D. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN SEDIMENTER
1. Sedimentary host rock:
• Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen (Gambar 2.13). • Endapan-endapan bijih yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup
penting, terutama endapan-endapan logam dasar dan besi.
•
Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi) sebagai suatu bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat terbentuk secara epigenetic filling ataureplacement pada rongga-rongga (pori-pori).• Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang berkembang kearah tegak lurusnya (Gambar 2.14 dan 2.15).
• Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan induknya dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya.
Mangan
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan-cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub-metalik, tingkat kekerasan 2 – 6, memiliki berat jenis 4.8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun memiliki peran bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakam metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain adalah untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Menurut data statistic dari Central Bureau of Statistics memperlihatkan bahwa konsumsi atau penggunaan mangan sangat besar dengan total 43,579.26 ton pada tahun 2002 dan meningkat pada tahun 2003 sebesar 52,242.67 ton dengan konsumsi terbesar pada industri besi dan baja yang bisa mencapai 90%.
Secara geologi, daerah Sumbawa masi memiliki potensi terdapatnya mineral logam dan mineral-mineral lainnya. Batuan vulkanik dan batuan terobosan sebagai pembawa mineral logam yang merupakan batuan utama di daerah ini mempunyai prospek terdapatnya endapan mineral logam.
Ditinjau dari tatanan tektonik terbentuknya Pulau Sumbawa erat kaitannya dengan penunjaman lempeng Hindia yang berarah utara-timurlaut di bawah daratan Sunda yang menerus mulai dari Pulau Sumatera hingga Pulau Jawa dan menerus ke arah timur membentuk busur kepulauan Banda yang terbentuk pada masa Kenozoikum, yang dilandasi oleh batuan gunung api kalk alkalin dari busur dalam Banda yang masih aktif hingga sekarang oleh batuan sediment pinggiran benua yang beralaskan batuan metamorf.
Geologi daerah Sumbawa disusun oleh terbentuknya batuan gunung api tersier (miosen awal) breksi-tuff bersifat andesit dengan sisipan tuff pasiran, tuff batuapung dan batupasir tuffan. Satuan breksi tuff ini menjemari dengan batuan sediment yaitu satuan batu pasir tuffan dan juga satuan batugamping. Yang kemudian diterobos oleh batuan andesit, basalt, dasit, dan batuan yang tak teruraikan, diperkirakan berumur Miosen Tengah. Diatasnya terdapat batu gamping koral yang diendapkan pada jaman Miosen Akhir, lalu dilanjutkan oleh batulempung tuffan dari jaman Pliosen dengan sisipan batupasir dan kerikil hasil rombakan gunung api, menindih tidak selaras batuan yang lebih tua, kemudian diendapkan batuan gunung api kuarter yang diendapkan mulai dari satuan breksi tanah merah, batuan breksi andesit basalt dan satuan lava breksi, juga diendapkan batuan sedimen kuarter yaitu terumbu koral yang terangkat, terakhir pada jaman Holosen diendapkan alluvium dan endapan pantai.
Oksida besi manganese yang berupa bongkah-bongkah ini diduga terbentuk akibat proses pelapukan/oksidasi residual dari mineral-mineral mafik yang terkandung dalam tufa andesitik-dasitik yang berkomposisi besi-magnesium-aluminium silika.
Hidrotermal
Sumber larutan magma mengandung Mn, bentuk urat-urat, lensa tak beraturan, berlapis. Mineral rodonit (MnSiO3) atau rodokrosit (MnCO3).
Pelarutan dari mangan primer, fasa koloidal, bentuk konkresi/nodul, lensa, urat dalam retakan batuan. Mineral pirolusit (MnO2), psilomelan (MnO.MnO22H2O), mangaanit (Mn2O3.H2O).
Sedimenter
Mangan berlapis dalam sediment marin, sebaran lateral luas, tebal, pra tersier, bantuan bakteri dan ganggang, lingkungan craton yang stabil.
Marine-nodule
Relasi dengan kegiatan gunung api bawah laut, pelarutan unsur-unsur logam membentuk polimetalik-nodule. Mineral pirolusit, psilomelane.
Laterit dan elluvial
Pengayaan dari konsentrasi kimia dan mekanik dari bijih mangan dan batuan.
Pada tahun 1859 ada suatu teori kuno yang dikemukakan oleh Van Cotta yang menjelaskan proses terjadinya bijih di alam yaitu :
a.Teori disensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari air permukaan yang meresap ke dalam bumi lalu dipanaskan oleh panas alami, mengakibatkan logam yang terdapat pada batuan larut dan masuk ke dalam celah-celah batuan.
b.Teori sensionis
Bahwa endapan bijih berasal dari liquid atau cairan yang berhubungan dengan kegiatan magma yang naik mendekati permukaan, kemudian mengendapkan bijih-bijih pada dinding celah-celah.
c.Teori pemisahan sekresi lateral
Bahwa bijih terbentuk karena adanya sekresi yang berjalan secara mendatar.
Kemudian bermunculan teori-teori baru yang telah membrikan konsep dasar mengenai proses terbentuknya bijih, yaitu selalu berkaitan dengan batuan. Proses-proses tersebut melibatkan pemisahan bijih atau injeksi gas-gas dan uap bermineral, air bermineral pada suhu tinggi.Logam-logam yang berguna biasanya terikat di dalam mineral bijih bersama-sama dengan
unsur kimia lainnya. Mineral-mineral ini biasanya tersebar dalam batuan dan terdiri dari mineral pembentuk batuan yang tidak atau sedikit sekali mengandung unsur logam. Biasanya mineral-mineral non logam dikenal sebagai gangue. Campuran mineral bijih dan mineral gangue akan membentuk mineral bijih. Mineral bijih dapat dikelompokkan menjadi :
·Mineral hipogene, mineral yang terbentuk bersama-sama dengan mineral lain dan belum mengalami pelapukan.
·Mineral supergene, mineral yang merupakan hasil proses pelapukan. Proses-proses pembentukan bahan galian logam adalah sebagai berikut : Kristalisasi magma
Magma yang merupakan larutan silikat berasal dari perut bumi mengandung berbagai unsur kimia, baik berbentuk logam, semi logam dan bukan logam ataupun unsur-unsur volatil (pembentuk gas). Magma yang memiliki sifat mobilitas akan melalui celah-celah pada kulit bumi bila ada kesempatan dan membentuk intrusi. Magma akan mengalami penurunan tekanan dan temperatur kemudian akan mengalami kristalisasi mineral-mineral silikat.
Sublimasi
Merupakan proses pengendapan langsung dari uap dan gas. Pembentukan bahan galian ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan proses lainnya. Konsep kerja proses tersebut sebagai akibat terjadinya penurunan tekanan. Terbentuknya endapan mineral ini sebagai akibat terjadinya reaksi antara dua gas atau lebih.
Metasomatisme kontak
Intrusi magma yang telah menjadi padatan, mempunyai sisa magma yang berupa cairan dan gas yang bersuhu tinggi. Apabila cairan dan gas ini masuk dan bersentuhan pada celah-celah batuan lainnya dapat mengadakan reaksi kimia dan menghasilkan mineral-mineral baru. Dalam hal ini perlu dibedakan antara metamorphose kontak dan metasomatisme kontak. Pada metamorphose kontak, suhu memiliki peranan penting dan hanya mengakibatkan terjadi pemanggangan (baking effect). Sedangkan pada metasomatisme kontak, tekanan juga memegang peranan penting selain suhu, terjadi penambahan tekanan pada sisa cairan magma yang mampu mengadakan reaksi dan menghasilkan mineral baru.
Semua cairan, terutama Klasifikasi hidrotermal :
Hipothermal, untuk cairan yang berada ditempat yang dalam dengan suhu berkisar antara 300o hingga 500o C.
Mesothermal, untuk cairan yang berada ditempat yangtidak begitu dalam dengan suhu berkisar antara 150o hingga 300o C.
Epithermal, untuk cairan yang berada ditempat yang dangkal dengan suhu berkisar antara 50o hingga 150o C.
Iron Ore
Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupaMagnetite,Hematite,Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral:Pyrite,Pyrhotite,Marcasite, dan Chamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :
1. Magmatik:Magnetite dan Titaniferous Magnetite 2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite 3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite 4. Sedimentasi/placer:Hematite,Limonite, dan Siderite
5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite,Magnetite dan Limonite 6. Oksidasi: Limonite dan Hematite
7. Letusan Gunung Api
Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.
Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis
Mineral Susunan kimia Kandungan Fe
(%)
Klasifikasi komersil
Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 Magnetik atau bijih hitam
Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah
Limonit Fe2O3.nH2O 59 – 63 Bijih coklat
Siderit FeCO3 48,2 Spathic, black band, clay ironstone
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.
Besi primer ( ore deposits )
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.
Besi sekunder ( endapan placer )
Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber,
berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi,
tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.
Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:
G e n e s a J e n i s
Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual
Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Placer eluvial Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak
(air) · Placer aluvial atau sungai
· Placer pantai Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang
bergerak Placer Aeolian (jarang)
Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai
ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.
Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijihmenjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).
Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat. Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai
terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan
pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.
Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya :
pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga
(TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.
Eksplorasi bijih besi
Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.
Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.
Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.
Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.
Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap
eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .
Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan terpilih.
Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.
Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.
Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain : - Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.
- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.
–
Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.Metode penambangan ada 2 metode : • Open Pit ( Tambang Terbuka )
1. Truck and Shovel
2.
Dragline•
Underground ( Tambang Bawah Tanah ) Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi:·Open Stope Methodes ·Supported Stope Methodes ·Caving Methodes
·Coal Mining Methodes
Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita ketahui bahwa penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-metode yang lain.
Hal ini dikarenakan :
·Batubara berupa lapisan sedimen.
·Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas beracun). Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Open Stope Methodes
Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan ciri-ciri :
a.Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada.
b.Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau tradisional. c.Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih.
d.Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri:
-Endapan bijih dan batuan induk relative keras, sehingga tidak mudah runtuh.
-Endapan bijih memiliki kemiringan lapisan (dip) lebih dari 70o. -Ukuran bijih tidak terlalu besar.
-Tebal endapan bijih kurang dari 5 m.
-Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat jelas. Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan menjadi:
a.Gophering Coyoting b.Glory Hole Methode c.Shrinkage Stoping d.Sublevel Stoping
Berdasarkan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a.Gophering Coyoting
Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:
-Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih. -Cara pengerjaannya tidak sistematis.
-Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.
-Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya mengikuti arah endapan.
b.Glory Hole Methode
Metode Glory Hole Methode merupakan system penambangan dengan cara bebas membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk maupun endapan bijih relative kuat. mempunyai ciri-ciri:
-Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relative sedikit.
-Lebar endapan antara 1 – 5 m, tetapi dengan arah memanjang ke bawah berbentuk bulat atau elips.
-Endapan bijih dan batuan induk kuat. c.Shrinkage Stoping
Metode Shrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri: -Cocok untuk batuan kuat.
-Endapan mempunyai kemiringan lebih dari 70o. -Tebal endapan tidak lebih dari 3 m.
-Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun harganya.
-Endapan bijih harus homogen atau uniform. -Penambangan tidak selektif.
-Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida harus dengan metode selective mining, hal ini guna menghindari pengaruhnya pada asam tambang.
d.Sublevel Stoping
Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara membuat level-level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel. Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berikut:
-Ketebalan cebakan antara 1 – 20 m.
-Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30o.
-Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.
-Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada retak-retak ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi dilusi atau pencampuran dua material. Dalam hal ini pencampuran endapan bijih dengan batuan induk.
-Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen. 2.Supported Stope Methode
Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum ciri-ciri Supported Stope Methode antara lain:
·Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak. ·Cara penambangannya secara sistematis.
Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara lain:
a.Penyangga Alamiah
Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri. Penyangga alamiah dibagi menjadi:
-Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang.
-Endapan bijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis, endapan bijih ini ditinggalkan sebagai penyangga.
-Batuan samping, atau material lain yang tidak ditambang. b.Penyangga Buatan (Artificial Support)
Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke dalam