• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji Scheffe’

Kelas N KTG F- hitung F- tabel Kesimpulan

vs 81,3889 36 203,799 4, 608 3, 091 H0ditolak

vs 74,1613 31 203, 799 3, 534 3, 091 H0ditolak

vs 66,4688 32 203, 799 0,826 3, 091 H0diterima

Sumber: Pengolahan Data (perhitungan pada Lampiran 36)

Berdasarkan perhitungan pengujian analisis data (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36) dapat disimpulkan bahwa:

a. Fhitung = 4, 608 dan taraf signifikansi 5% diperoleh = 3,091 sehingga Fhitung > yang menunjukkan bahwa ditolak berarti terdapat pengaruh model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition dengan pendekatan Lesson Study terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.

b. Fhitung = 3, 534 dan taraf signifikansi 5% diperoleh = 3, 091 sehingga Fhitung> yang menunjukkan bahwa ditolak berarti terdapat pengaruh model

pembelajaran konvensional dengan pendekatan Lesson Study terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.

c. Fhitung = 0,826 dan taraf signifikansi 5% diperoleh = 3, 091 sehingga Fhitung< yang menunjukkan bahwa 0diterima berarti Tidak terdapat pengaruh antara model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition dengan pendekatan Lesson

Study terhadap penalaran matematis.

Berarti dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually,

Repetition (AIR) dengan pendekatan lesson study memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII MTs N 1 Lampung Selatan.

F. Pembahasan

Model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) sebelumnya sudah digunakan dalam penelitian Ahmad Saiful yang berjudul Pengaruh model pembelajaran

Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa SMP Gajah Mada, dalam penelitiannya disebutkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung mempengaruhi hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah matetatis.

Setelah mengetahui proses pembelajaran yang diteliti oleh Ahmad Saiful, peneliti merasa perlu mengembangkan kembali model pembelajaran Auditory, Intelectually,

Repetition (AIR) dengan menambahkan pendekatan Lesson study untuk mengetahui hasil

dari kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki siswa.

Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Auditory, Intelectually,

Repetition (AIR) di MTs N 1 Lampung Selatan kelas VII menuntut peserta didik dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah tentang apa yang dibaca/ dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, mengajukan pertanyaan dan berbagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) akan membantu peserta didik untuk lebih memahami materi bilangan bulat yang akan memudahkan peserta didik untuk mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis.

Pada penelitian ini penulis mengambil tiga kelas sampel yaitu kelas VII B, VII C, dan VII D dengan jumlah peserta didik yang terdiri dari 36 peserta didik kelas VII B, 31 peserta didik kelas VII C dan 32 peserta didik kelas VII D. Pada kelas VII B diterapkan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson

Study, kelas VII C dengan model pembelajaran Konvensional dengan pendekatan Lesson Study, dan kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional dengan materi

yang sama yaitu bilangan bulat yang dilaksanakan 3 kali pertemuan (2 x 45 menit) untuk proses belajar mengajar dan Kemudian untuk tes dilaksanakan pada akhir pertemuan yaitu

pertemuan ke-4, dimana soal tes tersebut adalah instrumen yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya sebagai pengambilan data penelitian dengan bentuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

Soal tes terahir tersebut adalah instrument yang sesuai dengan kriteria soal pemecahan masalah matematika dan sudah diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran sebagai uji kelayakan soal. Sampel yang digunakan untuk menguji instrument adalah peserta didik kelas VIII D MTs N 1 Lampung Selatan.

Setelah hasil tes akhir diperoleh, maka selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Barlet untuk melihat kenormalan dan kehomogenan kelas tersebut. Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dan hasil pengujian homogenitas menunjukan bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen).

Setelah diketahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan dari populasi yang sama (homogen), maka dapat dilanjutkan uji hipotesis dengan menggunakan uji analisis variansi ANAVA. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji ANAVA satu jalan diperoleh bahwa Fhitung> Ftabel yang menunjukan bahwa H0ditolak. Jika H0 ditolak maka pengujian dilanjutkan dengan pengujian Scheffe. Pada pengujian Scheffe diperoleh bahwa :

a) Hipotesis pertama diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh antara model pembelajaran

Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study, dan model

pembelajaran konvensional dengan Lesson Study, yang memberikan pengaruh signifikan adalah model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study karena Fhitung > Ftabel yang menunjukan bahwa H0 ditolak. Selain itu dilihat dari rerata nilai yang diperoleh bahwa rerata nilai kemampuan pemecahan masalah untuk perlakuan pembelajaran dengan Auditory,

Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study lebih besar daripada

rerata nilai kemampuan pemecahan masalah model konvensional dengan Lesson

Study. Dengan demikian tampak jelas menunjukan bahwa model pembelajaran model Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study

menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik daripada model konvensional dengan Lesson Study..

b) Hipotesis kedua diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh antara perlakuan pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson

Study dan model konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika, model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study juga memberikan pengaruh yang signifikan daripada model pembelajaran konvensional ini terlihat karena Fhitung > Ftabel yang menunjukan bahwa H0 ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh antara perlakuan pembelajaran

Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study, dan model

konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

c) Hipotesis ketiga diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh antara perlakuan model konvensional dengan pendekatan Lesson Study terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, dan model pembelajaran konvensional saja, model pembelajaran konvensional dengan pendekatan Lesson Study tidak memberikan pengaruh yang signifikan ini terlihat karena Fhitung < Ftabel yang menunjukan bahwa H0 diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara perlakuan pembelajaran model konvensional dengan pendekatan lesson study dan model pembelajaran konvensional saja terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Dari hipotesis yang telah dipaparkan didapat bahwa pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson

Study, model pembelajaran konvensional dengan pendekatan lesson study dan model

pembelajaran konvensional saja, terletak pada model pembelajaran Auditory, Intelectually

Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study hal ini sudah terlihat dengan jelas dari

hasil kemampuan pemecahan masalah yang dihasilkan kelas eksperimen pertama atau kelas

Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study lebih besar

disbanding kelas eksperimen kedua model pembelajaran konvensional dengan pendekatan

faktor-faktor penyebab keberhasilan yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik dikelas eksperimen 1 lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah pada kels eksperimen 2 dan kelas kontrol yaitu :

a) Kebebasan peserta didik untuk membangun pengetahuan dalam proses pembelajaran membuat peserta didik kelas eksperimen 1 lebih siap untuk belajar dengan kemampuan mereka tanpa diberikan pengetahuan langsung oleh pendidik.

b) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) yang sangat menunjang perkembangan pengetahuannya, sehingga peserta didik lebih mudah mengkaji pengetahuannya dan terarah.

c) Penerapan model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) menjadikan peserta didik lebih aktif dan termotivasi untuk belajar karena peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahannya sendiri

d) Peserta didik dapat memusatkan pada kesalahan yang ia lakukan, sehingga peserta didik mampu memahami materi yang sedang dipelajari dan dapat meminimalisir kesalahan karena pendidik membahas bersama terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi peserta didik dalam memahami materi dengan memberikan solusi untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan

Lesson Study terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa MTs N 1

Lampung Selatan pada pokok bahasan bilangan bulat didapati bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengaruh model pembelajaran Auditory, Intelectually Repetition (AIR) dengan pendekatan Lesson Study terhadap kemampuan pemecahan masalah matematisnya pada materi bilangan bulat.

B. SARAN

Setelah penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis akan menyampaikan sedikit saran, yakni sebagai berikut :

1. Penyampaian materi pelajaran matematika tidak semuanya tepat diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi. Salah satunya, model pembelajaran Auditory,

2. Diharapkan pendidik dapat memilih metode atau model pembelajaran yang tepat agar mengefektifkan aktivitas belajar peserta didik sehingga berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada peserta didik.

3. Semoga apa yang diteliti dapat bermanfaat terutama bagi :

Peserta didik, dengan diterapkan model pembelajaran Auditory, Intelectually,

Repetition (AIR) peserta didik dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan.

Pendidik, dengan strategi pembelajaran yang peneliti gunakan selama penelitian dapat digunakan kembali oleh pendidik dalam menyampaikan materi berikutnya. Instansi, dengan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) yang peneliti gunakan selama penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

C. PENUTUP

Syukur ahamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan inayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menhharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sebagai pengalaman yang sangat tinggi nilainya dan bagi pembaca umumnya sebagai bahan perbendaharaan ilmu.

Dewi Anandita, S. D. (2016). Efektivitas Model Auditory Intellectually Repetition Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan , 2.

Ghulam Hamdu, L. A. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ipa.

Jurnal Penelitian Pendidikan , 163.

Hasan, M. I. (2014). Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, M. (2003). Model – model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margono. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution, S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara.

Netriwati. (n.d.). Analisis Kemampuan Mahasiswa Dalam Pemecahkan Masalah Matematis Menurut Teori Polya. Jurnal Pendidikan IAIN Raden Intan Lampung , 76.

Putra, F. G. (2017). Eksperimentasi Pendekatan Kntekstual Berbantuan Hand On Activity (HoA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. Jurnal Pendidikan

Matematik , 74.

Putra, F. W. (2013). Model Pembelajaran Langsung Bermedia Tangram Terhadap Hasil Belajar Geometri Pada Anak Berkesulitan Belajar. Jurnal Pendidikan , 1.

Riandi. (2006). Lesson Study Sebagai Alternatif Model pembinaan (supervisi) Guru di sekolah Dalam usaha mewujudkan Guru professional. Jurnal Pengajaran MIPA , 2.

Rusman. (2012). Model – model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Sari, N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Konvensional Pada Mahasiswa STMIK Di Kota Medan. Jurnal Saintech , 107.

Sudijono, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.

Sudjana, N. ( 2009). metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. (2008, februari 22). “Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil

Pembelajaran. Retrieved februari 20, 2017, from https://

akhmadsuderajat.wordpress.com

Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Supranoto, H. (2015). Penerapan Lesson Study Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogi Guru Sma Bina Mulya Gadingrejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Penelitian

Pendidikan , 163.

Suprijono, A. (2010). Coperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, M. (2010). psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

pukul 07.30 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Proses belajar mengajar di MTs N 1 Lampung Selatan dilaksanakan pada hari senin sampai sabtu, sedangkan pada hari minggu menjadi hari libur..

Adapun sarana dan prasarana di MTs N 1 Lampung Selatan seperti yang tersaji pada table berikut :

Tabel.

Keadaan Sarana dan Prasarana MTs N 1 Lampung Selatan

Jenis Ruangan Jumlah

Dokumen terkait