• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Analisis Situasi Pemasaran

5.1.6 Segmentasi

Segmentasi didefinisikan Kasali (1998) sebagai suatu proses mengotak – kotakkan pasar yang heterogen ke dalam kelompok – kelompok “Potential Customer” yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kesamaan karakter, yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya. Sedangkan Craven (2000) mendefinisikannya sebagai proses pengidentifikasian dan analisis kelompok pembeli dalam suatu produk atau pasar, yang memiliki kesamaan karakteristik respon dalam kelompok. Tujuan utama segmentasi adalah untuk memperbaiki posisi kompetitif perusahaan dan melayani konsumen lebih baik (Kasali, 1998).

Dalam Kampung Batik Laweyan, pemakai produk lebih banyak ditujukan kepada pasar konsumsi (Consumer market). Contoh konsumen di pasar konsumsi adalah seseorang yang membeli batik untuk dikenakan sebagai pakaian sehari – hari atau sebagai pakaian untuk menghadiri acara- acara resmi atau dijadikan sebagai identitas diri mereka.

Segmentasi di pasar konsumsi dapat dilakukan dengan menggunakan segmentasi demografis dan segmentasi Psychographic serta segmentasi perilaku dan sikap. Segmentasi demografis dibuat menggunakan variable usia, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan, sedangkan segmentasi perilaku dan sikap dibuat menggunakan manfaat yang dirasakan/diharapkan, kesempatan/tingkat penggunaan, status pengguna, status loyalitas, sikap terhadap produk dan penggunaan, orientasi teknologi dan kepekaan harga (David, 2003).

Dalam konsumsi batik teridentifikasi tiga segmen besar seperti berikut : a. Pemakai Batik sebagai identitas diri

Para pemakai batik yang masuk dalam segmen ini dalam kesehariannya selalu menggunakan baju batik atau melengkapi diri mereka dengan barang yang memiliki motif batik, selain itu mereka memiliki kecenderungan mengenakan batik dengan brand atau batik tanpa brand tetapi memiliki motif yang unik atau motif klasik. Untuk harga para pengguna batik ini memiliki kecenderungan tidak memperdulikan berapa harga batik tersebut karena kecenderungan yang ada pembeli yang masuk dalam segmen ini memiliki pendapatan tinggi dan memiliki pekerjaan yang sudah mapan seperti ekskutif, professional dalam bidang pekerjaannya atau pengusaha.

Mereka melihat batik sebagai identitas diri mereka dan mereka memiliki kebanggaan apabila dapat mengenakan batik dengan motif klasik atau motif khas daerah tertentu. Pada umumnya pemakai batik ini selalu memilih menggunakan batik tulis dan menghindari menggunakan batik printing. Pemakai batik dalam segmen ini masuk dalam criteria segmentasi Psychographic dimana penggunaan batik dilihat dari gaya hidup, aktivitas dan minat mereka dan sedikit masuk ke criteria segmentasi perilaku dan sikap dimana mereka mengenakan batik didasarkan juga oleh status pengguna, status loyalitas, sikap terhadap produk atau brand batik.

b. Pemakai batik yang dipaksakan oleh sebuah peraturan atau lingkungan sekitar

Para pemakai batik ini memiliki kecenderungan lebih mementingkan kuantitas batik yang mereka miliki walaupun juga tetap memperhatikan kualitas batik yang ada, hal ini disebabkan karena adanya paksaan dalam menggunakan batik pada waktu – waktu tertentu di lingkungan mereka berada.

Seiring dengan pengakuan UNESCO, di Indonesia saat ini berkembang peraturan baru dimana karyawan sebuah perusahaan atau

pegawai pemerintah untuk menggunakan batik setidaknya satu kali dalam seminggu bagi karyawan swasta dan dua kali dalam seminggu bagi pegawai pemerintah. Adanya peraturan tersebut mendorong seseorang untuk selalu membeli batik setiap bulannya dengan alasan mereka tidak ingin terlihat menggunakan baju batik yang sama terlalu sering.

Pembeli yang masuk dalam segmen ini sangat mementingkan harga dan cenderung memilih membeli batik dengan harga murah hal ini disebabkan karena pembeli yang masuk dalam segmen ini memiliki pekerjaan hanya sebagai staff sebuah perusahaan atau staff pegawai pemerintah yang penghasilannya hanya bersifat rata – rata dan tidak berlebih.

Dalam pemilihan batik mereka juga melihat dari motif yang ada dan model pakaian yang beragam, tetapi mereka terbuka terhadap penggunaan batik printing. Pengguna batik dalam segmen ini masuk dalam criteria demographic dimana penggunaan batik didasarkan oleh pendapatan dan kedudukan mereka dalam suatu pekerjaan.

c. Pemakai Batik hanya pada waktu – waktu tertentu

Pemakai batik dalam segmen ini hanya membeli batik pada saat – saat tertentu, seperti misalnya pada acara perkawinan, acara makan malam resmi bersama dengan perusahaan atau rekan bisnis, sehingga volume pembelian batik mereka sangat jarang dan pengetahuan mereka mengenai motif batik pun terbatas, mereka biasanya hanya melihat pada model desain pakaian batik tetapi tidak terlalu memperhatikan motif batik yang ada, kecenderungan pemakai batik yang masuk dalam segmen ini mengenai harga batik beragam tergantung dengan jenis acara yang akan mereka hadiri.Pemakai batik dalam segmen ini masuk dalam criteria perilaku dan sikap karena hanya menggunakan batik berdasarkan kesempatan/tingkat penggunaan batik tersebut.

Saat ini hal yang terjadi di Kampung Batik Laweyan pengunjung yang ada memiliki kecenderungan mengunakan batik dengan persentase sebagai berikut :

Tabel 5.12 Tabel Segmentasi

NO SEGMENTASI JUMLAH PERSENTASE

1 Pemakai Batik sebagai identitas diri 3 10% 2 Pemakai batik yang dipaksakan

oleh sebuah peraturan atau lingkungan sekitar

26 87%

3 Pemakai Batik hanya pada waktu – waktu tertentu

1 3%

TOTAL 30 100%

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama ini pengunjung yang menggunakan batik yang ada di Kampung Batik Laweyan adalah pengunjung yang memiliki segmentasi menggunakan batik karena peraturan, sehingga segmentasi yang ada di Kampung Batik Laweyan dapat diarahkan ke segmentasi penggunaan batik yang disebabkan oleh peraturan.

Walaupun kompetitor yang juga membidik segmen kedua sangat banyak, tetapi Kampung Batik Laweyan memiliki peluang untuk dapat menjadi salah satu kompetitor kuat dalam persaingan tersebut, hal ini disebabkan Kampung Batik Laweyan memiliki kelebihan dalam penggunaan motif batik, dimana motif batik Solo terkenal unik dan masih jarang batik printing menggunakan motif batik Solo karena kerumitannya tersebut.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PEMASARAN p1 (Halaman 114-118)

Dokumen terkait