• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Dinamika BAZNAS

BAB III. PENGELOLAAN ZAKAT DI INDONESIA

B. Lembaga Pengelola Zakat

2. Sejarah dan Dinamika BAZNAS

Semenjak berdiri pada 17 Januari 2001 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2001, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tidak memiliki kepentingan yang macam-macam, kecuali hanya ingin menjadi lembaga yang “berbuat” di tengah masyarakat, terutama untuk melayani muzaki dan mustahik melalui pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah secara amanah, profesional, transparan dan akuntabel (Didin Hafidhuddin, 2013).

Pada 17 Januari tahun ini BAZNAS memperingati Milad ke-12. BAZNAS, menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, selain menjalankan fungsi operator, yakni pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, sekaligus menjalankan fungsi koordinator, yakni pengkoordinasian dan pengendalian pengelolaan zakat nasional oleh BAZNAS di daerah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Pengkoordinasian dan pengendalian pengelolaan zakat adalah tugas besar yang harus saling mendukung dengan tugas dan fungsi yang dijalankan Pemerintah sebagai regulator yang meliputi fungsi pembinaan dan pengawasan. Pelaksanaan seutuhnya tugas dan fungsi BAZNAS menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Agama serta peraturan BAZNAS yang masih dalam proses penyusunan.

Sampai saat ini, BAZNAS telah melakukan langkah konsolidasi untuk pengembangan fungsi koordinator pengelolaan zakat secara nasional yang diamanahkan Undang-Undang. Sepanjang tahun 2012, BAZNAS telah melaksanakan fungsi pengkoordinasian pengelolaan zakat nasional melalui berbagai kegiatan yang dimungkinkan, seperti menyelenggarakan rapat koordinasi BAZNAS dengan BAZNAS provinsi,menghadiri rapat-rapat koordinasi BAZNAS daerah, menyelenggarakan pelatihan dan uji coba penerapan Aplikasi Sistem Manajemen Informasi BAZNAS atau SIM-BAZNAS, serta menyusun rintisan Sistem Pengelolaan Zakat Nasional (SPZN) (Didin Hafidhuddin, 2013).

Dalam tataran pengembangan kerja sama kelembagaan di dalam dan luar negeri, pada tahun 2012 BAZNAS menjadi wakil resmi pemerintah Indonesia untuk menghadiri Konferensi Internasional tentang Zakat di Amman, Yordania, dan diundang sebagai satu-satunya lembaga zakat untuk mengikuti seminar internasional tentang keuangan syariah yang diselenggarakan oleh IRTI-IDB di Jeddah, Saudi Arabia.

Program kerja tahun 2013 yang akan dilakukan BAZNAS dalam kapasitas sebagai koordinator zakat nasional ialah: (a) implementasi SIMBAZNAS pada BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota yang telah mengikuti pelatihan dan melanjutkan pelatihan bagi daerah yang belum, (b) rapat kerja nasional dalam rangka sinergi program, evaluasi dan merancang program nasional 2014, (c) penyusunan pedoman-pedoman terkait kelembagaan, perencanaan, penganggaran, pelaporan dan pertanggung jawaban pengelolaan zakat, dan (d) penyusunan dan publikasi Laporan Zakat Nasional 2012.

Program kerja 2013 dalam kapasitas BAZNAS sebagai operator (amil zakat) ialah melanjutkan program yang sudah berjalan pada tahun sebelumnya terdiri dari (a) Pusat Pelayanan Mustahik sebagai bentuk layanan regular di Kantor BAZNAS. (b) Zakat Community Development (c) Rumah Sehat BAZNAS. (d) Rumah Cerdas Anak Bangsa. (e) Baitul Qiradh BAZNAS (Rumah Makmur BAZNAS), (f) Tanggap Bencana, dan (g) Kaderisasi 1000 Ulama.

Sepanjang tahun 2012, BAZNAS mencatat terjadi tren peningkatan penerimaan zakat secara nasional. Hal itu terlihat dari realisasi penghimpunan zakat, infaq dan shadaqah yang diterima BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dan LAZ nasional pada 2012 diperkirakan mencapai Rp 2,20 triliun atau naik 27,17 % dibandingkan tahun 2011 yang berjumlah Rp 1,7 triliun.

Sedangkan realisasi penerimaan zakat, infaq dan shadaqah pada BAZNAS sebagai operator pada tahun 2012 mencapai Rp 49.051.071.126, atau meningkat 21,82 % dibandingkan penghimpunan tahun 2011 yang berjumlah Rp 40 milyar.

Muzakki yang tercatat membayar zakat, infaq dan shadaqah atau dana sosial lainnya kepada BAZNAS di tingkat pusat sebanyak 17.482 muzakki perorangan dan 444 muzakki badan. Pertambahan jumlah muzakki

sepanjang tahun 2012 mencapai 15,2 % dari tahun 2011 yang berjumlah 15.171 muzaki badan/badan. Adapun mustahik atau penerima manfaat zakat atas penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah oleh BAZNAS mencapai 290.099 jiwa.

Penguatan tugas dan fungsi BAZNAS, baik sebagai koordinator maupun sebagai operator, memerlukan dukungan dan kerjasama dari semua lembaga/instansi dan perorangan yang menjadi stakeholders gerakan zakat nasional. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kolom yang terbatas ini, yang telah mempercayakan pembayaran zakatnya melalui BAZNAS serta mendukung dan berpartisipasi di dalam program-program BAZNAS di seluruh Tanah Air.

Laporan Ketua Umum BAZNAS menyebutkan bahwa,”sepanjang tahun 2012, BAZNAS telah melaksanakan fungsi pengkoordinasian pengelolaan zakat nasional melalui berbagai kegiatan yang dimungkinkan, seperti menyelenggarakan rapat koordinasi BAZNAS dengan BAZNAS provinsi, menghadiri rapat-rapat koordinasi BAZNAS daerah, menyelenggarakan pelatihan dan uji coba penerapan Aplikasi Sistem Manajemen Informasi BAZNAS atau SIM-BAZNAS, serta menyusun rintisan Sistem Pengelolaan Zakat Nasional(SPZN)” (Didin Hafidhuddin, 2013).

Karena itu, ketika Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat memberi amanah agar BAZNAS memimpin atau menjadi koordinator untuk integrasi (penyatuan) pengelolaan zakat nasional, BAZNAS siap menerimanya. Direktur Pelaksana BAZNAS, Teten Kustiawan dalam hal ini menegaskan bahwa,”Siap tidak siap, mau tidak mau, itu amanah yang harus kami jalankan. Dan kami sudah memulai untuk menyatakan bahwa amanah memimpin untuk integrasi pengelolaan zakat nasional, siap kami emban”.

Salah satu bukti kesiapan itu, pada tahun 2013 ini BAZNAS akan melaksanakan program nasional (Pronas) pengelolaan zakat yang sifatnya pemberdayaan. Program ini untuk tahap awal akan dilaksanakan di 100 desa yang berada di kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Program Zakat Community Development (ZCD) yang sifatnya nasional ini dicanangkan pada rapat kerja nasional (Rakernas), 15-17 Januari 2013

di Bogor. Ini dalam rangka menyambut hari ulang tahun (HUT) BAZNAS yang ke-12 yang tema HUT-nya: BAZNAS Memimpin untuk Integrasi Pengolaan Zakat Nasional.

Ide ini lahir karena UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mengamanahkan kepada BAZNAS bahwa BAZNAS punya peran sebagai koordinator untuk integrasi pengelolaan zakat di seluruh Indonesia. Menurut Kepala Divisi Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Faisal Qosim,”Kalau bicara soal amanah Undang-Undang Zakat itu, kami perlu juga melahirkan program-program nasional, antara lain Pronas di 100 desa itu.”

Pada Rakernas itu dihadiri para perwakilan dari 34 provinsi untuk merekomendasikan desa di wilayah provinsi yang terkait dengan kabupaten/ kota yang memang layak untuk mendapat program ZCD nasional ini. Salah satu kriterianya, desa itu memiliki jumlah terbanyak warga miskinnnya. Misalnya, di DKI Jakarta, dari 5 kota madya yang terbanyak penduduk miskinnya adalah Jakarta Utara. Di Jakarta Utara ini kelurahan mana saja yang terbanyak warga miskinnya. Itu terus mengerucut sampai ditemukan benar-benar jumlah yang miskinnya terbanyak.

Untuk mendapatkan data ini BAZNAS bekerja sama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di bawah wakil presiden. Kepada para perwakilan provinsi dan BAZNAS daerah akan disosialisasikan tentang Pronas itu. Setelah itu, diharapkan mereka akan melihat bahwa Pronas ini akan mendukung program pemerintah.

Dalam pelaksanaannya, BAZNAS tidak bekerja sendiri, tapi akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. Program ZCD Baznas biasanya bergadengan dengan Lembaga Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) di perguruan tinggi, misalnya Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Udayana (Bali). Untuk terlaksananya dengan baik program ini, BAZNAS juga telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM)-nya. BAZNAS juga akan memilih pengelola zakat di daerah yang juga siap dalam hal SDM.

Dengan Pronas ini, kata Faisal (2013), “BAZNAS ingin mengubah paradigma pembangunan masyarakat selama ini yang lebih condong ke

project based. “Nanti, masyarakat binaan akan dilatih bagaimana

mengidentifikasi masalah. Kalau memang masalahnya masyarakat itu membutuhkan modal usaha, maka masyarakat itu akan diberi modal usaha

dan pelatihan keterampilan usaha.”

Pronas ini berusaha untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinannya. Karena itu, untuk mencapai tujuan itu, programnya tidak hanya satu aspek, tapi berbagai aspek seperti ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Maka, program-program BAZNAS yang selama ini ada, akan juga masuk dalam Pronas ini.

Program-program terkait selain ZCD itu adalah:

1 Rumah Makmur BAZNAS (RMB). Program ini konsen pada aspekekonomi, misalnya modal usaha.

2. Rumah Sehat BAZNAS (RSB). Program ini terkait dengan aspek kesehatan. Konsepnya, rumah sehat tanpa kasir atau gratis. Saat ini RSB ini ada di empat tempat. Yaitu, di Jakarta, Yogyakarta, Sidoarjo, dan Makassar.

3. Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB). Ini bergerak pada aspek pendidikan. Konsep yang dibuat ada yang namanya SKSS (Satu Keluarga Satu Sarjana). Ada juga program Dinar, beasiswa yang diberikan mulai dari SD hingga SMA.

4. Konter Layanan Mustahik (KLM). Program ini sifatnya karitatif atau santunan langsung. KTM ini diberikan kepada mereka yang membutuhkan dana mendesak.

5. Kaderisasi Seribu Ulama (KSU). Program ini terkait dengan pemberian beasiswa kepada sarjana agama yang punya prestasi untuk melanjutkan kuliah pada program S2 dan S3.

6.Tanggung Darurat Bencana (TDB). Lewat program ini BAZNAS membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana, misalnya banjir. BAZNAS membantu pemerintah, tidak dengan berteriakteriak, tapi dengan bekerja.

C. Mekanisme Pengelolaan Zakat