilayahan (regionalisasi) dengan mempertimbangkan perpaduan dari aspek homogenitas, nodalitas dan administratif. Kedelapan perwila-yahan tersebut adalah Kedungsepur, Wanarakuti, Subosukowono-sraten, Bregasmalang, Petanglong, Barlingmascakeb, Purwomanggung, dan Banglor.
Tahun 2018, diharapkan kesenjangan antar wilayah di Jawa Tengah semakin berkurang, yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi wilayah, serta berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran di tiap wilayah tersebut. Sasaran ketiga indikator tersebut di tahun 2018, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, dan TPT Tiap Wilayah Pengembangan Tahun 2018
No Pengembangan Wilayah Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) Angka TPT (%)
1 Kedungsepur 5,77 – 6,17 6,61 4,80 2 Wanarakuti 5,63 – 6,03 7,73 6,01 3 Subosukowonosraten 5,91 – 6,31 9,13 4,46 4 Bregasmalang 5,78 – 6,18 10,52 4,73 5 Petanglong 5,93 – 6,33 6,53 5,81 6 Barlingmascakeb 6,02 – 6,42 13,17 3,75 7 Purwomanggung 5,68 – 5,08 11,49 4,35 8 Banglor 5,30 – 5,70 12,62 4,61
IV -64
Guna mencapai sasaran tersebut, maka perlu mendorong sasaran di tiap kabupaten/kota melalui berbagai strategi dan arah kebijakan yang dijabarkan per wilayah pengembangan sebagai berikut.
1. Kedungsepur
Wilayah pengembangan Kedungsepur meliputi Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan. Fungsi wilayah diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sebagai PKN, arah pengembangan wilayah adalah pada: (1) perwujudan kawasan metropolitan Semarang sebagai ibukota provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama Jawa Tengah; (2) pengembangan kawasan strategis ekonomi dalam konteks kawasan ekonomi khusus; (3) perwujudan dari sisi hubungan intraregional sebagai pusat distribusi bagi produk dari daerah pedalaman karena berada sekitar jalur Pantura; (4) dan perwujudan secara interregional sebagai wilayah transit/pengumpul perdagangan dan jasa dari wilayah barat dan timur Jawa serta pulau-pulau lainnya terutama Kalimantan. Sedangkan potensi regional yang dimiliki wilayah pengembangan Kedungsepur adalah: (1) primer berupa perikanan; (2) sekunder berupa tekstil, logam, furniture, pengolahan ikan; dan (3) tersier berupa jasa dan perdagangan.
Potensi unggulan yang dimiliki dan dapat terus dikembangkan yaitu :
a. Kabupaten Kendal: industri unggulan garmen, tas, alas kaki; klaster jambu biji getas merah dan pisang raja bulu; serta destinasi wisata Curug Sewu dan Pantai Sendang Sikucing;
b. Kota Semarang: industri unggulan batik, tas, alas kaki; klaster bandeng, batik semarangan, olahan pangan, handycraft; serta destinasi wisata Sam Pho Kong, Maerokoco, Pantai Kota Semarang, Kota Lama, Pecinan Kota Semarang, dan Lawang Sewu;
c. Kabupaten Demak: industri unggulan garmen, garam, ikan olahan; kawasan agropolitan Kota Tani Utama di Kecamatan Wonosalam, dengan komoditas unggulan jambu delima, jambu citra, kacang hijau, belimbing demak, domba dan kelinci; klaster hortikultura, jambu lele (bule), batik sisik, konveksi pakaian dalam, pengasapan ikan, kerupuk; serta destinasi wisata Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijogo;
d. Kabupaten Semarang: industri unggulan eceng gondok, pupuk organik; kawasan agropolitan Sub Terminal Agribisnis (STA) Candigaron di Kecamatan Sumowono, dengan komoditas unggulan kopi; klaster gula kelapa, padi organik, aksesoris kain perca, bio farmaka, tanaman hias, industri logam, kopi gunung kelir, kerajinan lidi, batik gemawang, susu sapi, eceng gondok, tahu serasi; serta
IV -65
destinasi wisata Bandungan, Candi Gedong Songo, Museum Kereta Api Ambarawa, Rawapening, Umbul Sidomukti, dan Air Terjun Semirang;
e. Kota Salatiga: industri unggulan makanan, batik; serta klaster kelinci, pupuk cair organik, sapi, makanan olahan, susu, batik dan bordir;
f. Kabupaten Grobogan: industri unggulan genteng, jagung, mebel; klaster genteng, kerajinan bambu, jagung, pupuk organik; serta destinasi wisata Bledug Kuwu, sumber api abadi Mrapen, Makam Kyai Ageng Selo, Kyai Tarub dan Bulan Kejawen.
Pengembangan wilayah Kedungsepur diarahkan pada Pengem-bangan Kedungsepur Berbasis Perdagangan Jasa, Industri, Pariwisata, dan Agrominapolitan yang Berkelanjutan. Sasaran yang ingin dicapai terutama pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, dan TPT tiap kabupaten/kota di Kedungsepur untuk mencapai sasaran wilayah Kedungsepur, sebagaimana tertuang dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, dan TPT Tiap Kabupaten/Kota di Wilayah Kedungsepur Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) Angka TPT (%)
1 Kendal 6,10 – 6,50 7,49 6,00 2 Semarang 6,20 – 6,60 5,65 3,29 3 Demak 5,20 – 5,60 10,19 5,15 4 Grobogan 5,00 – 5,40 9,90 4,15 5 Kota Semarang 6,20 – 6,60 4,50 4,95 6 Kota Salatiga 5,90 – 6,30 4,32 3,62
Guna mencapai sasaran tersebut, dan mendukung arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, maka strategi pengembangan wilayah Kedungsepur sebagai berikut:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang merata di wilayah Kedungsepur melalui pengoptimalan sektor potensial dan unggulan; b. Peningkatan dukungan dan kinerja infrastruktur pada wilayah
pertanian di Kedungsepur;
c. Peningkatan konektivitas internal wilayah Kedungsepur melalui peningkatan prasarana jalan penghubung interwilayah, pengem-bangan transportasi massal regional Kedungsepur, dan pengembangan jalur kereta api di Kedungsepur;
d. Pengembangan sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan formal dan non formal di wilayah Kedungsepur;
e. Optimalisasi penanganan permasalahan pengangguran;
f. Penguatan kerjasama regional Kedungsepur melalui pembentukan badan pengelola kerjasama interwilayah Kedungsepur;
IV -66
g. Pengintegrasian kegiatan ekonomi wilayah dengan pelestarian lingkungan.
Dengan sasaran dan strategi tersebut, kemudian dijabarkan dalam program intervensi pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah yang diarahkan untuk mencapai sasaran pengembangan wilayah dan mendukung tercapainya kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, sebagaimana tertuang dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Program Intervensi Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Di Wilayah Kedungsepur
No Aspek Program Intervensi Indikatif Lokasi 1 Ekonomi a. Pengoptimalan fungsi STA di
wilayah-wilayah pertanian Kab. Semarang, Kendal, dan Grobogan b. Pengembangan jalan-jalan yang
merupakan akses wilayah pertanian dan kehutanan
Kabupaten Kendal, Semarang, dan Grobogan c. Pengoptimalan jaringan jalan yang
dilalui paket wisata Kedungsepur d. Pemantapan akomodasi penunjang
pariwisata terpadu di Kedungsepur Setiap kawasan objek wisata di Kedungsepur e. Pengoptimalan kegiatan promosi
pariwisata terpadu wilayah Kedungsepur
Kedungsepur
f. Pengembangan klaster industri lokal:
1) Klaster industri kayu, genteng, kerajinan bambu, pupuk organik, makanan olahan, dan batik
Kabupaten Grobogan
2) Klaster kerajinan rambut, batik sisik, konveksi pakaian dalam, pengasapan ikan, kerupuk, handycraft, dan kuliner
Kabupaten Demak
3) Klaster gula kelapa, aksesoris kain perca, industri logam, batik gemawang, enceng gondok, dan tahu serasi
Kabupaten Semarang
4) Klaster kerajinan kayu, pupuk cair organik, makanan olahan, olahan susu, batik bordir dan konveksi, dan makanan olahan ikan
Kota Salatiga
5) Klaster pengolahan hasil perikanan (bandeng), batik semarangan, makanan olahan, handycraft
IV -67 2 Infrastruktur
Wilayah
a. Perbaikan jalan dan peningkatan kualitas jalan yang merata di wilayah pertanian Kedungsepur
Kabupaten Grobogan
b. Mengembangkan sistem prasarana pengairan untuk menunjang kegiatan sektor pertanian terkait pemanfaatan sumber daya air (Demak, Kendal, Grobogan, Kab Semarang)
Kawasan pertanian Kabupaten Demak, Kendal, Groboga, dan Kabupaten Semarang
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketersediaan
infrastruktur perkotaan diseluruh wilayah Kedungsepur (Semarang, Salatiga, Ungaran, Kendal, Demak, Puwodadi)
Kawasan perkotaan Kedungsepur
d. Peningkatan kualitas jalan yang menghubungkan Kota Semarang-Grobogan (Pedurungan-Mranggen- Karangawen-Tegowanu-Gubug-Godong-Penawangan Purwodadi)
Kota Semarang dan Grobogan
e. Peningkatan kualitas jalan
penghubung Kabupaten Semarang-Kendal (Bandungan-Sumowono-Limbangan-Boja-Kaliwungu Selatan-Kaliwungu-Kota Kendal)
Kabupaten Semarang dan Kendal
f. Peningkatan kualitas jalan yang menghubungkan Kota Salatiga-Kabupaten Semarang-Salatiga-Kabupaten Grobogan (Tingkir/Sidorejo- Bringin-Kedungjati-Tanggungharjo- Gubug-Godong-Penawangan-Purwodadi) Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, dan Grobogan g. Pengembangan rute BRT Kedungsepur yang terkoneksi dengan pusat kegiatan, meliputi Kendal-Kota Semarang-Kabupaten Semarang, Demak-Kota Semarang-Kabupaten Semarang, Grobogan-Kota Semarang-Kabupaten Semarang
Kedungsepur
h. Reaktivasi jalur-jalur kereta
Semarang-Demak Kedungsepur
i. Revitalisasi stasiun di Kabupaten Demak dan Grobogan
j. Pengembangan kereta api komuter Kedungsepur
k. Pengembangan trayek kereta api Kota Semarang-Surakarta-Yogyakarta
IV -68
l. Pengembangan jalan tol Kota Semarang-Demak-Kudus-Pati m. Pengembangan jaringan jalan
menyusuri pantai sekaligus sebagai sabuk hijau di Kota Semarang-Demak-Jepara
3 Sosial a. Pemerataan jumlah pelayanan fasilitas pendidikan di wilayah Kedungsepur yang berhierarki
Kedungsepur
b. Penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan yang merata
Kedungsepur
c. Pengembangan pendidikan non formal bagi masyarakat yang mampu meningkatkan soft skill dan inovasi kader lokal wilayah Kedungsepur
Kawasan pertanian di Kedungsepur
d. Pemberian pelatihan keahlian berbasis potensi dan sosialisasi pengembangan sektor pariwisata lokal
Semua kawasan pariwisata di Kedungsepur e. Peningkatan inovasi masyarakat
dalam mengembangkan aktivitas jasa penunjang pariwisata
Semua kawasan pariwisata di Kedungsepur f. Meningkatkan kapasitas
masya-rakat dan kelembagaan masyamasya-rakat desa dalam meningkatkan
ketahanan ekonomi wilayah
Kedungsepur
g. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam bidang kewirausahaan berbasis potensi lokal
4 Tata Kelola a. Peningkatan dan pengadaan koordinasi rutin dari setiap perwakilan anggota region (kepala daerah)
Kedungsepur
b. Pembagian peran yang jelas dan adil dalam pengembangan wilayah Kedungsepur
c. Optimalisasi sekertariat bersama yang solid untuk mendorng pengembangan Kedungsepur 5 Lingkungan
Hidup a. Pelestarian sumber daya air melalui pengendalian lahan terbangun
Kawasan budidaya Kedungsepur b. Pelestarian sumber daya tanah
melalui pengembangan aktivitas di atas lahan sesuai dengan daya tampung dan kemampuan lahan
IV -69
c. Pelestarian sumber daya hutan melalui konservasi dan peremajaan hutan kritis
Kawasan hutan wilayah Kedungsepur
d. Penertiban pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahan
Kedungsepur
e. Peningkatan perijinan yang ketat bagi pengembangan aktivitas budidaya
f. Pelestarian kawasan lindung di wilayah Kedungsepur sebagai fungsi konservasi dan resapan air
Kawasan lindung Kedungsepur g. Penyusunan masterplan rawan
bencana banjir dan rob di kawasan pesisir Kedungsepur
Kedungsepur
2. Wanarakuti
Wilayah pengembangan Wanarakuti (Juwana – Jepara – Kudus - Pati) meliputi Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati, diarahkan sebagai PKW dan PKL. Simpul utama berada di kawasan perkotaan Kudus, didukung oleh perkotaan Jepara, Pecangaan, Tayu, Pati dan Juwana. Sektor unggulan yang dapat dikembangkan adalah pertanian, industri, pertambangan dan perikanan. Sedangkan potensi regional yang dimiliki wilayah pengembangan Wanarakuti adalah potensi: (1) primer berupa perikanan; (2) sekunder meliputi furniture, pengolahan tembakau, pengolahan ikan; dan (3) tersier berupa pariwisata terutama pengembangan kawasan pariwisata Pakudjembara (Kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang, Blora dan Demak) yang merupakan suatu platform kerjasama pengembangan ekonomi daerah, dengan fokus pengembangan pariwisata, dengan harapan menjadi pemicu pertumbuhan perekonomian wilayah dalam arti luas di kawasan tersebut.
Potensi unggulan yang dimiliki dan dapat terus dikembangkan yaitu :
a. Kabupaten Jepara: industri unggulan tenun dan mebel; klaster tenun troso, mebel, kacang tanah, pariwisata; serta destinasi wisata Karimunjawa, Pantai Kartini, Bandengan dan Pulau Panjang;
b. Kabupaten Kudus: industri unggulan bordir, gebyok, makanan; klaster gebyok rumah adat, pariwisata, bordir, genteng dan batu bata; serta destinasi wisata Air Terjun Montel, Wana Wisata Rahtawu, Rejanu Air Tiga Rasa, Situs Purba Pati Ayam, Makam Sunan Muria di Colo, Makam Sunan Kudus dan Menara Kudus, Museum Kretek;
IV -70
c. Kabupaten Pati: industri unggulan tapioka, batik, kuningan; Agropo-litan, Minapolitan TPI Bajo Mulyo I dan Bajo Mulyo II di Kecamatan Juwana, dengan komoditas unggulan cumi, kakap merah, pindang, jeruk pamelo dan kelapa kopyor; klaster tapioka, pengolahan hasil laut, kerajinan kuningan, konveksi, buah-buahan, budidaya bandeng air tawar, kopi, sutera alam, makanan ringan, batik tulis bakaran, handycraft, kapuk; serta destinasi wisata Waduk Gunungrowo, Kebon Kopi Jolong, Goa Pancur dan Wareh.
Pengembangan wilayah Wanarakuti diarahkan pada Pengem-bangan Wilayah Wanarakuti yang Lestari Berbasis Industri, Pariwisata, dan Agrominapolitan. Sasaran yang diharapkan dapat dicapai wilayah Wanarakuti meliputi pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan TPT tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, dan TPT Tiap Kabupaten/Kota di Wilayah Wanarakuti Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) Angka TPT (%)
1 Jepara 5,50 – 5,90 7,41 5,38
2 Kudus 5,50 – 5,90 7,80 5,38
3 Pati 5,90 – 6,30 7,99 7,27
Guna mencapai sasaran tersebut, dan mendukung arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, maka strategi pengembangan wilayah Wanarakuti sebagai berikut:
a. Pengembangan sektor UMKM dan industri pengolahan dengan sistem hulu hilir dengan pengoptimalan potensi lokal (pertanian dan perikanan);
b. Pengembangan sarana prasarana penunjang kawasan industri pengolahan, parawisata, serta pertanian;
c. Peningkatan infratstruktur jalan dan transportasi umum penghubung wilayah utara dan selatan Wanarakuti;
d. Peningkatan upaya pengurangan dampak banjir dan longsor; e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan;
f. Peningkatan upaya konservasi di kawasan Muria dan kawasan Karst (Kendeng, Sukolilo) sebagai kawasan lindung.
Dengan sasaran dan strategi tersebut, kemudian dijabarkan dalam program intervensi pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah yang diarahkan untuk mencapai sasaran pengembangan wilayah dan mendukung tercapainya kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, sebagaimana tertuang dalam Tabel 4.8.
IV -71
Tabel 4.8.
Program Intervensi Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Di Wilayah Wanarakuti
No. Aspek Program Intervensi Indikatif Lokasi 1 Ekonomi
a. Pemberian kemudahan ijin bagi industri pengolahan yang memprioritaskan bahan baku dari wanarakuti
Wanarakuti
b. Pemberian reward, insentif dan disinsentif bagi perusahaan pengolahan hasil
pertanian, perikanan dengan bahan baku dari sekitar dan mau memberdayakan masyarakat sekitar dalam mengolah hasil pertanian/perikanan menjadi bahan setengah jadi
Wanarakuti
c. Pengembangan Industri Besar Pati, Jepara,Kudus d. Pengembangan perodukstivitas klaster
industri berbasis masyarakat:
1) Klaster tapioka, pengolahan hasil laut, kerajinan kuningan, konveksi,
makanan ringan, batik tulis bakaran, dan handycraft
Kabupaten Pati
2) Klaster kerajinan bambu, bordir, konveksi, batik, genteng dan batu bata, handycraft, logam, makanan dan minuman
Kabupaten Kudus
3) Klaster kerajinan kayu, tenun troso/tenun ikat, furniture
Kabupaten Jepara e. Pembangunan pusat-pusat perdangan
yang menjual hasil olahan
pertanian/perikanan yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat
wanarakuti
f. Peningkatan kualitas pariwisata Kudus dan Jepara g. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian serta perikanan
Pati, dan Jepara h. Peningkatan promosi produk khas UMKM
di seluruh lokasi wisata di Wanarakuti Wanarakuti i. Mewajibkan pengembang sektor wisata
untuk dapat mempromosikan dan membuka outlite khusus UMKM sebagai cinderamata khas wanarakuti
Karimunjawa (Jepara), Kudus
2
Infrastruktur
Wilayah a. Pembangunan infrastruktur dasar pada kawasan industri pengolahan Wanarakuti b. Pembangunan jalur distribusi bahan
baku, bahan setengah jadi ke lokasi industri pengolahan
Wanarakuti
c. pembangunan ruas jalan Semarang-Jepara
Welahan- Kalinyamatan-Jepara
IV -72
d. Pembangunan wahana pendukung pariwisata
Wanarakuti e. Pembangunan street furniture pendukung
wisata Wanarakuti
f. Pengadaan sarana transportasi wisata Wanarakuti g. Pembangunan sarana pendidikan, dan
sarana kesehatan di wilayah perdesaan (Krimunjawa Kab. Jepara, Pati sebelah selatan, kawasan pesisir) h. Peningkatan kualitas jalan penghubung pati utara dengan
selatan i. Peningkatan penerangan jalan Wanarakuti j. Peningkatan sarana transportasi umum
dan memperpanjang jam operasional Wanarakuti k. Peningkatan aksesibilitas Pati selatan (Blora,
Pati-Purwodadi), Kudus-Purwodadi, dan Jepara-Pati l. Pemberdayaan masyarakat sekitar pati selatan
dan Muria untuk melestarikan hutan
m. Pendampingan masyarakat dalam
mengelola kawasan sekitar hutan lindung di Kawasan Kars
Kab. Pati
n. Pemberian insentif dan indsentif bagi kelompok/masyarakat yang mau peduli terhadap kawasan tersebut
Wanarakuti
o. Peningkatan kerja waduk/embung Wanarakuti p. Pembangunan waduk/embung pada
daerah berpotensi pertanian Wanarakuti q. Pengerukan embung/waduk yang terkena
sedimentasi tinggi Wanarakuti
r. Pembangunan saluran irigasi Wanarakuti s. Perbaikan saluran irigasi Wanarakuti 3 Sosial a. Pembangunan capacity building Wanarakuti
b. Peningkatan wawasan masyarakat terkait potensi daerah (pertanian, perikanan dan pariwisata)
Wanarakuti
c. Penyuluhan dan pelatihan keterampilan
UMKM Wanarakuti
d. Pemberian subsidi terhadap petani dalam pembelian sarana pertanian (saprotan) alat-alat pertanian
IV -73
e. Pendampingan dan pelatihan dalam sistem mangemen industri masyarakat (UMKM) secara mandiri, profesional berbasis pada teknologi
Wanarakuti
f. Pembentukan kelompok KSM terutama ibu-ibu untuk dapat mempunyai kegiatan dan pekerjaan usaha kecil
Wanarakuti
g. Pendampingan kelompok UMKM Wanarakuti h. Pelatihan dan peningkatan kemampuan
masyarakat terkait UMKM Wanarakuti 4
Lingkungan
Hidup a. Penindak tegas bagi pelanggar pemanfaatan hulu Wanarakuti b. Penanaman pohon di wilayah hulu Wanarakuti c. Penindak tegas dan memberikan sanksi
bagi masyarkat yang menggunakan lahan lindung untuk kegiatan budidaya
Wanarakuti
d. Penertibkan aktivitas budidaya di sempadan pantai
Pati, dan Jepara e. Penanaman Manggove Pati dan Jepara f. Penindaktegasan bagi penambang liar Wanarakuti g. Pengerukan wilayah DAS Wanarakuti 5 Tata Kelola a. Pembentukan lembaga yang dapat
mensinkronkan tata ruang di wanarakuti Wanarakuti b. Pendampingan dalam peningkatan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian/perikanan
Wanarakuti
c. Penyuluhan terkait cara bertanam dan membudidayakan ikan dengan baik
Wanarakuti d. Pemberian insentif dan disinsentif bagi
petani dan nelayan tambak Wanarakuti e. Pembentukan tim pengawas pemanfaatan
ruang di masing-masing wilayah Wanarakuti 3. Subosukowonosraten
Pengembangan wilayah Subosukawonosraten meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Wilayah tersebut sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) meliputi metropolitan Solo Raya terdiri dari kawasan perkotaan Kota Surakarta dan sekitarnya yaitu Kartasura, Sukoharjo, Ngemplak, Mojosongo, Colomadu, Karanganyar, Jaten, dan Sragen. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdiri dari Boyolali dan Klaten, sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Wonogiri dan Boyolali (Ampel).
Pengembangan wilayah diarahkan untuk pengembangan kerjasama kawasan perbatasan dengan Provinsi Jawa Timur di wilayah
IV -74
bagian timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta di wilayah bagian selatan-barat, dikenal dengan nama Karismawirogo (Karanganyar– Sragen–Magetan–Ngawi–Ponorogo), Pawonsari (Pacitan–Wonogiri-Wono-sari/Gunung Kidul) dan Kesukosari (Klaten–Sukoharjo–Wonosari/ Gunung Kidul). Sektor unggulan wilayah Subosukowonosraten adalah pariwisata, industri dan pertanian. Sedangkan potensi regional yang dimiliki wilayah pengembangan Subosukowonosraten adalah potensi: (1) primer meliputi pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan; (2) sekunder terdiri dari industri kayu, Tekstil Produk Tekstil, batik, jamu, kerajinan; dan (3) tersier berupa perdagangan dan pariwisata.
Potensi unggulan yang dimiliki dan dapat terus dikembangkan yaitu:
a. Kota Surakarta: industri unggulan batik, mebel; klaster limbah koran, Kampoeng Batik Laweyan, Kampung Wisata Batik Kauman, sangkar burung, shuttlecock, mebel; serta destinasi wisata Taman Satwataru Jurug;
b. Kabupaten Boyolali: industri unggulan tembaga, pupuk organik; agropolitan Goasebo, STA Ampel di Kecamatan Ampel, dengan komoditas unggulan pepaya, salak, jahe, kobis, bunga kol, wortel, tomat dan cabe; minapolitan kampung lele di Kecamatan Banyudono, Sawit dan Teras dengan komoditas unggulan utama ikan lele, didukung ikan mas dan nila; klaster logam Tumang; serta destinasi wisata kawasan unggulan wisata Solo-Selo-Borobudur; c. Kabupaten Sukoharjo: industri unggulan batu mulia, mete; klaster
pertanian organik, sapi, tahu dan makanan olahan, jamur, mebel, rotan trangsan, lurik, batik; dan destinasi Desa Wisata Wirun;
d. Kabupaten Karanganyar: industri unggulan atsiri, konveksi; agropolitan Suthomadansih, STA Watusambang di Kecamatan Matesih, dengan komoditas unggulan wortel, bawang putih, kentang, tanaman obat-obatan/biofarmaka, sayuran, duku, salak lawu, durian, pisang, strawberry, tanaman hias, ketela rambat, ikan dan tomat; klaster Kelompok Tani Blumbang, batik, biofarmaka; serta destinasi wisata Candi Sukuh, Candi Cetho, Air Terjun Grojogan Sewu dan Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunegoro I;
e. Kabupaten Wonogiri: industri unggulan batu mulia, mete; klaster : me-bel, tanaman obat, mete, genteng, ketela pohon, ternak; serta destinasi wisata Waduk Gajah Mungkur dan Pantai Sembukan;
f. Kabupaten Sragen: industri unggulan batik, mebel; klaster mebel, alat rumah tangga, konveksi, batik, ikan, sapi brangus, padi organik; serta destinasi wisata budaya Sangiran dan Gunung Kemukus;
g. Kabupaten Klaten: industri unggulan logam, mebel, tenun; minapolitan di Kecamatan Tulung, Polanharjo dan Karanganom dengan komoditas ikan nila; klaster lereng merapi, lurik, keramik, makanan olahan, konveksi, bordir, sulam, batik, logam ceper; serta
IV -75
destinasi wisata Candi Prambanan dan Plaosan, Rowo Jombor, serta Deles Indah.
Pengembangan Wilayah Subosukowonosraten diarahkan pada Pengembangan Perkotaan Dengan Sektor Perdagangan dan Jasa Yang Berbasis Pertanian dan Pariwisata Secara Berkelanjutan. Sasaran pengembangan wilayah Subosukowonosraten yang ingin dicapai terutama untuk pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, dan TPT di tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, dan TPT Tiap Kabupaten/Kota di Wilayah Subosukowonosraten Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) Angka TPT (%)
1 Boyolali 5,90 – 6,30 9,45 3,90 2 Sukoharjo 5,70 – 6,10 7,62 3,57 3 Karanganyar 6,20 – 6,60 11,64 4,17 4 Wonogiri 5,60 – 6,00 7,32 2,24 5 Sragen 6,20 – 6,60 11,03 4,51 6 Klaten 5,60 – 6,00 9,49 4,29 7 Kota Surakarta 6,20 – 6,60 7,35 4,20
Guna mencapai sasaran tersebut, dan mendukung arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, maka strategi pengembangan wilayah Subosukowonosraten sebagai berikut:
a. Peningkatan pencipataan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang lebih merata, untuk mengurangi pemusatan aktivitas di satu wilayah;
b. Peningkatan potensi sektor industri kreatif sebagai upaya pengembangan ekonomi wilayah dan penyerapan tenaga kerja;
c. Pengembangan potensi unggulan pariwisata yang terkoneksi antar daerah, dan didukung dengan pemasaran pariwisata;
d. Peningkatan jalan yang menghubungkan antar daerah hinterland Surakarta dan daerah perbatasan;
e. Pengembangan transportasi massal yang menghubungkan antar daerah di wilayah Subosukowonosraten;
f. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung pertanian dan peternakan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai jualnya; g. Peningkatan konservasi dan perlindungan di DAS Bengawan Solo; h. Peningkatan peran dan fungsi BKPRD dalam memperketat ijin
pemanfaatan ruang;
i. Peningkatan fungsi kelembagaan Forum Pengembangan Ekonomi Wilayah melalui pengembangan sektor wisata;
j. Pengembangan kerjasama regional dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dan persampahan (TPA Regional).
IV -76
Dengan sasaran dan strategi tersebut, kemudian dijabarkan dalam program intervensi pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah yang diarahkan untuk mencapai sasaran pengembangan wilayah dan mendukung tercapainya kebijakan pembangunan daerah tahun 2018, sebagaimana tertuang dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Program Intervensi Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Di Wilayah Subosukowonosraten
No. Aspek Program Intervensi Indikatif Lokasi 1
Ekonomi a. Pemberian modal bagi pengusaha
kecil Subosukawonosraten
b. Pengembangan klaster industri lokal berbasis masyarakat:
1) Klaster kerajian logam dan mebel
Kabupaten Boyolali 2) Klaster kerajinan kayu, keramik,
lurik, makanan olahan,
konvenksi, bordir, sulam, batik, dan logamceper
Kabupaten Klaten
3) Klaster kerajinan kulit dan produk kulit, batik, kerajinan kaca, makanan olahan, rotan trangsan, mebel, lurik, jamu, dan gitar
Kabupaten Sukoharjo
4) Klaster kerajinan wayang kulit,
mete, dan genteng Kabupaten Wonogiri 5) Klaster Batik Kab Karanganyar 6) Klaster kerajinan batu dan batik Kabupaten Sragen 7) Klaster kerajinan kulit dan
produk kulit, logam, batik, kerajinan kaca, limbah koran,