• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kesehatan

Dalam dokumen Katalog BPS: 4301. (Halaman 41-47)

Bab II Gambaran Umum Kesehatan Masyarakat

2.4. Sejarah Kesehatan

Sejarah kesehatan adalah suatu keadaan yang dialami individu terkait dengan kondisi

kesehatan yang memerlukan pelayanan kesehatan tertentu. Sejarah kesehatan juga memuat

informasi jumlah individu yang telah/sedang menerima pelayanan sesuai yang diperlukan.

Pelayanan tersebut dalam publikasi ini terutama yang terkait dengan penyakit kronis seperti

rheumatik, jantung, TBC, dan penyakit akibat kecelakaan.

Data sejarah kesehatan dapat menggambarkan penanganan kesehatan dan tempat

mendapatkan pertolongan medis dari penyakit kronis yang pernah diderita serta kecelakaan yang

pernah dialami. Penanganan kesehatan meliputi proses diagnosa, ada tidaknya usaha

pengobatan sampai proses menjalani pengobatan. Tempat mendapatkan pertolongan medis

antara lain rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, pada dokter praktek, Puskesmas, Batra

dan tempat pertolongan medis lainnya. Penyakit kronis yang pernah dialami meliputi penyakit

batuk, batuk berdarah, TBC, penyakit paru, dan penyakit persendian.

Sakit Persendian

Secara nasional, penduduk yang pernah didiagnosa menderita sakit persendian sebanyak

6,02 persen, tidak pernah didiagnosa sebesar 89,39 persen, dan sisanya sebesar 4,59 persen

menyatakan tidak tahu. Di daerah perkotaan, persentase penduduk yang didiagnosa menderita

sakit persendiaan tercatat sedikit lebih tinggi dibanding di daerah perdesaan. Besarnya

persentase penderita sakit sendi yang menjalani pengobatan atau perawatan selama 2 minggu

terakhir adalah 2,47 persen, sedangkan 97,53 persen tidak pernah menjalani perawatan dan

tidak tahu. Pola seperti ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan (Gambar 2.4.1).

Dibandingkan menurut propinsi, persentase penduduk yang pernah didiagnosa menderita

sakit persendiaan terbesar adalah Gorontalo (10,25 %) dan terendah Papua (2,59 %).

Sementara itu, propinsi dengan persentase penduduk tertinggi yang menjalani pengobatan atau

perawatan penyakit persendian selama 2 minggu terakhir adalah Sumatra Barat (3,97 %) dan

terendah Riau sebesar 0,88 persen (Tabel 33).

Gambar 2.4.1 : Persentase Penduduk yang Pernah Didiagnosa dan

Men-jalani Pengobatan atau Perawatan Sakit Persendian menurut

Daerah Tempat Tinggal

2.47 2.33 2.65 6.02 5.53 6.65 0 1 2 3 4 5 6 7 Menjalani pengobatan atau perawatan Pernah didiagnosa Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

Persentase penduduk yang mengalami sakit, nyeri, kaku-kaku atau pembengkakan di

sekitar persendian, secara nasional tercatat 10,79 persen, dan yang mengalami kaku-kaku di

persendian ketika bangun tidur dan setelah duduk lama sebesar 18,75 persen. Pada umumnya

sebagian besar (88,36 %) kaku-kaku pada sendi itu akan hilang setelah digerak-gerakkan

(Gambar 2.4.2).

Gambar 2.4.2 : Persentase Penduduk yang Mengalami Gejala Penyakit

Persendian (Sakit, Nyeri, Kaku di Persendian dan Kaku ketika

Bangun Tidur) menurut Daerah Tempat Tinggal

10.79

11.63

9.73

18.75

19.77

17.47

88.36

87.13

90.13

0 20 40 60 80 100

Mengalami sakit, nyeri, kaku-kaku di persendian

Mengalami kaku-kaku saat bangun tidur Kaku-kaku hilang bila

digerakkan

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan+pedesaan

http://www.bps.go.id

Sakit Punggung

Secara nasional persentase penduduk yang menyatakan pernah menderita sakit

punggung sebesar 10,66 persen, dengan rata-rata lama sakit punggung 4 hari. Di perkotaan

mereka yang pernah menderita sakit punggung tercatat 9,03 persen, sedikit lebih rendah

dibandingkan penduduk perdesaan (11,94 %). Demikian pula dengan rata-rata lamanya sakit

punggung, di perkotaan lebih pendek (4 hari), sedangkan di perdesaan 5 hari.

Dilihat antar propinsi prevalensi tertinggi penduduk yang pernah menderita sakit

punggung adalah Nusa Tenggara Barat (18,51 %) dengan rata-rata lama sakit 6 hari, sedangkan

yang terendah tercatat di Bengkulu (5,38 %) dengan rata-rata lama sakit 3 hari (Tabel 34).

Sakit Jantung

Secara nasional penduduk yang pernah didiagnosa menderita sakit jantung sebanyak

1,26 persen dan yang tidak pernah 93,77 persen. Dilihat menurut daerah tempat tinggal,

penduduk perkotaan sedikit lebih besar persentasenya dibandingkan penduduk perdesaan.

Persentase penduduk yang pernah menjalani pengobatan atau perawatan penyakit jantung

sebesar 0,44 persen dan yang tidak pernah 97,34 persen. Pola ini terjadi baik di perkotaan

maupun perdesaan.

Dibandingkan menurut propinsi, DKI Jakarta menempati urutan pertama untuk

persentase penduduk yang didiagnosa sakit jantung yaitu 2,47 persen, sementara yang

terendah adalah Maluku. DKI Jakarta juga tercatat sebagai propinsi yang tertinggi dalam

persentase penduduk yang pernah menjalani pengobatan atau perawatan penyakit jantung

(Tabel 35).

Kecelakaan Lalu-lintas dan Kecelakaan Lain

Kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan yang terjadi di jalan umum, baik di darat, laut,

maupun udara, sedangkan kecelakaan lain adalah suatu kondisi cedera sehingga terganggunya

kegiatan sehari-hari karena mengalami keracunan, tenggelam, akibat kekerasan dan lain-lain.

Persentase penduduk yang pernah mengalami kedua jenis kecelakaan tersebut dapat dilihat

dalam Tabel 2.4.1.

Kecelakaan lalu lintas selama satu tahun terakhir tercatat lebih banyak terjadi

dibandingkan kecelakaan lain, yaitu lebih dari dua kali lipat (1,02 % berbanding 0,41 %).

Kecelakaan lalu lintas di perkotaan terjadi lebih banyak dibanding di perdesaan, sedangkan

kecelakaan lainnya terjadi sebaliknya. Dari penduduk yang mengalami kecelakaan lalu lintas,

sekitar dua pertiganya mendapatkan pertolongan medis; sedangkan untuk kecelakaan lain hanya

sekitar separuhnya yang mendapatkan pertolongan medis. Dilihat antar propinsi, DI Yogyakarta

mempunyai catatan persentase penduduk yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan

lainnya paling tinggi (Tabel 36).

Tabel 2.4.1 : Persentase Penduduk yang Mengalami Kecelakaan menurut

Jenis Kecelakaan, dan Daerah Tempat Tinggal

Jenis kecelakaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Lalu lintas

Pernah mengalami 1,30 0,81 1,02

Mendapat pertolongan medis 62,95 65,84 64,22

Kecelakaan lain :

Pernah mengalami 0,39 0,42 0,41

Mendapat pertolongan medis 62,44 47,30 53,79

Sakit Batuk dan TBC

Secara Nasional, persentase penduduk yang menderita batuk selama 3 minggu atau

lebih, batuk disertai banyak berkeringat, dan batuk berdarah masing-masing adalah 6,20 persen,

4,41 persen, dan 0,51 persen. Pola menurut daerah tempat tinggal ternyata sama, untuk ketiga

jenis batuk tersebut, persentase penduduk yang batuk di daerah perdesaan selalu sedikit lebih

tinggi (Gambar 2.4.3). Demikian pula menurut propinsi, Gorontalo memperlihatkan persentase

terbesar untuk ketiga penderita jenis batuk tersebut (Tabel 38).

Gambar 2.4.3 : Persentase Penduduk yang Mengalami Batuk menurut

Jenisnya dan Daerah Tempat Tinggal

5.88 6.47 6.2 3.81 4.89 4.41 0.44 0.56 0.51

0

1

2

3

4

5

6

7

Batuk selama 3

minggu

Batuk berkeringat Batuk darah

Perkotaan Pedesaan Perkotaan+pedesaan

Salah satu penyakit kronis yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyakit TBC. Data

nasional menunjukkan bahwa penduduk yang pernah menjalani tes TBC/penyakit paru sebesar

0,66 persen, dan 46,21 persen diantaranya ternyata positif mengidap penyakit TBC. Dari seluruh

penduduk yang positif terkena penyakit TBC itu ternyata hanya 0,44 persen yang pernah

mendapatkan obat TBC (Tabel 39).

KESEHATAN IBU DAN BALITA

Dalam dokumen Katalog BPS: 4301. (Halaman 41-47)

Dokumen terkait