• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam

Gambar 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya

Keberhasilan forcing berhubungan dengan sensitivitas tanaman untuk induksi, misalnya kemungkinan terjadinya induksi alami. Pada umumnya forcing berhasil terhadap tanaman dengan sensitivitas yang tinggi. Keberhasilan forcing merupakan tanda dari waktunya induksi bunga tanaman nenas. Pertumbuhan dan pembesaran buah dapat mencapai optimum ketika kondisi pertumbuhan tanaman pun optimum (Bartholomew dan Paull, 2003).

3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam

Sulaman merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan populasi tanaman. Tanaman nenas yang terserang penyakit seperti mealybug dan busuk akar apabila tidak mati maka akan menghasilkan buah yang kecil yang akan berpengaruh terhadap produktivitas. Di PT. GGP, tanaman nenas yang baru ditanam beberapa bulan dan mati karena penyakit akan segera disulam dengan bibit lain. Pada umumnya bibit yang digunakan sebagai sulaman yaitu bibit sucker besar. Hal ini dilakukan karena bibit sulam diharapkan mengimbangi pertumbuhan tanaman asal disekitarnya.

Persentase sulam yang tinggi diduga berpengaruh terhadap tingginya buah alami. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan ukuran dan umur bibit yang digunakan terhadap bibit tanaman asal (Gambar 22).

36

(a) (b)

Gambar 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur Fisiologis (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persen sulam yang kurang dari 5% memiliki persen buah alami yang lebih tinggi dibandingkan sula man di atas 25%. Hal ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa semakin tinggi persen sulam menyebabkan buah alami yang semakin tinggi.

Tabel 6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami

Persen sulam Buah Alami (%)

<5% 6.44 5-10% 5.20 10-15% 3.27 15-20% 6.42 20-25% 3.00 >25% 0.48

Bibit sulam yang digunakan di PT.GGP berasal dari sucker yang diambil dari tanaman induk. Sucker pada umumnya muncul pada tanaman induk beberapa minggu setelah tanaman dipanen (Barholomew dan Paull,2003). Namun terdapat beberapa tanaman nenas dimana sucker muncul ketika tanaman nenas baru

37

berbuah. Bibit sucker yang berasal dari sucker yang diambil dari tanaman yang sudah dipanen dan yang berasal dari tanaman yang belum dipanen menyebabkan terjadinya perbedaan umur fisiologis ketika ditanam.

Bibit sulam yang berasal dari tanaman yang baru berbuah kemungkinan untuk terkena ripening sangat besar. Ripening dilakukan ketika tanaman nenas sudah berbuah dan bertujuan untuk menseragamkan kematangan buah dengan menggunakan bahan ethepon (GGP, 2009). Bahan ethepon terkadang diaplikasikan bersama etilen saat forcing. Sucker yang terkena aplikasi ripening menjadi lebih siap berbunga setelah terkena ethepon. Sedangkan bibit yang berasal dari tanaman yang sudah dipanen tidak terkena aplikasi ripening sehingga bila ditanam bersamaan meskipun jenis dan ukuran bibit sama tetapi umur fisiologisnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyulaman tidak berdampak terhadap banyaknya buah alami karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh seperti umur fisiologis bibit.

Karakteristik Buah Alami berdasarkan Bobot Tanaman, Panjang Daun dan Jumlah Daun

Tanaman yang berbuah alami memiliki waktu pembungaan yang lebih cepat dibandingkan tanaman normal. Waktu pembungaan yang lebih cepat diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ve getatif yang lebih cepat pula sehingga terdapat dugaan bahwa tanaman berbuah alami berasal dari tanaman nenas yang pertumbuhan vegetatifnya lebih tinggi (vigor) (Gambar 23).

Gambar 23. Perbedaan Uk uran Tanaman Buah Alami (kiri) dengan Tanaman Normal (kanan)

38

Tabel 7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal Perlakuan Kebun 047E Kebun 086A Kebun 031B Kebun 002B Kebun 068B Kebun 070H Rerata Perlakuan Buah Alami 4.58 3.36 4.19 3.93 4.58 5.86 4.42 Tanaman Normal 4.76 3.41 2.53 3.42 3.83 3.81 3.63

Tabel 8. Perbandingan Panjang Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal Perlakuan Kebun 047E Kebun 086A Kebun 031B Kebun 002B Kebun 068B Kebun 070H Rerata Perlakuan Buah Alami 76.5 94.8 75.3 77.1 78.64 74.3 79.44 Tanaman Normal 79.4 77.16 80.5 77.4 82.04 81.22 79.62

Tabel 9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal Perlakuan Kebun 047E Kebun 086A Kebun 031B Kebun 002B Kebun 068B Kebun 070H Rerata Perlakuan Buah Alami 69 55 72 73 70 90 72 Tanaman Normal 62 72 46 71 59 72 64

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara buah alami dan tanaman normal berdasarkan bobot tanaman, jumlah daun dan panjang daun. Hal ini menunjukkan bahwa buah alami tidak disebabkan oleh faktor genetik namun diduga terdapat faktor lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan yang lebih berpengaruh terhadap adanya buah alami.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap bunga alami yaitu panjang hari, suhu dan radiasi sinar matahari. Menurut Taiz dan Zeiger (1991), Smooth Cayenne merupakan varietas tanaman dengan panjang hari yang pendek, misalnya pembungaan dapat terjadi pada panjang hari berapapun namun dapat dipercepat

39

dengan panjang hari yang lebih pendek. Induksi bunga pada Smooth Cayenne lebih mudah terjadi pada panjang hari 8 jam sehari dibandingkan 10,12 atau 16 jam sehari (Friend dan Lydon ,1979).

Gowing (1961) mencoba menggunakan Smooth cayenne pada suhu dimalam hari dari 15, 23 dan 26ºC. Berdasarkan hasil percobaannya ditemukan bahwa suhu 15ºC pada malam hari menginduksi pembungaan ketika ada kombinasi dengan panjang hari yang pendek selama 30 hari. Selain itu terdapat bukti yang menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari memiliki pengaruh terhadap induksi bunga alami. Induksi alami yang terjadi pada daerah yang jauh dari ekuator terjadikarena kombinasi panjang hari yang pendek dan suhu yang dingin. Namun induksi alami juga terjadi di daerah-daerah ekuator ,dimana pada umumnya panjang hari tetap dan suhu rata-rata tinggi (Bartholomew dan Paull, 2003).

Pengaruh Curah Hujan terhadap Buah Alami

Salah satu faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu curah hujan. Curah hujan berpengaruh tidak langsung terhadap buah alami. Kondisi curah hujan yang tinggi akan me yebabkan akar tanaman nenas terendam terutama ketika drainase kurang baik. Sedangkan ketika curah hujan sangat rendah menyebabkan akar tanaman nenas kesulitan mendapatkan air. Kondisi stress yang dialami tanaman nenas seperti kerusakan akar akibat pathogen atau tanah yang terendam dapat menginduksi pembungaan (Bartholomew dan Paull, 2003). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi tanah disekitar tanaman ne nas menjadi tergenang. Hal ini ditunjukkan dengan tanah yang retak-retak dan berlumut setelah tergenang (Gambar 24).

Tanah disekitar tanaman nenas yang terendam terlalu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas terhambat. Tanaman nenas akan berukuran kecil dan daun tanaman nenas akan berwarna kekuning-kuningan. Tanaman yang berukuran kecil dan daun yang berwarna kekuningan ini akan akan menghasilkan buah yang kecil bahkan tanaman menjadi tidak berbuah dan akan

40

mengurangi produktifitas. Oleh karena itu drainase yang baik sangat diperlukan agar ketika curah hujan tinggi, tanah disekitar tanaman nenas tidak tergenang yang dapat menyebabkan tanaman nenas stress sehingga menghasilkan etilen yang menginduksi bunga maupun pertumbuhan nenas menjadi terhambat sehingga tanama n nenas menjadi kecil (Gambar 24).

Gambar 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air

Akar yang tergenang akibat tanah yang terendam air meningkatkan produksi etilen yang merangsang pembungaan. Kekeringan dan kelebihan air sering dihubungkan terhadap pembungaan pada spesies tanaman daerah tropis dan subtropis. Selain itu peningkatan produksi etilen sering berhubungan dengan stress air pada tanaman (Yang and Hoffman, 1984). Tetapi menurut Min (1995), kelebihan air tidak berakibat terhadap produksi etilen atau pembungaan. Kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasar daun D-Leaf dengan rata-rata 100% tetapi tidak menginduksi bunga. Fakta bahwa kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasarnya adalah peningkatan kerentanan tanaman untuk berbunga dan mungkin dikarenakan akibat dari situasi lain. Banyak terjadi ketidakkonsistenan akibat kondisi air terhadap inisiasi pembungaan kemungkinan disebabkan perbedaan dalam pemberian jumlah air. Kekurangan atau kelebihan air secara tiba-tiba kemungkinan menyebabkan terhentinya semua proses enzim, termasuk inisiasi bunga.

Gambar 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008

Hubungan rata-rata curah hujan dan rata-rata buah alami tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 menunjukkan buah alami tertinggi terjadi pada bulan Juli (2003), Desember (2004), Desember (2005), Mei (2006), Desember (2007), dan Mei (2008). Buah alami terbanyak terjadi pada tahun 2005-2008. Pada umumnya buah nenas dipanen pada waktu 5 bulan setelah tanaman berbunga. Buah alami yang dipanen pada bulan Februari 2005 (509 ton) mengalami masa induksi bunga pada bulan September 2004. Curah hujan sebelum bulan September 2004, yaitu bulan Juli (83.5 mm) dan Agustus (0 mm) 2004 terlihat berbeda jauh. Hal yang sama terlihat pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2007 (662 ton). Curah hujan antara Mei (41 mm) dan Juni (194 mm) yang berbeda jauh diduga menginduksi adanya bunga di bulan Juli. Hal ini menunjukkan perubahan curah hujan secara tiba-tiba diduga merangsang etilen pada tanaman nenas yang menginduksi bunga. Namun tidak semua buah alami tertinggi disebabkan hal yang sama. Buah alami yang dipanen pada bulan Mei 2008 (1 825 ton) tidak dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan pada bulan Oktober (114 mm) dan November (181 mm) 2007. Meskipun perbedaan curah hujannya tidak terlalu jauh namun buah alami pada bulan Mei 2008 tinggi. Hal ini diduga karena curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober dan November 2007 menyebabkan tanah-tanah sekitar tanaman nenas menjadi tergenang. Hal yang sama terjadi pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2008. Perbedaan curah hujan antar bulan Juni (30.5 mm) dan Juli (7 mm) 2007 tidak terlalu jauh namun kondisi curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman nenas mengalami stress kekeringan sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan etilen yang akan menginduksi pembungaan. Ini merupakan indikasi bahwa kondisi curah hujan yang tinggi dan rendah dapat memicu produksi etilen tanaman nenas yang menyebabkan tanaman berbunga.

Dokumen terkait