• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Sebaran Nilai SV Sepanjang Lintasan Penelitian

Sebaran nilai yang dimaksud adalah sebaran nilai SV-E1. Hal ini

disebabkan karena terdapat banyak file yang tidak memiliki pantulan E2. Sebaran nilai hambur balik volum dasar perairan (SV) sepanjang lintasan penelitian dapat dilihat dalam dua perbedaan, yaitu pada saat menggunakan ketebalan integrasi 0,20 meter dan 0,40 meter.

Gambar 8 dan Gambar 9 memperlihatkan sebaran nilai SV saat integrasi 0,20 m dan 0,40 m pada setiap lintang dan bujur sepanjang lintasan penelitian. Sebaran nilai SV pada setiap integrasi dibagi dalam 11 kelas. Perbedaan dalam setiap selang kelas sebesar 3 dB untuk lebih mempermudah dalam melihat pola sebaran yang dihasilkan.

Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 dapat diperoleh keterangan bahwa nilai hambur balik volum dasar perairan dengan menggunakan data Sv maksimum pada ketebalan integrasi 0,20 m dan 0,40 m mempunyai selang nilai yang sama, tetapi memiliki jumlah frekuensi yang berbeda pada selang nilai yang sama. Nilai SV pada saat ketebalan integrasi 0,20 meter memiliki nilai maksimum sebesar

-10,36 dB, nilai minimum sebesar -43,33 dB, dan rata-rata sebesar -13,64 dB. Nilai SV pada saat ketebalan integrasi 0,4 meter memiliki nilai maksimum sebesar -10,34 dB, nilai minimum sebesar -43,33 dB, dan rata-rata sebesar -11,69 dB.

Adapun perbedaan nilai hambur balik volum dasar perairan di sepanjang lintasan penelitian diduga dipengaruhi oleh berbagai tipe substrat. Pulau Pari berdasarkan hasil analisis citra dengan Citra Landsat ETM+ oleh Wikanti (2004)

diketahui bahwa material penyusun lahannya merupakan sedimentasi pasir, sedangkan kelima pulau lainnya adalah karang bercampur dengan pasir.

Berdasarkan hasil studi Pujiyati (2008) menyatakan bahwa nilai hambur balik dasar perairan dari pantulan E1 di setiap substrat di Kepulauan Seribu menunjukkan hambur balik dasar perairan dari substrat karang memiliki nilai yang paling besar diikuti hambur balik dari substrat pasir, pasir berliat, pasir berlumpur, dan lumpur berpasir.

Data hasil pengukuran berdasarkan studi Purnawan (2009) menyatakan bahwa kisaran nilai bottom backscattering strength dasar laut bersubstrat pasir di gugusan Pulau Pari sebesar -16,35 dB hingga -9,74 dB. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan dua variabel akustik yang didapatkan dari hasil pengukuran yaitu bottom volume backscattering strength (SVb) dan bottom surface

backscattering strength (SSb), dimana keduanya diperoleh dari nilai maksimum SV raw data. Nilai hasil studi Purnawan (2009) tidak jauh berbeda dengan nilai SV pada penelitian ini, yaitu memiliki nilai ratarata pada integrasi 0,2 m sebesar -13,64 dB, dan nilai rata-rata pada integrasi 0,40 m sebesar –11,69 dB.

106.57 106.58 106.59 106.6 106.61 106.62 106.63 106.64 106.65 106.66 -5.89 -5.88 -5.87 -5.86 -5.85 -5.84 -5.83 L in ta n g S el a ta n Bujur Timur (derajat) P.Pari P.Burung P.Tikus P.Tengah P.Kongsi Barat

P.Kongsi Tengah P.Kongsi Timur

-43,33 dB s.d -40,33 dB -40,33 dB s.d -37,33 dB -37,33 dB s.d -34,33 dB -34,33 dB s.d -31,33 dB -28,33 dB s.d -25,33 dB -31,33 dB s.d -28,33 dB -25,33 dB s.d -22,33 dB -22,33 dB s.d -19,33 dB -19,33 dB s.d -16,33 dB -16,33 dB s.d -13,33 dB -13,33 dB s.d -10,33 dB Keterangan : (d er a ja t)

106.57 106.58 106.59 106.6 106.61 106.62 106.63 106.64 106.65 106.66 -5.89 -5.88 -5.87 -5.86 -5.85 -5.84 -5.83 L in ta n g S el a ta n Bujur Timur (derajat) P.Pari P.Burung P.Tikus P.Tengah P.Kongsi Barat

P.Kongsi Tengah P.Kongsi Timur

-43,33 dB s.d -40,33 dB -40,33 dB s.d -37,33 dB -37,33 dB s.d -34,33 dB -34,33 dB s.d -31,33 dB -28,33 dB s.d -25,33 dB -31,33 dB s.d -28,33 dB -25,33 dB s.d -22,33 dB -22,33 dB s.d -19,33 dB -19,33 dB s.d -16,33 dB -16,33 dB s.d -13,33 dB -13,33 dB s.d -10,33 dB Keterangan : (d er a ja t)

Pada Tabel 5 disajikan sebaran nilai berupa selang kelas dan frekuensi kemunculan nilai SV pada integrasi 0,20 m dan 0,40 m berdasarkan nilai E1. Hubungan antara antara jumlah frekuensi yang bervariasi dengan besarnya kisaran nilai SV pada integrasi 0,20 m dan 0,40 m juga disajikan pada bentuk grafik, yaitu pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Sebaran nilai SV pada ketebalan integrasi 0,20 m dan integrasi 0,40 m dapat dilihat dari perbedaan warna yang menandakan pada selang kelas berapa

lingkaran berwarna tersebut mendominasi lintasan lintasan penelitian. Nilai SV pada integrasi 0,20 m lebih kecil daripada nilai SV pada integrasi 0,40 m. Peta sebaran nilai SV pada integrasi 0,20 m terlihat bahwa warna lingkaran yang mendominasi adalah warna merah bata yaitu pada selang -16,33 dB sampai -13,33 dB dan dengan rata-rata nilai sebesar -14,81 dB. Sebaran nilai SV pada selang kelas -16,33 dB sampai -13,33 dB terdapat pada posisi dari pantai hingga ke laut dengan frekuensi kemunculan sebesar 331. Berdasarkan hasil yang di dapat nilai SV pada selang -16,33 dB sampai -13,33 menyatakan bahwa substrat pasir mendominasi dasar perairan pada posisi tersebut, dimana distribusi pasir terjadi hingga ke laut yang terbawa oleh arus yang kuat dan pada posisi yang dekat dengan pantai dikarenakan pasir di daerah pantai mudah sekali mengendap. Arus di pantai lebih kecil daripada arus di laut, sehingga pasir yang berukuran

megaskopis menyebabkan pasir sangat mudah mengendap di daerah pantai. Sebaran nilai SV memiliki frekuensi minimum pada selang 37,33 dB sampai -34,33 dB dan rata-rata nilai sebesar -35,73 dB, dengan jumlah frekuensi kemunculan sebesar 5.

Berdasarkan hasil integrasi perairan sebesar 0,40 m dapat diketahui bahwa sebaran nilai SV memiliki jumlah maksimum sebesar 386 yaitu pada selang -13,33 dB sampai -10,33 dB dan dengan rata-rata nilai sebesar -11,84 dB. Sebaran nilai SV ini berada pada posisi dari pantai hingga ke laut, yang menandakan bahwa substrat pasir yang terdapat di sepanjang lintasan penelitian tidak hanya mengendap di sekitar pantai, namun adanya arus yang besar mampu membawa distribusi pasir ke laut yang menyebabkan substrat pasir mengendap di laut karena ukurannya yang megaskopis. Sebaran nilai SV memiliki frekuensi minimum pada selang -37,33 dB sampai -34,33 dB dan pada selang -34,33 dB sampai -31,33 dB, dengan frekuensi masing-masing sebesar 5. Rata-rata nilai SV pada selang kelas yang berfrekuensi minimum sebesar -35,73 dB dan -32,87 dB.

Secara keseluruhan didapatkan bahwa nilai SV pada E1 menggambarkan kekasaran dasar perairan. Berdasarkan nilai pantulan hamburan balik dasar perairan yang terdapat pada ketebalan integrasi 0,20 meter dan 0,40 meter dapat diketahui bahwa nilai pantulan pada integrasi 0,20 m lebih kecil daripada integrasi 0,40 meter. Hal ini terjadi karena setiap lapisan substrat perairan memiliki kepadatan yang berbeda. Semakin ke dalam dasar perairan maka sedimen akan semakin padat. Pada hasil yang telah diperoleh diduga bahwa pada lapisan 0,20 m memiliki sedimen yang bersifat tidak kompak (uncosolidated) yaitu sedimen yang selalu siap terurai sehingga dengan kekuatan arus yang lemah sekalipun berakibat partikel mudah lepas. Sedimen pada lapisan 0,40 m akan semakin kompak (consolidated) dibandingkan dengan sedimen pada lapisan 0,20 m. Hal ini menjelaskan bahwa nilai SV pada lapisan 0,20 m lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai pantulan pada lapisan 0,40 m.

hambur balik dasar perairan sangat kecil dan semakin menuju lapisan-4 nilai hambur balik dasar perairan semakin besar.

Tabel 6. Kisaran Nilai SV terhadap Frekuensi Kemunculan

Gambar 10. Grafik Kisaran Nilai SV pada E1 dengan Frekuensi Pada Integrasi 0,20 m

Selang Kelas Nilai SV (dB) Frekuensi Kemunculan Integrasi 0,20 m Integrasi 0,40 m -43,33 s.d -40,33 7 6 -40,33 s.d -37,33 7 6 -37,33 s.d -34,33 5 5 -34,33 s.d -31,33 7 5 -31,33 s.d -28,33 10 8 -28,33 s.d -25,33 29 11 -25,33 s.d -22,33 73 29 -22,33 s.d -19,33 151 51 -19,33 s.d -16,33 270 172 -16,33 s.d -13,33 331 335 -13,33 s.d -10,33 268 386

Gambar 11. Grafik Kisaran Nilai SV pada E1 dengan Frekuensi Pada Integrasi 0,40 m

Dokumen terkait