• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satuan Napal Formasi Wonocolo .1 Penyebaran dan Ketebalan

Dalam dokumen BAB III GEOLOGI DAERAH CANDI DAN SEKITARNYA (Halaman 27-33)

Satuan Napal menempati sekitar 20% dari luas daerah penelitian, ditunjukkan dengan warna hijau. Singkapan batuan dalam kondisi baik terutama dijumpai di Kali Klateng dan Kali Sepat (foto 3.10).

Foto 3.10. Singkapan napal masif pada Kali Sepat (lensa menghadap ke timur laut.

Ketebalan Satuan Napal Formasi Wonocolo tidak dapat diketahui secara pasti jika berdasarkan pengamatan di lapangan, karena ketidakmenerusan singkapannya dan

44 pengukuran penampang stratigrafi yang terbatas. Namun, berdasarkan rekonstruksi penampang geologi dapat diketahui bahwa Satuan Napal Formasi Wonocolo di daerah penelitian memiliki ketebalan sekitar 680 meter. Suksesi vertikal Satuan Napal Formasi Wonocolo bagian bawah teramati dalam kolom Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS, measured section) (gambar 3.9, Lampiran F).

Gambar 3.9. Kolom Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) pada Satuan Napal Formasi Wonocolo yang memperlihatkan suksesi vertikal dari bawah ke atas.

3.2.4.2 Ciri Litologi

Satuan Napal Formasi Wonocolo disusun oleh litologi napal dengan sisipan batugamping dan sisipan batupasir.

45 Pada pengamatan di lapangan, napal memiliki ciri berwarna kelabu, karbonatan, pasiran, masif, dan lunak. Sedangkan batupasir memiliki ciri berwarna kelabu keputihan, terpilah baik, mengandung mineral kuarsa dan glaukonit, bentuk butir membundar tanggung, berbutir halus hingga sedang, kompak. Batugamping klastik memiliki ciri berwarna abu–abu kemerahan, pemilihan buruk, kemas terbuka, bentuk butir menyudut hingga membundar tanggung, porositas sedang, kompak, besar butir pasir sedang hingga kasar.

3.2.4.3 Umur

Sampel yang dipreparasi untuk mengetahui umur relatif Satuan napal Wonocolo berjumlah empat buah, yaitu R2C, R4K, R7E, dan R4J (Lampiran G).

Pada sampel R2C, ditemukan foraminifera plangton seperti Globigerina bulloides, Globigerina praebulloides, Orbulina universa, Globigerinoides trilobus trilobus, Globoquadrina altispira, dan Globorotalia acostaensis. Kehadiran

Globorotalia acostaensis pada sampel ini menjadi spesies index pada zona N16. Sampel R4K menunjukkan kehadiran Globigerina praebulloides, Orbulina universa,

Globigerinoides trilobus trilobus, Globoquadrina dehiscens, dan Globorotalia obesa. Pada sampel R7E dapat diamati Globigerina praebulloides, Orbulina universa,

Globigerinoides trilobus trilobus, dan Globoquadrina dehiscens.Sedangkan pada sampel R4J ditemukan Globigerina praebulloides, Globigerina bulloides, Orbulina universa, Orbulina suturalis, Globigerinoides trilobus trilobus, Globigerinoides trilobus immaturus, Globoquadrina altispira, Globoquadrina dehiscens, Globorotalia obesa, Globorotalia acostaensis. Kemunculan akhir Globigerina praebulloides pada sampel paling atas Satuan Napal dapat dijadikan indeks pada N17.

Berdasarkan kehadiran foraminifera planktonik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Satuan Napal Formasi Wonocolo diendapkan pada rentang umur N16–N17 atau Miosen Atas menurut Zonasi Blow (1969).

46 3.2.4.4 Lingkungan Pengendapan

Dari empat sampel batuan yang dipreparasi, seluruhnya dapat diamati foraminifera bentonnya. Sampel R2C memperlihatkan asosiasi Nodosaria sp., Gyroidina sp., Bullimina sp., Amphistegina lessonii sp., Oolina sp., Elphidium sp., yang menunjukkan asosiasi fosil lingkungan neritik luar–batial atas. Sedangkan pada Sampel R7E terdapat asosiasi Rotalia sp., Nodosaria sp., Uvigerina sp., Texturalia sp., Amphistegina lessonii, Elphidium sp., dan Bolivina sp.. Sampel ini memiliki asosiasi fosil foraminifera lingkungan neritik luar-batial atas menurut Tipsword (1966). Kedua sampel ini mewakili Satuan Napal Formasi Wonocolo bagian bawah.

Sampel R4K terdapat asosiasi Operculina sp., Gyroidina sp., Nonion sp., Uvigerina sp., Quinqueloculina sp., dan Bolivina sp., yang menunjukkan lingkungan pengendapan neritik luar-batial atas. Sampel ini mewakili satuan Napal bagian tengah. Sampel R4J yang mewakili satuan pada bagian atas memperlihatkan asosiasi Nonion sp. dan Bolivina sp., yang menunjukkan lingkungan pengendapan neritik luar-batial atas.

Pada sayatan tipis batuan (lampiran A) pada sampel R4D menunjukkan adanya kehadiran mineral glaukonit. Mineral ini terbentuk in situ yang dapat memberikan informasi untuk intepretasi lingkungan pengendapan, dalam hal ini laut (continental shelf marine) dengan laju akumulasi sedimen yang rendah.

Berdasarkan penentuan lingkungan pengendapan dari sampel–sampel yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Satuan Napal Formasi Wonocolo diendapkan pada lingkungan neritik tengah hingga batial atas pada kedalaman 100-250 meter. Asosiasi foraminifera bentonik dan rasio planktonik-bentonik menunjukkan siklus pendalaman-pendangkalan ke atas.

47 3.2.4.5 Hubungan Stratigrafi

Satuan ini memiliki hubungan yang selaras dengan Satuan batugamping Bulu yang ada di bawahnya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari kenampakan kontak satuan di lapangan pada saat dilakukan pengukuran penampang stratigrafi.

3.2.4.6 Sinonim

Trooster (1937) memperkenalkan nama Anggota Wonocolo Formasi Kawengan, kemudian Harsono Pringgoprawiro (1983) menggunakan nama Formasi Wonocolo.

3.3 STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian diamati dan dianalisis berdasarkan peta topografi, citra satelit, dan pengamatan di lapangan. Pola-pola kelurusan diintepretasikan berdasarkan citra satelit serta data DEM (Digital Elevation Model) yang dibuat dari peta topografi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan indikasi berupa kekar gerus, yang kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak.

Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian berupa kemiringan lapisan, perlipatan, dan sesar. Sumbu lipatan pada daerah penelitian diintepretasi berdasarkan pembalikan arah dip pada dua tempat yang berbeda. Struktur sesar diamati di lapangan dengan bukti kekar gerus dan pergeseran pada bukit–bukit yang terlihat jelas pada citra satelit, serta kelurusan–kelurusan pada pola aliran sungai dan bukit. Penamaan struktur sesar pada daerah penelitian ini diambil dari nama desa yang dilalui oleh sesar tersebut.

48 3.3.1 Struktur Perlipatan

Struktur perlipatan berupa sebuah antiklin yang diberi nama Antiklin Candi (nama desa yang dilalui sumbu antiklin tersebut) dengan sumbu berarah relatif barat-timur. Antiklin ini berada di bagian selatan daerah penelitian (gambar 3.10).

Gambar 3.10. Irisan peta geologi yang memperlihatkan interpretasi keberadaan Antiklin Candi

Kenampakan di lapangan merupakan sebuah perbukitan memanjang berarah barat-timur yang diinterpretasikan sebagai sayap utara dari antiklin ini. Antiklin ini diketahui dari interpretasi citra satelit, data DEM (Digital Elevation Model) (gambar 3.11), dan rekonstruksi jurus dan kemiringan pada penampang lapisan batuan pada sayap utara dan sayap selatan antiklin.

49

Gambar 3.11. Data DEM yang memperlihatkan Antiklin Candi secara regional, membantu intepretasi kemenerusan sumbu anktiklin pada selatan daerah penelitian (area di dalam kotak hijau merupakan daerah penelitian)

Berdasarkan data jurus dan kemiringan singkapan yang kemiringannya berlawanan yang diduga merupakan keberadaan dari sumbu antiklin yang melewati di daerah penelitian. Proses erosi kemudian memungkinkan satuan batuan tertua di daerah penelitian yakni Satuan batulempung Tawun untuk dapat tersingkap. Jurus dan kemiringan yang kemiringannya ke arah selatan yaitu N 500 E/ 42, N 530 E/ 43, N 830 E/ 44, sedangkan jurus dan kemiringan yang kemiringannya ke arah utara beberapa di antaranya N 510 E/ 410, N 460 E/ 440, dan N 550 E/ 460.

Dalam dokumen BAB III GEOLOGI DAERAH CANDI DAN SEKITARNYA (Halaman 27-33)

Dokumen terkait