• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam Proses

BAB II KAJIAN TEORI

B. Pembinaan Disiplin Siswa

2. Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam Proses

a. Sebab Pelanggaran Disiplin dalam Pembelajaran

Pada dasarnya kedisiplinan dibentuk karena adanya kebutuhan dari diri individu. Pengenalan terhadap kebutuhan seorang peserta didik secara baik merupakan andil yang paling besar bagi pengendalian disiplin. Maslow

16

1) Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya.

2) Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap masa depan yang dihadapi.

3) Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya. 4) Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal oleh orang lain, merasa

berguna bai orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan sebagainya.

5) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil berbagai kputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif. 6) Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang merupakan

kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih korektif, toleran, dan spontan.24

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Bila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui cara-cara yang ada dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang kurang diterima masyarakat. Sama halnya dengan pelanggaran disiplin di sekolah yang bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya:

1) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik akan mengakibatkan peserta didik jadi submisif, apatis, atau sebaliknya agresif ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan tidak manusiawi yang mereka terima,

24

2) Kelompok besar anggota dikurangi hak-haknya sebagai peserta didik yang seharusnya menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru,

3) Tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas atau di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah,

4) Kurang dilibatkan dalam diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah, 5) Latar belakang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan

dalam kehidupan sekolah,

6) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua, dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab.

Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin tersebut sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari sebab-sebab yang tampak. Walaupun demikian memang ada juga sebab-sebab yang bersifat umum , misalnya: 1) Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin.

Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan hanya itu saja. Harus diusahakan agar peserta didik tetap sibuk dengan kegiatan bervariasi sesuai dengan tarap perkembangannya,

2) Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja,

3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.25

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin pada diri peserta didik, hadir bukan hanya karena peraturan semata. Akan tetapi pelanggaran disiplin ada, karena adanya suatu kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara benar, melainkan kebutuhan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dan tidak dapat diterima oleh lingkungan sekolah. Sejalan dengan penjelasan di atas, Prayitno dan Erman Amti dalam

25

18

bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan konseling memberikan gambaran tentang sebab-sebab melanggar tata tertib adalah sebagai berikut:

1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya;

2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat,

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif),

4) Ciri khusus perkembangan remaja yang agak ”sukar diatur” tetapi ”belum dapat mengatur diri sendiri”

5) Ketidaksukaan mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.26

Kedisiplinan juga dapat dilihat dari tingkah laku siswa itu sendiri. Tingkah laku anak didik amatlah bervariasi. Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebabnya adalah : 1) pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan

menjadi sumber negatif, penolakan, atau apatis.

2) karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya. 3) kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

4) dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tenang atau cemas. Karena itu perilaku menyimpang seorang atau dua orang bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan.

26

H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 60.

5) dari organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Sehingga tenaga mereka dipakai berjalan, harus menyesuaikan diri berkali-kali, tidak ada kstabilan, dan harus menyesuaikan terhadap guru dan metode-metodenya. Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terhambat.27

Berdasarkan beberapa sebab-sebab pelanggaran disiplin yang telah disebutkan di atas dapat terlihat bahwa siswa yang dapat melanggar disiplin bukan karena siswa tersebut ingin melakukan pelanggaran disiplin itu sendiri melainkan siswa yang terpaksa melakukan suatu tata tertib yang tidak didiskusikan kepada siswa terlebih dahulu, sehingga siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Dari pelanggaran disiplin tersebut, dapat memungkinkan berakibat sebagai berikut:

1) Tingkah laku siswa makin tidak terkendali,

2) Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dam murid, 3) Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, 4) Proses belajar-mengajar terganggu,

5) Kegiatan belajar siswa terganggu, 6) Nilai rendah,

7) Tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah.28

Dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa, sudah tentu ada sebab musababnya. Dengan demikian, siswa yang melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dapat menimbulkan akibat yang bukan hanya dirasakan oleh pihak sekolah tetapi dampaknya sangat besar terhadap siswa yang melakukan pelanggaran tersebut.

27

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 195-196.

28

20

b. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa

Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini sikap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan pembelajarannya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Kanisius dalam bukunya Pengelolaan Kelas yang Dinamis mengatakan; secara umum, siswa di kelas dari segi kedisiplinan dapat digolongkan menjadi dua kelompok.29 Kelompok pertama adalah siswa yang pada dasarnya baik, mau belajar, hormat pada guru, dan taat padanya. Tetapi hidup mereka tidak teratur. Kerja mereka acak-acakan. Tugas di kelas tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Atau bila selesai, selesainya pun asal selesai. Perhatian mereka belum terpusat pada pelajarandan mudah terpecah ke arah lain. Mereka cepat merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Kelompok kedua adalah murid yang memang mudah membuat masalah dan melanggar disiplin. Mereka nakal dan mudah berperilaku yang mengganggu kelas. Mereka mudah dan gemar membuat gaduh.mereka cenderung menolak tugas guru. Dalam mengerjakan tugas di kelas, mereka enggan untuk memulai. Entah bagaimana bentuknya, mereka mudah merusak sarana dan prasarana pendidikan di sekolah Dari kelompok manapun, perilaku yang tidak disiplin pada waktu proses belajar mengajar dan mengganggu proses belajar sangat membuat kita merasa prihatin, maka itulah dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung perlu adanya tata tertib.

29

Kanisius, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (yogyakarta: KANISIUS Anggota IKAPI 2007), Cet. Ke-1, h. 83.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bentuk-bentuk pelanggaran disiplin dibedakan menjadi dua yaitu bersifat individual dan kelompok.30

1) Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual adalah sebagai berikut:

a) Tingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, siswa yang bertingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, adalah siswa yang mempunyai perasaan ingin diperhatikan, siswa tersebut biasanya berusaha mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dikiranya dapat menarik perhatian orang lain. Apabila perilaku tersebut tidak dapat menarik perhatian orang lain (temannya), maka ia bisa saja mencari cara lain yang brutal. Tingkah lau tersebut misalnya seperti ; membadut di kelas (aktif) atau berbuat serba lamban (pasif), sehingga siswa tersebut harus diberi bantuan ekstra.

b) Tingkah laku untuk menguasai orang lain, tingkah laku untuk menguasai orang lain adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa untuk menguasai orang lain. Tingkah laku tersebut dapat bersifat aktif dan ada juga yang bersifat pasif. Perilaku yang bersifat aktif misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional (marah-marah, menangis). Sedangkan tingkah laku yang bersifat pasif misalnya selalu lupa pada peraturan-peraturan yang sudah disepakati sebelumnya.

c) Perilaku yang membalas dendam, dan siswa yang berperilaku membalas dendam adalah siswa yang merasa dirinya lebih kuat, dan yang menjadi sasaran adalah orang yang lebih lemah. Tingkah laku seperti ini di antaranya mengatai, mengancam, mencubit, memukul, menendang, dan sebagainya.

d) Peragaan ketidakmampuan.

30

22

Peragaan ketidakmampuan disini maksunya adalah siswa yang tidak mau tahu (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, misalnya menolak mentah-mentah untuk melakukan suatu pekerjaan, karena ia yakin akan menemui kegagalan. Kalaupun mau, ia melakukan tidak dengan sepenuh hati bahkan cenderung berusaha menyontek hasil pekerjaan teman yang ada di sampingnya.

2) Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut:

a) Kelas kurang kohesif (akrab), hubungan antarsiswa kurang harmonis yang dapat memunculkan kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang dapat menyebabkan proses pembelajaran mengalami hambatan. Terjadi kurang kohesifan atau keakraban biasanya disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan atau kekeliruan dalam setiap kegiatan.

b) Kesebalan terhadap norma-norma yang telah disepakati sebelumnya, tingkah laku yang secara sengaja dilakukan oleh siswa untuk melanggar norma-norma yang disepakati sebelumnya, apabila berhasil, siswa yang melakukannya merasa senang, tidak perduli orang merasa terganggu karena perbuatannya itu.

c) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggota,

d) Menyokong anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, e) Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena

dianggap tugas yang di berikannya kurang wajar.

f) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Sejalan dengan pembahasan di atas, Aunurrahman lebih jelas mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:

a) belajar tidak teratur b) daya tahan belajar rendah

c) belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian d) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap e) tidak terbiasa membuat ringkasan

f) tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g) senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas

h) sering datang terlambat

i) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).31

3) Strategi Pembinaan Siswa

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas yaitu sebagai berikut:

a) Perencanaan

Ini meliputi membuat aturan dan prosedur dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.

b) Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan

Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukan bahwa minggu pertam dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

c) Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul

Contoh, apa yang akan kita lakukan ketika siswa menantang kita secara terbuka di muka kelas ketika siswa menanyakan kita bagaimana menyelesaikan masalah yang sulit, ketika kita

31

Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-4, h. 185.

24

menangkap seorang siswa yang menyontek ketika seorang siswa hilang dan tidak mau berpartisipasi. 32

Selain itu ada tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas yaitu: a) Teknik inner control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin siswa. Teknik ini menumbuhkan kepekaan akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin harus tumbuh dari peserta didik itu sediri.

b) Teknik eksternal control

Teknik ini yaitu mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengawasan.

c) Teknik cooperative control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerjasama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas kearah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran disiplin.33

4) Peran Wali Kelas

Wali kelas merupakan wakil dari pihak sekolah yang senantiasa diharapkan dapat mendampingi, memotivasi dan memantau kegiatan siswa baik kegiatan KBM di kelas maupun kegiatan ekstra yang diselenggarakan di sekolah.

Wali kelas merupakan tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah selain sebagai tenaga pendidik dan juga merupakan pengganti orang tua (wali murid) saat-saat siswa di sekolah. Seorang wali kelas sudah seharusnya memantau bagaimana perkembangan kelas dan siswa serta memahami bagaimana karakter siswa. Seorang wali kelas

32

Eka prihatin, Mnajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung 2011, hal. 95

33

mempunyai peranan yang besar dalam setiap diri siswa, wali kelas yang baik akan membantu siswa yang sulit dalam menghadapi ketinggalan dalam belajar dikelas. Adapun tugas-tugas dari wali kelas yaitu: 34 a) Membuat denah tempat duduk

b) Mengatur daftar piket kelas c) Merekap absensi siswa

d) Mengontrol buku kegiatan pembelajaran/buku jurnalis e) Mengontrol tata tertib kelas

f) Mengisi daftar nilai siswa (legger)

g) Membimbing pelaksanaan 5K bagi kelasnya h) Menyusun catatan khusus tentang siswa

i) Mengisi buku legger dan laporan hasil belajar (rapor)

j) Membagi buku LHBS (rapor) secara langsung kepada orang tua siswa dengan tepat waktu

k) Dan seterusnya.

Sebagai seorang wali kelas, ia menjadi figure orang tua bagi murid-murid di kelasnya, tempat mengadu, berkeluh kesah, tempat mencurahkan dirinya, teman bahkan orang tuanya di rumah. Ciri-ciri wali kelas yang berhasil menjadi figure bagi siswa-siswinya di kelas adalah: 35

a) Ada keterbukaan infomasi antara siswa dan wali kelas

b) Terciptanya suasana kelas yang harmonis saling menghargai dan tolong menolong

c) Siswa segan untuk berbuat sesuatu yang membuat sesuatu yang merusak nama baik kelas dan wali kelas

d) Siswa dapat bergaul dengan sesamanya tanpa memandang suku, agama, rasa tau golongan\motivasi belajar akan meningkat seiring dengan kondisi dalam kelas yang menyenangkan

34

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran, PT Indeks, Jakarta 2013, hal.231

35

26

e) Sedapat mungkin, siswa akan tinggal di kelasnya lebih lama, dari pada di kelas lain atau kantin.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) akan berjalan lancar dan kondusif, apabila situasi di dalam kelas mendukung, yaitu:36

a) Sarana belajar berupa bangku siswa harus dalam keadaan baik dan bagus sehingga siswa menjadi nyaman dalam proses belajar.

b) Situasi kelas dalam keadaan bersih, tenang, damai dan jauh dari kebisingan.

c) Ketersediaan alat peraga sebagai pendukung proses belajar mengajar, seperti penggaris panjang, penggaris segitiga, busur dan jangka.

d) Ketersediaan papan tulis (white broad) dalam keadaan baik tanpa cacat dan dapat dipergunakan dalam proses belajar serta spidol dan penghapus.

e) Ketersediaan perlengkapan kebersihan untuk menunjang proses belajar mengajar berjalan lancar.

f) Ketersediaan papan data siswa dan kondisinya dalam keadaan baik dan sudah terisi.

g) Ketersediaan denah bangku siswa.

h) Ketersediaan gambar-gambar yang menunjang proses belajar mengajar, seperti gambar presiden, gambar wakil presiden, gambar pahlawan.

i) Ketersediaan jurnal kelas.

j) 10) Ketersediaan jam dinding dan lemari penyimpan.

Untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar dengan prestasi yang memuaskan, semua pihak memiliki kontribusi. Maka dengan itu pihak sekolah bersama-sama dengan komite sekolah hendaknya bertindak mencari solusi semua permasalahan yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan KBM yang berupa pengadaan sarana dan prasarana kelas.

36

Berdasarkan dari teori yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa peran wali kelas terkait upaya membina disiplin siswa meliputi: Melakukan pendampingan terhadap siswa dalam pembelajaran, memotivasi siswa agar disiplin, memantau kedisiplinan siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memantau kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Peran tersebut tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Diantaranya dibutuhkan suatu kerja keras bukan hanya dari wali kelas tetapi dari semua pihak yang terkait, yaitu orang tua (wali murid, guru mata pelajaran, BK dan Kepala sekolah. Keinginan/harapan dari wali kelas adalah peserta didikannya yang berbudi pekerti luhur, mampu menghormati orang tua, guru dan sesama peserta didik dan juga memiliki wawasan luas dalam segala bidang melalui teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan penguasaan berbahasa asing sebagai bekal dalam bersaing dalam persaingan pasar global.

28

Dokumen terkait