• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-MADANI DAN STRATEGI DAKWAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Madani 1. Letak Geografis

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Madani

Pondok Pesantren Al-Madani berdiri di bawah asuhan KH. M. Tauhid Al-Mursyid, seorang figur yang sederhana, low profile, dan juga ramah. Beliau lahir dari keluarga petani sederhana, yaitu keluarga Darun Dasuki, dilahirkan 58 tahun

83

yang silam, tepatnya tanggal 13 Juni 1959 dikawasan pegunungan Desa Pruwatan, Bumiayu, Brebes.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan bercirikan thariqoh pondok pesantren Al-Madani memang terbilang masih muda. Tepatnya Pesantren ini berdiri tanggal 3 Mei 2008. Pondok Al-Madani diharapkan dapat menjadi tempat bagi setiap orang untuk bertaqarub dan mencari jalan yang diridhai Allah Swt, baik dalam ubudiyah maupun di luar ubudiyah, dalam segala gerak-gerik manusia diharuskan mengikuti atau mentaati perintah Tuhan dan menjauhi atau meninggalkan larangan-Nya. Dengan Allah sebagai tujuan utama, pondok pesantren A-Madani mencoba mencetak santri yang berakhlakul karimah, pesantren yang tidak hanya bercirikan thariqoh tetapi juga mengembangkan potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani sehingga pada akhirnya menjadi santri yang memiliki akhlak mulia dan dapat menanggulangi krisis spiritual pada dirinya dan umumnya pada masyarakat.

Pondok Pesantren Al-Madani mempunyai konsep yang sederhana. Terbukti bangunan pesantren baik kediaman pengasuh, asrama santri, ruang tamu yang ala kadarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren ini di desain sesedarhana mungkin mengingat ajaran-ajaran yang ada di dalamnya umumnya bercirikan tasawuf. Dengan demikian, pondok

84

pesantren Al-Madani lebih menekankan aktivitasnya pada aspek esoteris.

Di samping menekankan pada aspek esoteris, Ponpes Al-Madani juga dirancang sarat dengan aktivitas pendidikan atau aspek eksoteris. Sebagaimana hasil wawancara penulis bahwa dalam pesantren ini terdapat pendidikan SMP IT Al-Madani (awalnya bernama SMP Nudia) berdiri pada tahun 2008. Pada awalnya jumlah siswa yang belajar di SMP hanya beberapa murid saja. Untuk melayani kebutuhan pendidikan yang tinggi lagi maka pada tahun 2009 didirikanlah Madrasah Aliyah dengan nama MA Nudia setara dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang di dalamnya terdapat berbagai macam pendidikan seperti pendidikan teknologi, perekonomian, seni budaya dan lain sebagainya yang mengarah pada pendidikan umumnya. Pada awal berdirinya MA Nudia ini hampir sama saat pembukaan SMP. Alhamdulilah seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak orangtua yang mempercayakan pendidikan putra putrinya di SMP maupun MA yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Batam, Kalimantan, Bogor, Tegal, Pekalongan, Pemalang dan kota-kota lain di Jawa Tengah

SMP IT Al-Madani dan MA Nudia merupakan sekolah yang berasrama (Boarding School) dengan pondok pesantren yang diasuh oleh KH.M. Tauhid, Al-Mursyid. Selain peserta

85

didik mendapat pengetahuan umum di pendidikan formal, mereka juag mendapat fasilitas pendidikan agama di pondok pesantren. Dengan system ini pembelajaran berjalan lebih komprehensif dan terpadu. Sehingga santri memiliki bekal ilmu pengetahuan yang cukup diertai dengan pemahaman agama yang seimbang yang pada akhirnya melahirkan generasi yang menguasai IPTEK yang terkontrol dengan pengamalan IMTAQ yang baik.

Menjadi sebuah pesantren jauh dari keramaian kota bahkan jalan menuju pesantren ini melewati hutan menjadikan mudah serta khusyu’ dalam bertaqarub ilallah juga merupakan sarana konsep masa depan Ponpes Madani. Ponpes Al-Madani berupaya membentuk akhlakul karimah bagi generasi muda, menjadi motivator masyarakat melalui media cetak, dialog, dan pengajian-pengajian. Ini semua bertujuan untuk menanggulangi krisis moral mengingat era sekarang serba modern dan serba instan.

Awal berdirinya pondok pesantren Al-Madani, ketika itu pada tahun 1999 hanya majelis pengajian biasa (Yasinan) yang dikoordinir oleh Almarhum H.M. Muslihan Z.A. (Mbah Mus) dan Kiai Tauhid, dalam perkembangannya kuartal pertama tahun 2000 mulai terkondisi menjadi sebuah majelis dzikir yang mengkhususkan kepada sahabat Ali k.w., dan pembacaan shalawat Ummi yang kemudian disebut majelis

86

mujahadah shalawat Ummi, ritus ini menginduk pada tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang dipimpin oleh Hadratussyaikh Abu Nur Jazuli atau akrab dipangil Mbah Jazuli dari Krajan, Bumiayu. Majelis yang diselenggarakan tiap Jumat malam sabtu (tepatnya tiap jumat wage malam sabtu pon) jam 20.00 WIB di Masjid Al-Muhajirin sampai dengan selesai.

Dalam perkembangannya, semakin hari semakin bertambah seiring dengan banyaknya jama’ah yang datang ke pengajiannya. Saat itu pula beliau diminta untuk mengisi pengajian di berbagai tempat sehingga ada salah satu jama’ah yang tertarik untuk ikut andil dalam pengembangan pengajiannya serta memberikan tanah dan bangunan kosong yang lama tidak terpakai. Seraya mengucap bismillaah dan memohon ridha Allah, beliau menjadikan tanah tersebut menjadi sebuah pondok pesantren dengan nama Al-Madani, sekaligus menjadi tempat pengajian rutinitas mingguan yang jama’ahnya dari berbagai perumahan dan kelompok pengajian meski tidak ada yang menetap di pesantren. Jama’ah yang hadir di antaranya dari perumahan Pasadena Manyaran, Pokok Pondasi Ngaliyan, pengajian Khairul Muslimah, Khairun Nisaa’ dan lain sebagainya.

Dengan kesungguhan dan keistiqamahan serta kesabaran beliau dalam memimpin pengajiannya, wal hasil ada wali santri yang mempercayakan dan menitipkan putranya

87

kepada beliau untuk menetap di pesantren tersebut. Awalnya tidak banyak yang nyantri di pesantren ini, hanya berjumlah 3-7 santri, pasalnya pesantren ini jauh dari keramaian kota ditambah letak pesantren berada pada dataran tinggi sehingga ketika malam suasana hening dan dingin.

Meski santri baru berjumlah 3-7 namun ini tidak mematahkan niat beliau dalam mendidik santrinya lebih-lebih pesantren ini gratis akan segalanya yang bernuansa thariqah. Namun apa yang terjadi? banyak kecaman dari luar kalau-kalau pesantren ini tidak akan berkembang. Saat itu Beliau teringat dengan firman Allah dalam surat Muhammad ayat 7 yang berbunyi:





















“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong

(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Dengan keyakinan dan kemantapan serta ketidakraguan beliau dalam memahami ayat ini, Alhamdulillah minggu demi minggu semakin banyak yang nyantri di pesantren ini hingga berjumlah 160 santri. Tidak hanya itu, beliau pun mampu mendirikan bangunan untuk di jadikan sekolah Madrasah Aliyah dan hal ini tidak disangka beliau sebelumnya karena baginya kedunian hanyalah bersifat sementara dan yang kekal

88

akhirat. Itulah sebabnya beliau dipercaya menjadi Mursyid tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah jauh sebelum berdirinya pondok pesantren Al-Madani.