• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Buah Alami Tanaman Nenas (Ananas Comosus l. Merr) di p.t. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Buah Alami Tanaman Nenas (Ananas Comosus l. Merr) di p.t. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(

Ananas comosus

L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT

PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

DINDIN ADRIYANA

A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

DINDIN ADRIYANA, Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami pada Tanaman Nenas ( Ananas Comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Di bimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya nenas. Aspek khusus yang diamati dalam magang ini adalah adanya buah alami yang merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Great Giant Pineapple. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 12 Febuari dan berakhir pada tanggal 18 Juni 2008 di Plantation Group 1 (PG 1) PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

(3)

Judul : IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS ( Ananas comosus L. Merr ) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Nama : DINDIN ADRIYANA NRP : A24052784

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si. NIP. 1963 0923 1988 11 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomidan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito , M.Sc. NIP. 19611101 198703 1003

(4)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINDIN ADRIYANA A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung, propinsi Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Ayah M. Adnan Boer dan Ibu Yeti Mulyati.

Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Nilem IV, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 51 Ba ndung. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMAN 12 Bandung. Tahun 2005 penulis diterima di Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya maka magang dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami Tanaman Nenas (Ananas comosus, L. Merr) di PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. GREAT GIANT PINEAPPLE sehingga dapat meningkatkan produksi buah dan mengefisisienkan biaya pemanenan perusahaan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Moha mad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku dosen pembimbing , atas bimbingan dan saran selama melaksanakan magang maupun penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sobir, M.Si dan Dr. Ir. Endah R. Palupi, M.Sc selaku dosen penguji dalam siding.

3. Ir. Priyo Cahyono selaku pembimbing lapang dan seluruh staff dan karyawan di PT. Great Giant Pineapple.

4. Ayahanda M. Adnan Boer, ibunda Yeti Mulyati, dan adik-adikku tercinta Nanang Setiawan dan Devy Swasti Argyarini yang tak pernah putus dalam memberikan doa dan semangat.

5. Didin dan M.Syaifudin Abdurrahim, teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan menemani selama magang di PT. GGP.

6. Rekan-rekan mahasiswa baik jurusan Agronomi dan Hortikultura serta jurusan dan Fakultas lain IPB dan penghuni Wisma Madani yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan baik materiil, moril dan spiritual.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Semoga Allah SWT merahmati kita semua.

Bogor, Agustus 2009

(7)

DAFTAR ISI

Kultivar Smooth cayenne ... .9

Buah Alami ... .9 Manajemen Produksi PT. GGP ... 13

Kegiatan Budidaya nenas PT. GGP ... 17

Kegiatan Selama Magang……… ... 28

Pengamatan Buah Alami... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran dan Rekomendasi ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas

PT. GGP Tahun 2009... 2

2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP... 15

3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP...16

4. Hubungan Jenis Bibit terhadap Buah Alami……… 33

5. ... Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami………... 34

6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami………. 36

7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal……….. 38

8. Perbandingan Panjang Daun Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………. 38

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper……. 18

2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harror………..… 18

3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow……..… 19

4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow………..… 19

5. Penghancuran Agregat dengan Alat Cultivator-Celly………...… 20

6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat subsoiler………..… 20

7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk ridger……….… 21

8. Lahan yang Sudah Dibuat Jalan dan Saluran Air……… 21

9. Contoh Desain Lokasi………..… 22

10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c) ………..… 23

11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker………..… 23

12. Mesin Dipping……… 24

13. Kegiatan Penanaman……… 24

14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC………...… 26

15. Kegiatan Forcing di Malam Hari……… 27

16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP………..… 28

17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman……….… 29

18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD………..… 30

19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami…………...………. 31

20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit………..… 32

21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya……….… 35

22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal……… 36

23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami (kanan) dengan Tanaman Normal (kiri)……… ……37

24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air……… 40

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009 ...49

2. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple………. ...50

3. Peta Lokasi 002B……… 51

4. Peta Lokasi 031B……… 52

5. Peta Lokasi 047E……… 53

6. Peta Lokasi 070H……….. 54

7. Peta Lokasi 086A………. 55

8. Peta Lokasi 068B……… 56

9. Struktur Organisasi PG 1 PT GGP……….. 57

10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP……….. 58

11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit...59

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nenas mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000, perdagangan nenas mencapai 51% dari total 2.1 juta ton seluruh perdagangan buah dan Indonesia menempati posisi yang ketiga dari negara- negara penghasil nenas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippina (Coveca, 2000). Produksi nenas di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1427.781 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 dengan produksi mencapai 2237.858 ton (BPS, 2007).

Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Salah satu produk nenas yang memiliki nilai ekonomis besar yaitu nenas olahan. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49.32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005).

(12)

2

Bahkan komoditas nanas kaleng asal Provinsi Lampung sudah meraih devisa US$ 28.15 juta) selama triwulan I tahun 2007 (Agribisnis Indonesia, 2008).

PT. GGP sebagai produsen nenas terbesar di Indonesia, produksi tinggi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian penting. Masih banyak permasalahan yang ditemui meskipun sudah menerapkan teknologi dan sistem penanaman yang intensif. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan untuk memecahkannya sehingga produksi bisa lebih meningkat. Salah satu permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah buah alami.

Buah alami yaitu buah yang dihasilkan dari tanaman yang berbuah lebih cepat dari tanaman sekitarnya. Buah alami pada tanaman nanas merupakan masalah serius untuk perkebunan-perkebunan besar yang berskala komersial. Hal ini karena buah alami akan merusak rencana produksi. Buah alami yang tidak seragam umur buahnya menyebabkan perlu dilakukan penjadwalan khusus untuk pemanenan dan dilakukan secara manual sehingga akan meningkatkan biaya dan mengurangi efisiensi pemanenan dan kualitas panen. Selain itu buah alami juga akan mengurangi persentase dari buah yang akan dijual. Panen buah alami pada Januari - Mei 2009 di seluruh Plantation Group (PG) PT. GGP dapat mencapai 11.2% dari total nenas yang dipanen (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas

(13)

3

Tujuan

1) Mendapatkan kemampuan teknis dan manajerial dalam usahatani tanaman nenas skala besar.

2) Mendapatkan kemampuan untuk menganalisis masalah dan mendapatkan solusi pemecahan masalah tersebut terutama faktor-faktor penyebab terjadinya buah alami.

(14)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Nenas

Nenas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Anenas comosus. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui bahwa Amerika Selatan merupakan daerah asal tanaman nenas, yaitu daerah Brazil, Paraguay dan Argentina, karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya (Nakasone and Paull, 1998) Pada abad ke-16, tanaman nenas mulai dikenal di Filipina dan Malaysia, termasuk di Indonesia (Verheij dan Coronel, 1997).

Nenas terdiri dari berbagai kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi (Samson, 1980). Berdasarkan karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure. Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan Paull ,1999).

Tanaman nenas memiliki nama tertentu di setiap daerah dan negara. Tanaman ini disebut pina (Spanyol), pineapple (Inggris), apangdan (Filipina), maneas (kamboja), yannat (Thailand), thom (Vietnam), neneh (Sumatera), ganas (Sunda) (Verheij dan Coronel, 1997).

Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman nenas berupa tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm dengan sebaran daun sekitar 130-150 cm (Collins, 1968). Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae dengan genus Ananas dan spesies Ananas comosus.

Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian pangkalnya memeluk poros utama (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Collins (1968), bagian atas permukaan daun cukup halus, tapi bagian bawah permukaan daun berombak atau beralur.

(15)

5

sekitar 20-25 cm dengan diameter sekitar 2 – 3.5 cm (Collins, 1968). Batang dari tanman nenas beruas-ruas pendek. Pada batang akan tumbuh tunas samping, tunas samping ini akan tumbuh menjadi cabang dan cabang ini dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Ashari, 1995).

Bunga nenas bersifat majemuk, memiliki banyak bunga (sampai 200 kuntum) yang tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunga nenas merupakan bunga sempurna yang mempunyai tiga kelopak (spalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma bercabang tiga (Hutabarat, 2003).

Buahnya berbentuk silinder dengan panjang ± 20 cm, diameter ±14 cm, bobot 1-2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota (crown) , daging buahnya kuning pucat sampai kuning keemasan, umumnya tidak berbiji (Verheij dan Coronel, 1997).

Tanaman nenas memilki akar serabut yang banyak mengandung air. Akar nenas dangkal dan tersebar luas (Sunarjono, 2004). Perakaran pada tanaman nenas diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu akar primer, akar sekunder dan akar adventif (Collins, 1968).

Perbanyakan pada tanaman nenas dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual, tetapi karena perbanyakan aseksual lebih mudah, cepat dan hasil yang didapatkan lebih banyak maka perbanyakan secara aseksual lebih bnayak digunakan. Tunas akar (ratoon), tunas batang (sucker), tunas buah (slip), anakan dan mahkota (crown) adalah bagian tanaman nenas yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tanaman nenas dapat juga diperbanyak dengan menggunakan kultur jaringan. Lamanya waktu dari mulai tanam sampai panen tergantung pada bahan perbanyakan yang digunakan (Nakasone and Paull, 1998).

Ekologi Nenas

(16)

6

cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nenas antara 100 - 1 200 m dpl.

Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32ºC dan pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29ºC (Sanford, 1962). Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25ºC, dengan suhu harian sekitar 10ºC. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk pertumbuhan nenas adalah 23-32ºC.

Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya uk uran buah akan semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi.

Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menurun (Deptan, 2004).

Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering hangus (Sunarjono, 2004).

(17)

7

Budidaya Nenas

Keberhasilan penanaman nenas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nenas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal- tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang.

Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian disekilingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air.

Teknik penanaman nenas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris tunggal (single row) dan sistem baris rangkap (double row). Single row pada umumnya menggunakan jarak tanam 30 x 60 cm sedangkan untuk double row menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm x 90 cm. Kedalaman tanam sekitar 12 cm. Setelah ditanam tanah disekitar bibit sebaiknya dipadatkan agar bibit dapat berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik (Samson, 1980).

Pemeliharaan tanaman nenas meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. Kegiatan penyulaman nenas diperlukan, karena bibit nenas sering tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nenas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nenas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun. Setelah dilakukan penyiangan dilakukan pemupukan. Pembubunan dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nenas berdiri kuat.

(18)

8

kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Tanaman nenas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nenas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat (Deptan, 2004).

Panen

Buah nenas yang masih muda memiliki mata buah yang berwarna abu-abu atau hijua muda. Sedangkan bila telah mencapai keadaan tua maka warnanya berangsur-angsur berubah menjadi hijau muda atau hijau tua. Kemudiaan saatnya telah matang maka mata buah akan berubah dari keadaan datar menjadi berlubang dibagian tengah. Akhirnya buah menjadi besar dan kurang keras dan lebih beraroma. Untuk jenis smooth cayenne warna buah akan berubah menjadi kuning muda atau kuning keemasan (Muljohardjo, 1983).

Panen buah nenas dilakukan setelah nenas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis dan ukuran bibit yang digunakan (Samson, 1980). Bibit yang berasal dari bibit besar dipanen pada umur 19 bulan, bibit yang berasal dari bibit sedang dipanen pada umur 21 bulan dan bibit yang berasal dari bibit ukuran kecil dipanen pada umur 23 bulan (GGPC, 2009).

(19)

9

Kultivar Smooth Cayenne

Jenis cayenne merupakan jenis nenas yang terkenal di dunia. Jenis ini sangat baik untuk dikalengkan. Tinggi batangnya 20-50 cm, dengan tangkai buah panjang 7-15 cm. Panjang daun mencapai 100 cm dan lebar kurang lebih 6.5 cm. Bentuk daun menyerupai saluran yang dangkal dengan pinggiran yang lurus. Permukaan daun bagian atas hijau tua dengan disertai adanya bercak-bercak berwarna merah coklat yang tidak teratur. Daunnya panjang melengkung lebar, sedangkan pangkalnya melekat dengan sudut yang tajam. Kultivar Smooth Cayenne memiliki daun yang tidak berduri, oleh karena itu disebut smooth. Jumlah bunga rata-rata 150, tetapi biasanya bervariasi bergantung pada lingkungannya. Warna daun bunga biru pucat dengan kilapan ungu yang tidak begitu jelas. Buahnya tumbuh di atas tangkai buah dengan ukuran yang berbeda-beda dan rata-rata berat buah 2.5 kg. Bentuknya silindris dan mempunyai garis tengah yang lebih besar di bagian pangkal dan di bagian ujung. Buah yang mempunyai ukuran lebih besar dari rata-rata, biasanya pangkal pangkal ke ujung semakin meruncing bentuknya. Sedangkan buah yang ukurannya dibawah rata-rata bentuknya hamper silindris (Muljohardjo, 1983).

Kandungan asam dan gula pada varietas Smooth Cayenne lebih tinggi dibandingkan pada kebanyakan varietas lain (Collins, 1968). Siklus produksi Smooth Cayenne lebih panjang dibandingkan pada kebanyakan kultivar lain terutama pada iklim yang dingin. Smooth Cayenne sensitif terhadap banyak hama dan penyakit (mealybug, fusarium, putus akar) dan pencoklatan daging buah (Rohrbach and Schmitt, 1994). Selain itu, Smooth Cayenne pun toleran terhadap Phytophtora sp. (Py and Teisson, 1987) dan tahan terhadap kegagalan buah yang disebabkan Erwinia chrysanthemi Burkbolder (Lim and Lowings, 1979).

Buah Alami

(20)

10

dan Malezieux (1994), inisiasi pembungaan tanaman nanas dipengaruhi keadaan fisiologi, panjang hari, dan suhu. Buah alami pada tanaman nanas, selain merupakan faktor iklim, juga merupakan hasil tingkat pertumbuhan tanaman, dimana tanaman telah mencapai ukuran yang cukup untuk mendukung rangsangan lingkungan (Bartholomew dan Kadzimin, 1977).

Induksi bunga secara alami sebelum waktu pelaksanaan forcing menjadi masalah penting. Kematangan buah alami yang tidak seragam akan merusak jadwal panen. Panen yang tidak seragam menyebabkan panen harus dilakukan secara manual sehingga menaikkan biaya produksi. Selain itu, buah yang muncul lebih awal dibandingkan tanaman lain yang masih berbunga berpotensi mengandung kandungan nitrat yang tinggi karena beberapa kali terkena aplikasi foliar (GGPC, 2009). Pada beberapa daerah, terutama daerah subtropik, dalam beberapa tahun, pembungaan yang terjadi lebih awal dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi karena buah yang dihasilkan terlalu kecil atau terlalu sedikit untuk dipanen (Bartholomew dan Paull, 2003).

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan nenas milik PT. GGP Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai sejak 12 Februari 2009 hingga 18 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Melakukan pekerjaan teknis dan manajerial meliputi pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan berat tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun, pengujian unsur hara tanaman dan pengamatan buah alami.

Setelah semua kegiatan dilaksanakan, kegiatan berfokus pada pengamatan buah alami karena merupakan pemasalaha n yang dialami PT. Great Giant Pineapple pada saat itu.

Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan langsung tanaman yang berbunga sebelum dilakukan forcing (buah alami) dan tanaman yang baru berbunga karena forcing (tanaman nomal) di lapangan kemudian dilakukan beberapa pengukuran. Data sekunder yang digunakan yaitu pengamatan persen bunga bulan Maret 2009, data panen buah alami di seluruh lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008, produksi buah alami tahun 2003-2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah hujan tahun 2003-2003-2009, dan status lokasi tahun 2007.

Sedangkan dari data panen buah alami tahun 2008, data sulam 2006-2007, dan status lokasi 2007 diambil 100 lokasi contoh untuk melihat hubungan antara parameter jenis bibit, persen sulam, dan waktu forcing terhadap banyaknya buah alami. Dari data yang ada dilakukan scatter plot untuk melihat sebaran buah alami

pada setiap parameter. Setiap titik pada scatter plot merupakan lebih dari satu contoh memiliki nilai persen buah alami yang sama. Uji analisis ragam yang

(22)

12

Pelaksanaan Pengamatan

Penetapan Lokasi Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang sudah dilakukan forcing sehingga dapat dilihat tanaman normal dan tanaman yang berbuah alami. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu lokasi buah alami terbanyak pada saat pengamatan persen bunga bulan Februari 2009 (Lampiran 1). Penetapan lokasi yang akan diamati diupayakan dapat mewakili sebagian besar wilayah PG1. Oleh karena itu diambil enam lokasi yang mewakili enam wilayah di PG1 dengan buah alami terbanyak di setiap wilayahnya. Peta PG1 dan lokasi- lokasi yang dijadikan lokasi pengamatan dapat dilihat di Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan secara acak di daerah pingir dan daerah tengah lokasi contoh. Contoh yang diambil berjumlah lima tanaman normal dan lima tanaman berbuah alami. Tanaman dicabut bersama akarnya untuk dilakukan pengamatan. Setelah dilakukan pengamatan, tanaman kembali ditanam.

Pengamatan Contoh

Masing- masing dari tanaman normal dan berbuah alami diambil sebanyak lima tanaman dan dilakukan pengamatan :

1. Pengukuran panjang daun D-Leaf. Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang terpanjang yang mewakili pertumbuhan tanaman. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan tali ukur dari ujung basal daun hingga ujung daun.

2. Jumlah daun. Pengukuran jumlah daun dihitung dari daun pangkal tanaman yang masih segar hingga daun terdekat buah.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Produksi PT. GGP

Profil Perusahaan

PT. GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979 di Terbanggi Besar, Propinsi Lampung. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan tanaman ne nas jenis Smooth cayenne yang cocok untuk dikalengkan. Sebelum fokus membudidayakan tanaman nenas, perusahaan pernah membudidayakan papermin, singkong, semangka, dan jagung. Namun dengan permasalahan yang banyak dialami dan belum dapat diatasi pada saat itu, akhirnya komoditas difokuskan pada budidaya tanaman nenas. Pada awal berdirinya perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan nenas ini dipelopori PT. Umas Jaya Farm. Kini dibawah naungan PT. Sewu Segar Group. PT. GGP berada bersama perusahaan agroindusti lain seperti PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) dan PT. Great Giant Livestock (PT. GGLV). Selama 20 tahun lebih, PT. GGP telah mengembangkan industri ne nas untuk mencapai kualitas produk yang sempurna.

Pada tahun 1983 PT. GGP membangun pabrik pengolahan nenas ditempat yang sama dengan lahan budidaya nenas. PT GGP mendorong untuk pengembangan dan peningkatan mutu varietas ne nas secara berkelanjutan melalui budidaya nanas yang intensif dan terintegrasi penuh dengan proses pengalengan nanas. Pada akhir tahun 1984, PT. GGP telah mampu mengekspor produk nanas kaleng sebanyak empat kontainer.

(24)

14

PT. GGP telah berkembang pesat sejak memulai produksinya secara komersial. Pada saat ini PT. GGP merupakan perusahaan pengalengan ne nas ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah membangun suatu reputasi pasar yang cukup kuat. PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia.

Letak Geografi dan Administrasi

PT. GGP secara administratif terletak di Terbanggi besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Perkebunan PT. GGP memiliki luas sekitar 32 200 ha (80 000 acre)denganbudidaya utama nanas varietas Smooth Cayenne. Perkebunan nanas PT. GGP berada pada 4 o 59' Lintang Selatan dan 105 o 13' Bujur Timur dan berjarak 77 Km dari Kota Lampung yang dapat ditempuh melalui jalur darat, laut dan udara.

Area PG 1 PT. GGP di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bandar Agung, Desa Lempayung Bandar, Desa Kayu Polis, Desa Bandar Sakti dan Desa Tanjung Anom. Sebelah barat berbatasan dengan CV. Bumi waras sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kijung.

Keadaan Iklim dan Tanah

(25)

15

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

PT. GGP memiliki lahan seluas 32 200 ha dengan status Hak Guna Usaha dan yang efektif ditanami baru seluas 20 000 ha.

Produksi

Produk olahan dengan bahan baku buah nanas yang di produksi oleh PT. GGP antara lain : Nanas Kaleng, Coacktail, Concentrate, Juice nanas, Nata de coco, Tepung tapioka. Produksi PT GGP sampai sekarang ini sudah terjual ke 33 negara diantaranya : Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Jepang, Kanada, Timur Tengah, Korea dan Taiwan. Perkembangan jumlah produksi olahan buah nenas PT. GGP tahun 1991-2003 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP

(26)

16

PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Sumberdaya manusia PT.GGP banyak direkrut dari tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar perusahaan dengan tujuan untuk memberikan lapangan pekerjaan yang sekaligus dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar. Jumlah dan perkembangan tenaga kerja PT. GGP tahun 1990-2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

(27)

17

PT. GGP memperkerjakan sekitar 18 000 pekerja di perkebunan dan di pabrik. Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak di PT. GGP membuat PT. GGP menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas sehari- hari dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitas. Dengan dukungan komitmen manajemen, PT. GGP memberikan kontribusi dengan menciptakan industri manufaktur yang ramah lingkungan. Keberhasilan perusahaan dapat dicapai karena pengembangan produksi yang inovatif dan mengusahakan kawasan produksi yang terpadu, serta dedikasi dan kualitas kerjasama yang baik dari seluruh karyawan. Agar proses produksi PT. GGP dapat berjalan dengan lancar maka dilakukan pembagian kerja yang jelas dan digambarkan dalam struktur organisasi (Lampiran 9).

Lahan PT. GGP seluas 32 200 ha dibagi menjadi tiga areal produksi yang dinamakan Plantation Group (PG) 1, PG2, dan PG 3. Setiap PG memiliki luas kurang lebih 8 000 ha dan dipimpin oleh seorang manager. Manager bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi di PG. Seluruh aktivitas produksi di PG dapat dikelompokkan menjadi perawatan tanaman, research, pengadaan lahan dan panen. Setiap aktivitas produksi dipimpin oleh seorang kepala bagian (Kabag). Untuk membantu dalam pengontrolan dan pengelolaan plantation, maka manager dibantu oleh enam kepala wilayah (kawil) dimana setiap kawil diberi tanggung jawab untuk mengelola 1 300 ha. Setiap kawil membawahi beberapa mandor wilayah seperti mandor tanam, mandor panen, mandor forcing, mandor bibit, dan lain- lain. Mandor memiliki beberapa buruh harian lepas dalam menjalankan tugasnya.

Kegiatan Budidaya Nenas PT. GGP

Persiapan Lahan

(28)

18

1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas

Kegiatan penghancuran tanaman nanas dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat yang disebut chopper. Chopper akan mencacah menjadi potongan-potongan kecil dan diharapkan potongan-potongan kecil tanaman nenas tersebut dapat mempercepat proses pembusukan dan menyuburkan tanah (Gambar 1).

Gambar 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper

2. Penggaruan (Harrowing)

Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah menjadi granulasi (butiran tanah) yang lebih halus (kecil), sehingga tercipta sistem aerasi, drainase dan struktur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman nanas. Disamping itu penggaruan juga bertujuan untuk mematikan tanaman pengganggu (gulma), semak belukar, mencacah serasah tanaman sebelumnya, meratakan bekas guludan dan mencampur dengan tanah pada kedalaman tanah. Penggaruan menggunakan alat yang disebut Rotary Hallow (Gambar 2).

(29)

19

3. Pembajakan (Ploughing)

Pembajakan yaitu membalik dan menggemburkan tanah pada kedalaman tertentu. Untuk lahan yang banyak tumbuh gulma alang-alang pembajakan dilakukan lebih dalam untuk mematikannya. Alat yang digunakan Molboard Plow dan Diskplow (Gambar 3).

Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow

4. Penggaruan Akhir

Penggaruan akhir merupakan kegiatan melembutkan bongkahan-bongkahan tanah dan sekaligus meratakan permukaan tanahnya. Alat yang digunakan sama dengan kegiatan penggaruan yaitu Rotary Harrow (Gambar 4).

(30)

20

5. Penghancuran Agregat

Penghancuran agregat menggunakan alat Cultivator-Celly yang bertujuan agar bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil (Gambar 5).

Gambar 5. Penghancuran agregat dengan alat Cultivator-Celly

6. Pemecahan Lapisan Dalam

Setelah bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil, kegiatan selanjutnya yaitu pemecahan lapisan dalam. Pemecahan lapisan dalam merupakan kegiatan penghancuran tanah dibawah lapisan topsoil dengan tujuan untuk menciptakan interna l drainase yang lebih baik. Alat yang digunakan adalah Subsoiler (Gambar 6).

(31)

21

7. Pembuatan Guludan

Pembuatan guludan bertujuan membuat tempat penanaman tanaman. Alat yang digunakan yaitu Disk Ridger (Gambar 7).

Gambar 7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk Ridger

8. Pembuatan Jalan dan Saluran Air

Kegiatan persiapan lahan terakhir yaitu pembuatan jalan. Beberapa jenis jalan pada lahan yaitu jalan plot untuk membedakan plot dalam satu seksi, jalan blok atau jalan seksi untuk membedakan antara seksi yang satu dengan seksi yang lain termasuk jalan transportasi kendaraan di lahan. Selain pembuatan jalan juga dibuat saluran air. Saluran air terdiri dari saluran sekunder dan tersier. Saluran air yang dibuat bertujuan agar dapat menampung air pada musim kemarau dan memperlancar aliran air pada musim hujan agar tanaman nenas tidak tergenang. Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan dan saluran air yaitu motor grader. Lahan yang sudah dibuat jalan dan saluran air siap untuk ditanami (Gambar 8).

(32)

22

Pemetaan dan Desain

Pemetaan dan desain dilakukan sebelum penanaman pada lahan yang sudah siap. Pemetaan dan desain yang dilakukan antara lain pemetaan topografi, gambar desain lokasi, pemetaan luas, dan gambar luas lokasi (Gambar 9). Peta dan gambar lokasi akan memudahkan dalam mencari lokasi untuk melaksanakan kegiatan penanaman, perawatan tanaman dan panen.

Gambar 9. Contoh Desain Lokasi Pembibitan dan Penanaman

Kegiatan dan pembibitan yang dilakukan antara lain: 1. Asal bibit

(33)

23

(a) (b) (c) Gambar 10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c)

2. Seleksi Bibit

Bibit yang sudah dipanen dikelompokan berdasarkan ukuran besar, sedang dan kecil. Ukuran bibit sucker dibedakan berdasarkan diameter bonggol (Gambar 11). Pembagiannya yaitu sucker besar 4.2-5 cm, sucker sedang 3.5-4.2 cm dan sucker kecil 2.5-3.5 cm. Sedangkan pada bibit crown dibedakan berdasarkan panjang bibit. Pembagiannya yaitu crown besar 25-33 cm, crown sedang dan crown kecil 15-16 cm dan 12-14 cm. Bibit macro section dibedakan berdasarkan panjang bibit sesuai dengan bibit crown dengan pembagian ukuran yang sama.

Setelah bibit dibedakan berdasarkan ukuran selanjutnya bibit diberi kode (Lampiran 3). Pengkodean bibit akan memudahkan dalam mengetahui jenis bibit yang dipakai di suatu lahan.

Gambar 11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker 3. Dipping

(34)

24

yang diangkut akan celupkan ke dalam kolam berisi cairan insektisida dan fungisida di mesin dipping (Gambar 12). Dipping bertujuan untuk melindungi bibit dari serangan hama mealybug dan jamur (Pythopthora serta Thilaviopsis).

Gambar 12. Mesin Dipping

4. Penanaman

Setelah bibit dilakukan dipping, bibit dibawa ke lokasi tanam untuk dilakukan penanaman. Ada dua jenis jarak tanam yang digunakan di PT. GGP yaitu jarak tanam 27.5 cm x 60 cm atau 25 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar 30 cm. Kegiatan penanaman dilakukan secara manual menggunakan alat koret kecil atau koret (Gambar 13).

(35)

25

Perawatan Kebun

Perawatan kebun dilakukan setelah tanaman ditanam dengan tujuan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik. Beberapa kegiatan perawatan antara lain:

1. Pengendalian Gulma

Agar tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik maka tumbuhan yang menjadi penggangu harus dikendalikan. Pada umumnya gulma yang ada pada tanaman nenas tumbuh disekitar tanaman nenas yang menyebabkan persaingan dalam mendapatkan unsur hara maupun tumbuh dengan menutupi tanaman nenas sehingga menghalangi tanaman nenas mendapatkan cahaya matahari. Tanaman nenas yang terserang gulma dengan tingkat serangan yang tinggi menyebabkan terhambat pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil, tidak berbuah bahkan mati. Kegiatan pengendalian gulma meliputi Pre emergence (pencegahan serangan) baik sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi post emergence (penanganan ketika serangan) maupun aktivitas manual weeding(pencabutan gulma) yang dilakukan dengan mencabut gulma yang sudah tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.

2. Pemupukan

(36)

26

Gambar 14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan pengendalian hama yang berupa mealybug, semut serta fungi-jamur dengan cara menyemprot tanaman dengan insektisida dan fungisida yang dilakukan bersamaan dengan aplikasi foliar spray, sedangkan untuk pengendalian semut dilakukan dengan memasang umpan semut untuk membunuh koloni semut dan ratu-nya. Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi karena tanaman dapat tidak berbuah bahkan mati.

4. Sanitasi Kebun

Sanitasi kebun yaitu kegiatan untuk membersihkan lokasi kebun dari sampah dan tumpukan hasil pengumpula n bonggol sucker, cabutan tanaman nanas liar dan rumput hasil weeding. Hal ini dilakukan untuk mengurangi populasi semut dan mengurangi inang mealybug.

Forcing dan Pemanenan

Forcing dan pemanenan dilakukan dari masa tanaman nenas siap berbunga sampai buah tanaman nenas dipanen. Beberapa kegiatannya antara lain :

1. Forcing

(37)

27

dilakukan secara serempak. Forcing menggunakan bahan gas etilen yang dicampur dengan kaolin sebagai adsorben dan dilakukan pada malam hari karena pada malam hari stomata tanaman nanas membuka dan suhu ideal untuk tanaman agar berhasil berbunga yaitu dibawah 24°C (Gambar 15).

Gambar 15. Kegiatan Forcing di Malam Hari

2. Ripening

Ripening yaitu proses aplikasi bahan etepon pada buah yang berumur 3-5 hari sebelum panen agar buah dapat masak atau matang seragam. Kegiatan ripening menggunakan alat BSC.

3. Panen

(38)

28

Gambar 16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP

Kegiatan Selama Magang

Pengamatan Aspek Teknis dan Manajerial

Pengamatan aspek teknis dan manajerial dilakukan selama 2 bulan yang terdiri dari orientasi kebun dan pengamatan time motion study (survey waktu kerja), penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.

1. Survey Time Motion Study

Orientasi kebun dan Time motion study (TMS) dilakukan bersamaan selama 3 minggu. Surve y TMS yaitu menghitung efektifitas jam kerja staf Agri research sebagai quality control (pengamat) dalam melaksanakan aktivitasnya. Tujuan dari survey ini adalah mengukur efektifitas jam kerja pengamat selama ini sehingga dapat diketahui kesesuaian produktivitas pengamat dengan upah yang mereka dapat.

(39)

29

istirahat (Gambar 17). Kegiatan dilakukan di tiga divisi PG1 yaitu divisi Lakop yang berada di PG 1, divisi Kijung yang berada di bagian timur PG 1 dan divisi Dua di bagian barat PG 1.

2. Norm Reference

Norm reference merupakan salah satu riset yang dilakukan oleh Agri Research PG 1 PT. GGP. Tujuan dari riset ini yaitu dapat mengetahui defisiensi tersembunyi pada tanaman nenas. Agri Research PG 1 memiliki hipotesa bahwa ketidakseragaman pertumbuhan pada tanaman nenas bukan disebabkan karena kekurangan atau kelebihan dalam pemberian unsur hara melainkan ada rasio unsur hara yang tidak sesuai. Rasio unsur hara yang diamati yaitu N/P, N/K, Ca/Mg, dan K/Mg dan Fe/Zn.

Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil tanaman nenas dengan kategori sangat kecil, sedang dan besar. Setiap kategori diambil sepuluh tanaman. Pengambilan contoh dilakukan pada tiga fase pertumbuhan yaitu fase balibu (dibawah lima bulan), fase cepat (6-10 bulan) dan fase lambat (>10 bulan). Tanaman contoh yang sudah diambil lalu dihitung jumlah daun, bobot tanaman, panjang daun, lebar daun dan warna daun D-Leaf . Daun D-Leaf yang sudah diamati kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur hara mikro dan makronya.

3. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) versus Analisis Daun

Pada umumnya, cara yang dilakukan di PT. GGP untuk mengetahui kandungan klorofil pada daun yaitu dengan menganalisis di laboratorium atau

(40)

30

dengan klorofilmeter. Klorofilmeter yang jumlahnya terbatas dan harga yang cukup mahal serta biaya analisis daun yang cukup maha l menjadi pertimbangan untuk dapat menemukan cara lain dalam mengukur kandungan klorofil dengan hasil yang akurat. Analisis BWD diharapkan dapat mengganti penggunaan klorofilmeter dan analisis daun di laboratorium. Cara yang digunakan yaitu memberikan nilai pada setiap level warna daun antar 0-25%, 25-50%, 50-75%, >75% (keterangan : Nilai tersebut merupakan persen pupuk yang tidak terserap) kemudian dicocokkan dengan warna daun pupus (F-Leaf) (Gambar 18). Setiap daun F-Leaf pada level warna daun kemudian diukur dengan klorofilmeter atau dianalisis untuk mendapatkan nilai kandungan klorofil. Hasil pengukuran warna daun dengan BWD kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran klorofilmeter dan analisis daun.

Gambar 18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD

4. Mengikuti aktivitas kebun dan perkantoran

(41)

31

Pengamatan Buah Alami

Buah alami merupakan istilah untuk tanaman nenas yang berbunga sebelum dilalukan forcing. Tanaman-tanaman yang berbunga terlebih dahulu dibandingkan tanaman lain menyebabkan ketidakseragaman dalam waktu berbuah Ketidakseragaman yang terjadi tidak hanya berupa waktu berbuah tetapi juga pada ukuran dan kematangan buah (Gambar 19).

(a) (b)

Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu ukuran bibit yang digunakan, pelaksanaan waktu forcing, persentase sulaman dan curah hujan.

1. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit

Perbanyakan bibit tanaman nenas pada umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif yaitu tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Jenis bibit yang digunakan di PT. GGP pada umumnya adalah tunas akar (sucker) dan mahkota buah (crown).

Berdasarkan ukurannya bibit dikelompokkan menjadi bibit dengan ukuran besar, sedang dan kecil. PT. GGP me miliki alat dan standar ukuran sendiri dalam mengelompokkan bibit berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan seperti ini diharapkan dapat menseragamkan pertumbuhan tanaman sehingga memudahkan

(42)

32

dalam perawatan tanaman, penentuan waktu forcing maupun panen. Bibit bibit yang sudah dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukurannya selanjutnya akan ditanam dengan jarak tanam dan kedalaman yang sama.

Ukuran bibit diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Bibit-bibit yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat berpeluang menghasilkan bunga yang lebih cepat dibandingkan bibit-bibit yang berasal dari bibit-bibit dengan ukuran sedang maupun kecil. Untuk membuktikan hal ini, dari 100 lokasi contoh panen buah alami PG 1 tahun 2008 dikelompokkan berdasarkan umur forcingnya. Kemudian dilakukan scatter plot untuk melihat sebarannya (Gambar 20).

Gambar 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit

Dari Gambar 20 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada standar umur bibit 14 bulan (bibit besar) dibandingkan bibit 16 bulan (bibit sedang) dan 18 bulan (bibit kecil). Berdasarkan data tersebut, bibit besar memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan buah alami dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil.

(43)

33

terhadap bibit kecil. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan nyata antara bibit besar terhadap bibit sedang dan kecil sedangkan antara bibit sedang terhadap bibit kecil tidak berbeda nyata (Tabel 4).

Tabel 4. Hubungan Jenis bibit terhadap Buah Alami

Jenis bibit Buah Alami (%)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan uji t taraf 5%

Sucker dapat disimpan tanpa mengalami kemunduran vigor. Sucker berukuran besar dapat mencapai lebih dari 1.5 kg. Bibit sucker dapat mencapai berat forcing yang lebih cepat dibandingkan slip atau crown. Bibit besar terutama yang berasal dari sucker memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan waktu forcing. Bibit besar dilakukan forcing pada umur 14 bulan sedangkan bibit sedang pada umur 16 bulan dan bibit kecil pada umur 18 bulan. Umur forcing bibit besar lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Pertumbuhan yang lebih cepat inilah yang diduga menyebabkan peluang buah alami dari bibit besar lebih tinggi dibandingkan dari bibit sedang maupun bibit kecil.

2. Sebaran Buah Alami berdasarkan Waktu Forcing

(44)

34

menyebabkan forcing diundur atau dimajukan sesuai dengan kondisi tanaman. Forcing yang diundur dan dimajukan ini diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami.

Berdasarkan uji t dengan taraf 5% terlihat bahwa forcing yang dipercepat maupun diundur tidak berbeda nyata di bandingkan forcing yang dilakukan tepat waktu. Persentase dan sebaran buah alami terbanyak terjadi pada pelaksanaan forcing yang diundur 1 bulan (Tabel 5).

Tabel 5. Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami

Waktu Forcing Buah Alami (%)

Cepat 2 bulan 4.29 ± 0.0520

Cepat 1 bulan 5.44 ± 0.0629

Tepat Waktu 6.20 ± 0.0749

Undur 1 bulan 6.97 ± 0.0992

Undur 2 bulan 3.17 ± 0.0400

Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada forcing yang diundur 1 bulan kemudian menurun pada forcing yang tepat waktu, forcing yang dipercepat 1 bulan dan dipercepat 2 bulan. Pengunduran jadwal forcing diduga menghasilkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan forcing yang dilakukan tepat waktu ataupun yang dipercepat.

(45)

35

Gambar 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya

Keberhasilan forcing berhubungan dengan sensitivitas tanaman untuk induksi, misalnya kemungkinan terjadinya induksi alami. Pada umumnya forcing berhasil terhadap tanaman dengan sensitivitas yang tinggi. Keberhasilan forcing merupakan tanda dari waktunya induksi bunga tanaman nenas. Pertumbuhan dan pembesaran buah dapat mencapai optimum ketika kondisi pertumbuhan tanaman pun optimum (Bartholomew dan Paull, 2003).

3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam

Sulaman merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan populasi tanaman. Tanaman nenas yang terserang penyakit seperti mealybug dan busuk akar apabila tidak mati maka akan menghasilkan buah yang kecil yang akan berpengaruh terhadap produktivitas. Di PT. GGP, tanaman nenas yang baru ditanam beberapa bulan dan mati karena penyakit akan segera disulam dengan bibit lain. Pada umumnya bibit yang digunakan sebagai sulaman yaitu bibit sucker besar. Hal ini dilakukan karena bibit sulam diharapkan mengimbangi pertumbuhan tanaman asal disekitarnya.

(46)

36

(a) (b)

Gambar 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur Fisiologis (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persen sulam yang kurang dari 5% memiliki persen buah alami yang lebih tinggi dibandingkan sula man di atas 25%. Hal ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa semakin tinggi persen sulam menyebabkan buah alami yang semakin tinggi.

Tabel 6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami

Persen sulam Buah Alami (%)

<5% 6.44

5-10% 5.20

10-15% 3.27

15-20% 6.42

20-25% 3.00

>25% 0.48

(47)

37

berbuah. Bibit sucker yang berasal dari sucker yang diambil dari tanaman yang sudah dipanen dan yang berasal dari tanaman yang belum dipanen menyebabkan terjadinya perbedaan umur fisiologis ketika ditanam.

Bibit sulam yang berasal dari tanaman yang baru berbuah kemungkinan untuk terkena ripening sangat besar. Ripening dilakukan ketika tanaman nenas sudah berbuah dan bertujuan untuk menseragamkan kematangan buah dengan menggunakan bahan ethepon (GGP, 2009). Bahan ethepon terkadang diaplikasikan bersama etilen saat forcing. Sucker yang terkena aplikasi ripening menjadi lebih siap berbunga setelah terkena ethepon. Sedangkan bibit yang berasal dari tanaman yang sudah dipanen tidak terkena aplikasi ripening sehingga bila ditanam bersamaan meskipun jenis dan ukuran bibit sama tetapi umur fisiologisnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyulaman tidak berdampak terhadap banyaknya buah alami karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh seperti umur fisiologis bibit.

Karakteristik Buah Alami berdasarkan Bobot Tanaman, Panjang Daun dan Jumlah Daun

Tanaman yang berbuah alami memiliki waktu pembungaan yang lebih cepat dibandingkan tanaman normal. Waktu pembungaan yang lebih cepat diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ve getatif yang lebih cepat pula sehingga terdapat dugaan bahwa tanaman berbuah alami berasal dari tanaman nenas yang pertumbuhan vegetatifnya lebih tinggi (vigor) (Gambar 23).

(48)

38

Tabel 7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Tabel 8. Perbandingan Panjang Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Tabel 9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara buah alami dan tanaman normal berdasarkan bobot tanaman, jumlah daun dan panjang daun. Hal ini menunjukkan bahwa buah alami tidak disebabkan oleh faktor genetik namun diduga terdapat faktor lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan yang lebih berpengaruh terhadap adanya buah alami.

(49)

39

dengan panjang hari yang lebih pendek. Induksi bunga pada Smooth Cayenne lebih mudah terjadi pada panjang hari 8 jam sehari dibandingkan 10,12 atau 16 jam sehari (Friend dan Lydon ,1979).

Gowing (1961) mencoba menggunakan Smooth cayenne pada suhu dimalam hari dari 15, 23 dan 26ºC. Berdasarkan hasil percobaannya ditemukan bahwa suhu 15ºC pada malam hari menginduksi pembungaan ketika ada kombinasi dengan panjang hari yang pendek selama 30 hari. Selain itu terdapat bukti yang menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari memiliki pengaruh terhadap induksi bunga alami. Induksi alami yang terjadi pada daerah yang jauh dari ekuator terjadikarena kombinasi panjang hari yang pendek dan suhu yang dingin. Namun induksi alami juga terjadi di daerah-daerah ekuator ,dimana pada umumnya panjang hari tetap dan suhu rata-rata tinggi (Bartholomew dan Paull, 2003).

Pengaruh Curah Hujan terhadap Buah Alami

Salah satu faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu curah hujan. Curah hujan berpengaruh tidak langsung terhadap buah alami. Kondisi curah hujan yang tinggi akan me yebabkan akar tanaman nenas terendam terutama ketika drainase kurang baik. Sedangkan ketika curah hujan sangat rendah menyebabkan akar tanaman nenas kesulitan mendapatkan air. Kondisi stress yang dialami tanaman nenas seperti kerusakan akar akibat pathogen atau tanah yang terendam dapat menginduksi pembungaan (Bartholomew dan Paull, 2003). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi tanah disekitar tanaman ne nas menjadi tergenang. Hal ini ditunjukkan dengan tanah yang retak-retak dan berlumut setelah tergenang (Gambar 24).

(50)

40

mengurangi produktifitas. Oleh karena itu drainase yang baik sangat diperlukan agar ketika curah hujan tinggi, tanah disekitar tanaman nenas tidak tergenang yang dapat menyebabkan tanaman nenas stress sehingga menghasilkan etilen yang menginduksi bunga maupun pertumbuhan nenas menjadi terhambat sehingga tanama n nenas menjadi kecil (Gambar 24).

Gambar 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air

(51)

Gambar 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008

(52)

Hubungan rata-rata curah hujan dan rata-rata buah alami tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 menunjukkan buah alami tertinggi terjadi pada bulan Juli (2003), Desember (2004), Desember (2005), Mei (2006), Desember (2007), dan Mei (2008). Buah alami terbanyak terjadi pada tahun 2005-2008. Pada umumnya buah nenas dipanen pada waktu 5 bulan setelah tanaman berbunga. Buah alami yang dipanen pada bulan Februari 2005 (509 ton) mengalami masa induksi bunga pada bulan September 2004. Curah hujan sebelum bulan September 2004, yaitu bulan Juli (83.5 mm) dan Agustus (0 mm) 2004 terlihat berbeda jauh. Hal yang sama terlihat pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2007 (662 ton). Curah hujan antara Mei (41 mm) dan Juni (194 mm) yang berbeda jauh diduga menginduksi adanya bunga di bulan Juli. Hal ini menunjukkan perubahan curah hujan secara tiba-tiba diduga merangsang etilen pada tanaman nenas yang menginduksi bunga. Namun tidak semua buah alami tertinggi disebabkan hal yang sama. Buah alami yang dipanen pada bulan Mei 2008 (1 825 ton) tidak dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan pada bulan Oktober (114 mm) dan November (181 mm) 2007. Meskipun perbedaan curah hujannya tidak terlalu jauh namun buah alami pada bulan Mei 2008 tinggi. Hal ini diduga karena curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober dan November 2007 menyebabkan tanah-tanah sekitar tanaman nenas menjadi tergenang. Hal yang sama terjadi pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2008. Perbedaan curah hujan antar bulan Juni (30.5 mm) dan Juli (7 mm) 2007 tidak terlalu jauh namun kondisi curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman nenas mengalami stress kekeringan sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan etilen yang akan menginduksi pembungaan. Ini merupakan indikasi bahwa kondisi curah hujan yang tinggi dan rendah dapat memicu produksi etilen tanaman nenas yang menyebabkan tanaman berbunga.

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan teknis dan manajerial yang dilakukan meliputi pengamatan time motion study quality control pembibitan sampai panen. Kegiatan selanjutnya fokus pada masalah utama perusahaan pada saat itu yaitu buah alami.

Tanaman nenas yang berasal dari bibit berukuran besar menyebabkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan bibit yang berukuran sedang dan berukuran kecil.

Waktu pelaksanaan forcing tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah alami namun terdapat kecenderungan pelaksanaan forcing yang di undur 1 bulan menghasilkan tanaman berbuah alami yang lebih banyak.

Tingginya persen sulam tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah alami. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya umur fisiologis bibit sulam

Karakteristik morfologi tanaman berbuah alami berdasarkan berat tanaman, panjang daun dan jumlah daun tidak berbeda dengan tanaman normal. Hal ini menunjukkan tanaman berbuah alami tidak berasal dari tanaman-tanaman yang vigor melainkan ada pengaruh lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan.

Perbedaan curah hujan yang tiba-tiba dan curah hujan yang tinggi dan rendah pada masa pembentukan buah diindikasikan berpengaruh terhadap adanya buah alami.

Saran dan Rekomendasi

1. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kelas bibit, sulam dan pelaksanaan forcing terhadap adanya buah alami.

2. Perlu dilakukan pengamatan khusus mengenai akar tanaman nenas dalam kondisi kelebihan dan kekurangan air dan serangan penyakit.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal

Attayaya. 2008. Nanas-Standar Produksi.

http://attayayabelajar.bloger.com/nanas-standar produksi. [11 November 2008]

Augusto, G. 2001. Inhibition Of Natural Flowering In Pineapple, Cv. Perola, With Growth Regulators. Pineapple News 8: 8

Augusto, G. 2004. Inhibiting Natural Flowering on Pineapple. Pineapple News 11:18

BAPPENAS. 2005. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan : tentang budidaya tanaman pertanian, Nenas (Ananas comossus).

http://warintek.com. [11 November 2008]

Bartholomew, D.P. and Kadzimin, S. B. (1977) Pineapple. In: Alvim, P. T. and Kozlowski, T.T. (eds) Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press, New York, pp. 113-156

Bartholomew, D.P. and Malezieux, E. (1994) Pineapple. In: Schaffer, B. and Anderson, P. 9eds) Handbook of Environmental Physiology of Fruits Crops, Vol. II CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 371-388

Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple: botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p.

Biro Pusat statistic. 2007. Horticulture Statistic. http://bps.go.id. [3 November 2008]

Chomchalow, Narong. 2004. Fruit of Vietnam. FAO Regional Office for Asia and the Pacific. Bangkok.

Collins, J. L. 1968. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London. 292 p.

Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta

(55)

46

Friend, D.J.C. and Lydon, J. 1979. Effect of daylength on flowering, growth, and CAM of Pineapple (Ananas comosus L.Merr). Botanical Gazette 140, 280-283

Gowing, D. P. (1961) Experiments on the photoperiodic response in Pineapple. American Journal of Botany 48, 16-21

Hapton, A. and Hodgson, A.S. 2003. Processing. In Bartholomew D.P, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.

Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal

Muljohardjo, Muchji. 1983. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas comosus (L) Merr). Liberty. Yogyakarta. 100 hal

Lim, W. H. and Lowings, P. H. 1979. Pineapple fuit collapse in Peninsular Malaysia: symptom and varietal susceptibility. Plant disease Reporter 63, 170-174

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New York

Neild, R.E. and Boshell, F. (1976) An agroclimatic procedure and survey of the pineapple production potencial of Colombia. Agricultural Meteorology 17, 81-92

Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.

Py, C., lacoueuilhe, J.J. and Teisson, C.1987. The Pineapple : Cultivation and Uses. G.P. Maisonnevue et Larose. Paris. 568 p.

Purba, F.H.K. 2008. Perkembangan ekspor nenas Indonesia sebagai salah satu komodotas pertanian dalam daya saing pasar dunia. http://agribisnis.deptan.go.id. [14 Desember 2008]

Rohrbach, K. G. and Schmitt, D. P. 1994 Pineapple. In: Ploetz, R.C., Zentmyer, G.A., Nishiyima, W.T. and Rohrbach, K.G (eds). Compendium of Tropical Fruit Disesase. APS Press, St Paul, Michigan, pp. 45-55.

Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York

(56)

47

Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta

Taiz, L. and Zeiger, E. (1991) Plant Physiology. Benjamin / Cummings, Menlo Park, California. 559 pp.

Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam : Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tengga ra 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal

(57)
(58)

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Lampiran 10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP

12 77C DGP CR/SK-EXTRAKECIL-CLONE

13 7-C CGP CR-EXTRAKECIL-CLONE

14 1-1C EAP CR-SEC-BESAR-CLONE

15 3-3C ECP CR-SEC-SEDANG-CLONE

16 5-5C EEP CR-SEC-KECIL-CLONE

17 7-7C EGP CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE

18 -11C FAP SK-SEC-BESAR-CLONE

19 -33C FCP SK-SEC-SEDANG-CLONE

20 -55C FEP SK-SEC-KECIL-CLONE

21 -77C FGP SK-SEC-EXTRAKECIL-CLONE

22 111C GAP SK/CR-SEC-BESAR-CLONE

23 333C GCP SK/CR-SEC-SEDANG-CLONE

24 555C GEP SK/CR-SEC-KECIL-CLONE

25 777C GGP SK/CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE

26 -1C TSA SECTION BESAR

27 -3C TSC SECTION SEDANG

28 -5C TSE SECTION KECIL

29 -7C TSG SECTION EXTRAKECIL

(68)

No besar

(69)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(

Ananas comosus

L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT

PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

DINDIN ADRIYANA

A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(70)

RINGKASAN

DINDIN ADRIYANA, Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami pada Tanaman Nenas ( Ananas Comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Di bimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya nenas. Aspek khusus yang diamati dalam magang ini adalah adanya buah alami yang merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Great Giant Pineapple. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 12 Febuari dan berakhir pada tanggal 18 Juni 2008 di Plantation Group 1 (PG 1) PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

(71)

Judul : IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS ( Ananas comosus L. Merr ) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Nama : DINDIN ADRIYANA NRP : A24052784

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si. NIP. 1963 0923 1988 11 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomidan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito , M.Sc. NIP. 19611101 198703 1003

(72)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS

(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINDIN ADRIYANA A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(73)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung, propinsi Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Ayah M. Adnan Boer dan Ibu Yeti Mulyati.

Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Nilem IV, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 51 Ba ndung. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMAN 12 Bandung. Tahun 2005 penulis diterima di Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB.

(74)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya maka magang dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami Tanaman Nenas (Ananas comosus, L. Merr) di PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. GREAT GIANT PINEAPPLE sehingga dapat meningkatkan produksi buah dan mengefisisienkan biaya pemanenan perusahaan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Moha mad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku dosen pembimbing , atas bimbingan dan saran selama melaksanakan magang maupun penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sobir, M.Si dan Dr. Ir. Endah R. Palupi, M.Sc selaku dosen penguji dalam siding.

3. Ir. Priyo Cahyono selaku pembimbing lapang dan seluruh staff dan karyawan di PT. Great Giant Pineapple.

4. Ayahanda M. Adnan Boer, ibunda Yeti Mulyati, dan adik-adikku tercinta Nanang Setiawan dan Devy Swasti Argyarini yang tak pernah putus dalam memberikan doa dan semangat.

5. Didin dan M.Syaifudin Abdurrahim, teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan menemani selama magang di PT. GGP.

6. Rekan-rekan mahasiswa baik jurusan Agronomi dan Hortikultura serta jurusan dan Fakultas lain IPB dan penghuni Wisma Madani yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan baik materiil, moril dan spiritual.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Semoga Allah SWT merahmati kita semua.

Bogor, Agustus 2009

(75)

DAFTAR ISI

Kultivar Smooth cayenne ... .9

Buah Alami ... .9 Manajemen Produksi PT. GGP ... 13

Kegiatan Budidaya nenas PT. GGP ... 17

Kegiatan Selama Magang……… ... 28

Pengamatan Buah Alami... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran dan Rekomendasi ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(76)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas

PT. GGP Tahun 2009... 2

2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP... 15

3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP...16

4. Hubungan Jenis Bibit terhadap Buah Alami……… 33

5. ... Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami………... 34

6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami………. 36

7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal……….. 38

8. Perbandingan Panjang Daun Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………. 38

Gambar

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP
Tabel 3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP
Gambar 2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harrow
Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Az elmúlt évtizedekben strukturált partnerségi keretek (Partnerség a Békéért, Mediterrán Párbeszéd, Isztambuli Együttműködési Kezdeményezés, Globális

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan edible coating dari pati sukun ( Artocarpus altilis ) dengan berbagai variasi gliserol terhadap sifat

Umum – Badan Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU-BPPH) yang baru dibentuk—yang mengelola sekurang-kurangnya US$ 2,2 miliar dari DR—sampai pertengahan 2009 belum berhasil

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

• Anda sekarang dapat menyembunyikan layer vektor dengan menghilangkan tanda cen- tang pada kotak yang berada di sebelah layer tersebut dalam Layers list.Dengan demikian pembuatan

Lebih lanjut (Edwards dan Bohlen, 1986 dalam Parthasarathi, 2007) mengungkapkan vermicomposting merupakan proses biologi yang tergantung pada cacing dan aktivitas

Keramahan terhadap mahasiswa Modus Memiliki wawasan yang luas Kreatif, dinamis dan inovatif Bijak dalam menghadapi masalah Bersikap dan berprilaku jujur Cara penyampaian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan cara ekstraksi dan pelarut apakah yang dapat menghasilkan kadar vanilin yang tertinggi dalam ekstrak