BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Sebab-sebab terjadinya Tindak Pidana Pencurian
Lili Rasjidi, dan Ira Rasjidi berpendapat, bahwa : Setiap perbuatan manusia mempunyai sebab yang merupakan faktor pendorong di lakukannya kejahatan tersebut. Pengkajian terhadap sebab timbulnya kejahatan merupakan salah satu bagian yang sangat mendapat perhatian bagi penegak hukum, khususnya Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat banyaknya faktor sebagai penyebab terjadinya peningkatan kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi juga mewujudkan dampak negatif berupa urbanisasi, kesenjangan sosial ekonomi, kepadatan penduduk, keterasingan masyarakat kota, disharmonis dalam rumah tangga, dan sebagainya. Akibat negatif ini berpengaruh pula terhadap peningkatan kejahatan.52
Selain faktor ekonomi sebagai penyebab seseorang melakukan pencurian kendaraan bermotor roda dua Lili Rasjidi, dan Ira Rasjidi, juga disebabkan oleh faktor pengaruh teman dalam pergaulan, serta hukumannya terlalu ringan, Kurangnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat tentang kejahatan, adanya kesempatan atau kelengahan dari korban, arus globalisasi dan pertambahan jumlah penduduk. Dengan demikian pengaruh lingkungan dalam pergaulan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kejahatan, khususnya pencurian dalam pemberatan, sebab lingkungan pergaulan lebih menentukan jadinya mental, karakter seseorang dari pada orang itu sendiri. Dari uraian diatas, bahwa faktor penyebab seseorang melakukan pencurian kendaraan bermotor roda dua tidak hanya di pengaruhi oleh beberapa faktor tapi kesemuanya faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.53
52
Lili Rasjidi, dan Ira Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2001, hlm. 79
53
Berdasarkan hal di atas dapat di katakan bahwa, faktor penyebab utama pencurian
kendaraan bermotor roda dua adalah di sebabkan oleh faktor dorongan ekonomi.
Kekurangan ekonomi mengakibatkan warga masyarakat tidak mempunyai
kesempatan mencapai tujuan sosial, dan menjadi pendorong potensial melakukan
pelanggaran hukum. Hal tersebut adalah fakta, bahwa kejahatan konvensional
dapat di pandang sebagai pernyataan kekurangan-kekurangan pemenuhan
kebutuhan hidup disebabkan dan dipertahankan oleh struktur sosial ekonomi yang
bersangkutan.
Mengingat pencurian kendaraan bermotor roda dua pada terakhir ini mengalami
peningkatan, sehingga perlu operasional penanggulangannya terus di tingkatkan
dengan mengikuti pengalaman-pengalaman upaya penanggulangannya yang
pernah dilakukan dan tingkat keberhasilannya, bahkan melibatkan instansi
penegak hukum lainnya seperti Pihak Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri
dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) dan bila perlu melibatkan dunia akademisi
untuk mengatasi kejahatan jenis ini. Dalam kaitannya dengan upaya
penanggulangan tindak pidana kejahatan pada umumnya, dan khusunya kejahatan
pencurian kendaraan bermotor roda dua telah di upayakan tindakan
penanggulangannya, baik yang bersifat pre-emtif, preventif, represif, maupun
treatment dan rehabilitasi yang dilakukan oleh Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan
dan Rumah Tahanan Negara (Rutan).
Tindakan preventif yakni penanggulangan terhadap suatu keadaan/ kejahatan agar
dapat dihindari atau dicegah sebelum terjadi, kemudian barulah di lakukan
melakukan kegiatan mengawasi, mengarahkan, membentuk dan mendorong
masyarakat agar menjadi law abiding citizen dan mampu menangkal kejahatan
dengan jalan melakukan penyuluhan hukum. Upaya preventif yaitu kegiatan-
kegiatan yang di tujukan untuk mencegah secara langsung terjadinya kasus-kasus
kejahatan dengan mengedepankan fungsi teknis samapta dengan melaksanakan
kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli, Operasi-operasi di lokasi
yang di duga mengandung Police Hazard (PH), juga termasuk kegiatan
pembinaan masyarakat yang di tujukan untuk memberikan dorongan segenap
lapisan masyarakat supaya dapat ikut serta dalam upaya penanggulangan
kejahatan. Sedangkan usaha penanggulangan kejahatan pencurian kendaraan
bermotor roda dua secara represif adalah dengan segera mendatangi Tempat
Kejadian Perkara (TKP), guna menolong si korban dan melakukan penangkapan
dan penahanan terhadap tersangka, dan kemudian diproses dan selanjutnya berkas
perkaranya dilimpahkan ke Kejaksaan untuk disidangkan.
Kejaksaan hendaknya berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat dengan
melakukan pendekatan penyuluhan/penerangan hukum (lahpenkum) yang
dilakukan dalam program pembinaan masyarakat taat hukum (binmatkum),
dengan cara pendekatan melalui tanya jawab persoalan hukum tujuannya untuk
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, dalam arti mengetahui hukum,
memahani hukum serta mengamalkannya dalam kehidupan sebagai masyarakat
dan warga negara yang baik.
Sedangkan Hakim dalam memutus perkara harus berdasarkan hukum serta sesuai
membuat orang yang bersangkutan takut dan menjadi sadar dan tidak mengulangi
lagi. Dengan demikian pidana yang dikenakan itu adalah untuk melindungi
masyarakat, karena pidana mempunyai pengaruh terhadap yang dikenai dan
disamping itu juga mempunyai pengaruh terhadap masyarakat pada umumnya dan
petugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) ikut berpartisipasi aktif dalam upaya
penanggulangan pencurian kendaraan bermotor roda dua dalam melakukan
beberapa tindakan seperti Upaya treatment dan rehabilitasi adalah berupa kegiatan
meliputi pemulihan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Oleh
karena itu mereka di didik untuk menguasai keterampilan tertentu guna dapat
hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat. serta memberikan pelatihan
keterampilan, dan pembinaan agama.
Sedangkan Akademisi membuat konsep/solusi yang disertai riset (penelitian) yang
kontinu dan komprehensif untuk membantu penegak hukum menyelesaikan
kejahatan ini. Yang tidak penting juga bagi masyarakat untuk menaati hukum
yang berlaku agar tercipta suasana yang aman dan damai, tidak memberikan
kesempatan dan niat pada pelaku kejahatan untuk melakukan tindakan
kriminalitas, serta meningkatkan sistem keamanan dilingkungan sekitar
IV. PENUTUP
A. Simpulan
1. Tugas dan Fungsi Polsek dalam Penanggulangan Tindak Pidana pencurian
kendaraan bermotor roda dua berdasarkan temuan di wilayah Hukum Polsek
Labuhan Maringgai sebagai kesimpulan bahwa peran/tindakan hukum Polsek
Labuhan Maringgai dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor roda dua telah berperan aktif melakukan tindakan-tindakan dalam
menangani tindak pidana pencurian kendaraan bermotor roda dua, dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Tahap I Trust Building 2005-2010 (Membangu Kepercayaan).
b. Tahap II Partnership Building 2010-2015 (membangun kemitraan).
c. Tahap III Strive For Excellent 2015-2025 (mencapai keunggulan)
d. Quck Respon (Kecepatan mendatangi TKP, Kecepatan melayani Laporan
masyarakat, peningkatan Patroli di daerah rawan.
e. Transparansi Penyidikan melalui SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkem
bangan Hasil Penyidikan) yang harus dibuat secara periodik diberitakan
kepada pelapor, korban atau keluarga tersangka untuk kasus-kasus tertentu
sebagai pertanggung jawab polri kepada publik atas kasusnya.
f. Partnership membangun kemitraan dengan mendirikan beberapa FKPM
(Forum Komunikasi Polisi Masyarakat) di beberapa tempat termasuk
2. Faktor-faktor penghambat peranan Kepolisian dalam menanggulangi
pencurian kendaraan bermotor (curanmor) roda dua di Polsek Labuhan
Maringgai Lampung Timur, keterbatasan sumber daya Reskrim dan tingkat
kesejahteraan anggota yang tidak memadai, mengakibatkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan penyidikan dan
dalam kegiatan pengumpulan data, informasi, dan keterangan yang berkaitan
dengan suatu perkara pidana, baik tentang keberadaan barang bukti ataupun
perbuatan dari sesorang yang di sangka sebagai pelaku tindak pidana, para
anggota masih sering menggunakan ancaman kekerasan ataupun dengan
kekerasan agar perkara tersebut dapat segera terungkap.
B. Saran
1. Dari kesimpulan tersebut di atas diketahui masih terjadi tindak pidana
pencurian kendaraan roda dua di wilayah hukum Polsek Labuhan Maringgai.
Untuk itu diharapkan kepada KaPolsek Labuhan Maringgai untuk menjalin
kerjasama dengan FKPM, Polmas, dan instansi samping guna meningkatkan
upaya preemtif, preventif dan represif.
2. Untuk meningkatkan pengungkapan perkara dan mengeliminir penyimpangan
yang terjadi di Polsek Labuhan Maringgai, maka kepala Satuan dan kepala
unit mempunyai peran yang sangat strategis, dimana kepala unit yang secara
langsung membawahi para penyidik/penyidik pembantu yang ada pada
unitnya, dan Kasat Reskrim sebagai penanggung jawab dari pada kegiatan
Kesatuan Fungsi Reskrim, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
kemampuan tehnis dan taktis penyidikan, harus pula di dukung pula dengan
komitmen seluruh Pimpinan Polres khususnya dan umumnya Polri secara
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997,
Barda Nawawi Arief, Filsafat Hukum Pancasila (Bahan Kuliah Umum), Disampaikan pada Ceramah Umum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, November, 2008
Darwan Prinst, Pertanggungjawaban tindak pidana narkotika. PT.Refika Aditama. Bandung, 2002.
Harun M. Husein, Kasasi Sebagai Upaya Hukum, Cetakan Pertama, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 1992.
Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar. Grafika, Jakarta. 1992.
Lili Rasjidi, dan Ira Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2001
M. Satria, Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.
Mardjono Reksodiputra, Pembaharuan Hukum Pidana, Pusat Pelayanan dan Pengendalian Hukum (d/h Lembaga Kriminologi) UI, Jakarta, 1995.
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Cetakan Pertama, Penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.
Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan
dan Membuka Kembali. PT Refika Aditama, Bandung, 2004
P.A.F. Lamintang, dan C. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, Tarsito, Bandung, 1981
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peraan Saksi, Remaja, Karyawa, Bandung, 1988
_______________, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004
_______________, Penelitian Hukum Normatif, PT. Rajawali Press, Jakarta, 1984.
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Cetakan ke empat, Penerbit: Alumni, Bandung, 1986.
Syafruddin, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II. Alumni. Bandung, 2002.
B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP
C. SUMBER LAINNYA
Ali Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Pustaka Amani. Jakarta, 1980.
JCT Simorangkir, et.al, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2003
Lukman Hakim. Kamus Bahasa Inggris. Penerbit: Tangga Pustaka, Jakarta. 1987
http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2168563-definisi-tindak- pidana-diakses tanggal 10 Oktober 2014, pukul 16.45 WIB