• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradaban Hindu dan Budha di Indonesia

Dalam dokumen Sejarah Peradaban Manusia dan Kebudayaan (Halaman 55-76)

BAB II PEMBAHASAN

D. Sejarah Peradaban Hindu dan Budha di Indonesia

Hubungan Indonesia dengan india telah terjalin sejak abad pertama masehi. Hubungan ini mula-mula terjadi di bidang perdagangan dan berkembang ke bidang agama dan kebudayaan. Orang-orang india membawa barang dagangan seperti wangi-wangian, tekstil, mutiara dan permata untuk di jual di Indonesia. Sementara dari Indonesia mereka membeli barang seperti kayu cendana, kayu gaharu, cengkeh dan lada. Sejalan dengan berkembangnya hubungan kedua Negara masuk pula agama dan kebudayaan India ke Indonesia seperti agama hindu, budha, bahasa sansekerta, huruf palawa dan nama-nama berakhiran warama.

Masuknya pengaruh India ke Indonesia berjalan lancar dan berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan adanya persamaan kebudaayaan antara india dengan Indonesia. Kebudayaan india dengan Indonesia tidak jauh berbeda corak dan ragamnya. Masuknya kebudayaan india ke Indonesia makin memperkaya khazanah budaaya Indonesia. Sebelum kita mengetahui keragaman budaya Hindu dan Budha di Indonesia, akan dijabarkan macam-macam aliran dalam agama Hindu dan Budha. Beberapa aliran dalam agama Budha antara lain:

a. Aliran Hinayana

Hinayana adalah ajaran-ajaran asli dari Buddha Gautama dan kitab sucinya ialah Tipitaka yang terdiri dari Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidamma Pitaka.Di dalam aliran Hinayana tidak ada upacara-upacara keagamaan yang rumit-rumit dan mereka yag menganut aliran ini masih mempertahankan kesederhanaannya seperti dahulu di waktu Sang Guru sendiri masih hidup pada 25 abad yang silam.

Prinsip-prinsip pandangan dari ajarana Hinayana adalah mempertahankan kemurnian ajaran Buddha dan menjaga ajaran Buddha tidak terpengaruh oleh kebudayaan lain, oleh karenanya dipandang orthodox. Pengikut-pengikutnya juga tidak begitu meluas sebagaimana aliran Mahayana. Kata Hinayana sendiri telah menunjukkan isi dan cita-cita yang terkandung didalamnya yaitu berarti kendaraan kecil. Maksudnya bahwa aliran ini tidak dapat menampung banyak orang untuk memperoleh kebahagiaan nirwana, karena dalam prinsip pandangannya menyatakan bahwa setiap orang bergantung pada usahanya sendiri dalam mencapai kebahagiaan abadi dengan tanpa adanya penolong dari dewa ataupun manusia Buddha. Aliran ini disebut juga ―Theravada” yang lebih jelas menggambarkan pendirian aliran tersebut, karena Theravada berarti “jalan orang-

orang tua”.

Penganut-penganut Hinayana menitikberatkan meditasi untuk mencapai peneranga sempurna sebagai jalan yang terpendek untuk menyelami Dhamma dan mencapai pembebasan, Nibbana. Kita hanya mengenal Dhamma dan Nibbana sebagai jalan dan tujuan dari hidup kita ini, sedang yang lain-lain itu tidakk menjadi kebutuhan pokok.

Upacara-upacara keagamaan kurang dianggap penting dan bahkan upacara-upacara yang berlebih-lebihan hanya menjadikan ikatan-ikatan yang dapat menghambat kemajuan-kemajuan bathin.Para sarjana-sarjana modern, saat ini banyak yang mencurahkan perhatiannya pada Agama Buddha dan menyelidiki kebenaran-kebenaran dari ajaran-ajaran Sang Buddha yang telah disabdakan 25 abad yang lalu.

Agama Buddha tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan karena kedua-duanya bersumber pada kesunyataan yang ada di dalam dunia ini. Dengan

kemajuan-kemajuan ilmiah yang telah dapat dicapai oleh umat manusia, maka kita akan lebih yakin lagi akan kebenaran-kebenaran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha kepada kita. Pokok ajaran Hinayana :

a) Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan, demikian seterusnya.

b) Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek, yang berkelompok sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka timbullah kesadaran aku yang palsu atau ada‖perorangan‖ yang palsu.

c) Tujuan hidup ialah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu. Apakah yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak diuraikan dengan jelas.

d) Cita-cita yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah berhenti keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.

b. Aliran Mahayana

Mahayana merupakan Aliran Buddha yang memperkenalkan unsur mistik dan kemungkinan semua orang dapat menikmati nirvana yang utuh(Gillian, 2000:5).

Penganut aliran Mahayana mengembangkan sebuah anggapan bahwa ajaran mereka lebih meluas, superior dan memiliki doktrin yang lebih tinggi dari pada Hinayan. Doktrin terbaru menempatkan Buddha sebagai pusat dan pencipta ajaran Buddha dengan pemahaman yang lebih meluas terhadap Buddha(Simkins dkk, 2000:29)

Seorang raja yang yang terkenal sebagai pelindung Buddha adalah Kaniska( abad peretengahan tarikh masehi) dari Agama Buddha terpecah menjadi dua yaitu golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika keluarga Kusana suku bangsa caka yang memerintah di daerah Punjab. Dibawah pimpinannya telah

dilangsungkanya Muktamar di Jalandara, tetapi yang berkumpul hanyalah mereka dari golongan Mahasangghika(Soekmono 2002:25).

Perbedaan antara golongan golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika yang sudah sedemikian lebar, sehingga masing-masing telah menempuh jalan sendiri dan mengalami perkembangan sendiri pula.Dalam abad ke-2 Masehi tampillah Nagarjuna yang berhasil membulatkan aliran-aliran Mahasangghika, sehingga kini menjadi bentuk baru yang memakai nama Mahayana sebagai lawan yang tegas dari golongan Sthawirawada yang mereka sebut Hinayana(Soekmono 2002:25).

Mahayana terdiri dari dua kata yakni maha (besar) dan yana (kendaraan), jadi secara etimologis berarti kendaraan besar. Ide maha merujuk pada tujuan religius seorang buddhis yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi (Buddha sempurna). Mahayana (berasal dari bahasa Sansekerta: , mahāyāna yang secara harafiah berarti 'Kendaraan Besar') adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India.

Bagi pengikut Mahayana diyakini, bahwa setiap umat Budha hanya dapat mecapai Nirwana kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan lelah menempati kedudukan baik di nirwana tersebut(Abu Su‘ud 2006:57).

Sutra Teratai merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan Im yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sansekertanya "Avalokiteśvara" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan- lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang dewi.

Penyembahan kepada Amitabha Buddha (Amitayus) merupakan salah satu aliran utama Buddha Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat

kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.

Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang Tionghoa.

Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.

Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga bodhisattva (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu).

Antara agama Budha aliran Hinayana/Theravada dan Mahayana memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain:

Perbedaan Antara Ajaran Buddha "Theravada dan Mahayana"

# TOPIK AJARAN

THERAVADA/HINAYAN A

AJARAN MAHAYANA

1 Buddha Hanya Buddha Sakyamuni dalam sejarah dan para Buddha masa lampau juga diterima

Terdapat Buddha lain selain Buddha

Sakyamuni, pada saat ini Buddha Amitabha dan Buddha Baisyajaraja (Obat) sangat terkenal. 2 Para Bodhisattva Hanya menerima Bodhisattva Maitreya. Terdapat Bodhisattva Avalokitesvara, Mansjuri, Ksitigarbha

and Samanthabadra disamping Bodhisattva Maitreya.

3 Tujuan Pelatihan

Mencapai Arahat dan pacceka-buddha. KeBuddhaan (melalui pelaksanaan bodhisattva). 4 Pengorganisas ian Sutra Buddhis

Sutra Pali dibagi menjadi 3 keranjang ( Tipitaka): Vinaya Pitaka 5 buku, Sutta Pitaka 5 koleksi ( banyak sutta) dan Abhidhamma Pitaka 7 buku.

Sutra Ajaran Mahayana juga terdiri dari

Tripitaka disiplin / aturan, ceramah ( sutras) dan analisa dharma. Pada umumnya dikumpulkan menjadi 12 divisi topik seperti Penyebab Dan Kondisi- Kondisi Dan

Sajak/Ayat. Itu berisi hampir semua

Theravada Tipitaka dan banyak sutra yang tidak terdapat dalam

Theravada Tipitaka.

5 Konsep Bodhicitta

Penekanan utama adalah pembebasan diri.

Kepercayaan penuh pada diri sendiri untuk membasmi semua kekotoran.

Di samping

pembebasan diri sendiri, adalah penting bagi para penganut Mahayana membantu mahluk lain.

6 Konsep Trikaya

Penekanan yang sangat terbatas pada 3 badan seorang Buddha. Acuan sebagian besar pada nirmana- kaya dan dharma-kaya.

Hal terbaik didalam ajaran Mahayana dilengkapi dengan Samboga-kaya atau badan melengkapi;melengkapi konsep Trikaya 7 Rute Penyebaran

Rute Selatan: Sri Lanka, Thailand, Myanmar, Laos Dan Kamboja dan bagian- bagian dari Asia Tenggara.

Rute Utara : Tibet, China, Taiwan, Jepang, Korea, Mongolia and Bagian dari Asia

Selatan.

8 Bahasa pembabaran Dharma

Tipitaka mutlak dalam bahasa Pali. Dharma

diajarkan dalam bahasa Pali yang dikombinasi-kan dengan bahasa lokal.

Ajaran Budha

diterjemahkan ke dalam bahasa lokal (kecuali yang 5 tak dapat diterjemahkan),antara lain: Tibet, Cina dan Jepang. Bahasa terjemahan itu berdasarkan bahasa Sansekerta. 9 Nirvana (Nibbana dalam bahasa Pali)

Tidak ada pembedaan antara Nirvana yang dicapai oleh seorang Buddha dan dari seorang arahat atau pacceka buddha.

Juga mengenal sebagai ' pembebasan dari

Samsara,' ada pembedaan sulit dipisahkan di (dalam) tingkatan pencapaian untuk ke tiga situasi..

10 Pengikut Buddha Sakyamuni

Para murid utama dalam sejarah, apakah itu arahat atau pengikut biasa.

Banyak bodhisattva diperkenalkan oleh Sakyamuni Buddha. Kebanyakan bukanlah figur historis. 11 Upacara agama dan Doa

Ada beberapa upacara agama tetapi tidak ada penekanan seperti di Mahayana.

Dipengaruhi budaya lokal oleh karena itu terdapat penekanan yang lebih berat atas penggunaan upacara agama seperti Upacara agama untuk yang meninggal, memberi makan Peta, formalitas tantric ( di dalam Vajrayana).

12 Penggunaan Mantra dan Mudra

Beberapa digunakan didalam Paritta

Pelatihan yang berat di Vajrayana Mahayana Buddhism. Sekte lain juga telah memasukkan

beberapa mantras di dalam doa sehari-hari mereka.

13 Aspek kematian

Sangat sedikit riset dan pengetahuan atas proses sekarat dan kematian. Pada umumnya, orang yang sekarat dinasehatkan untuk bersemadi atas sifat tak kekal, menderita dan kehampaan.

Sekte Vajrayana sangat meneliti mengenai hal ini. Ada banyak tanda eksternal dan internal yang dialami oleh orang sebelum meninggal. Penekanan terberat adalah pada proses pemindahan jasa kebajikan dalam beberapa minggu yang mengikuti kematian untuk membantu proses kelahiran kembali.

14 Bardo Mengenai hal ini antara tahapan setelah meninggal dan sebelum kelahiran kembali diabaikan oleh sekte Theravada.

Semua sekte Mahayana mengajarkan mengenai aspek ini setelah kematian.

15 Pelaksanaan Makan hanya sekali sehari.

Ini adalah aturan di dalam Sangha Theravada

Ini adalah suatu praktek yang sangat terhormat tetapi ini tergantung dari sifat setiap individu didalam Sangha.

16 Vegetarian Aspek ini tidaklah perlu. Tempat seperti negara Thailand, dimana perakte sehari-hari sangatlah sulit menentukan secara tegas makanan apa yang akan didermakan.

Dilaksanakan secara baik di semua sekte Mahayana (kecuali di Tibet dalam kaitan dengan

geografis).Bagaimanapu n, aspek ini tidaklah wajib.

17 Fokus Pemujaan didalam Kuil

Bentuk tata letak yang sederhana dengan gambar Buddha Sakyamuni sebagai

Dapat menjadi rumit; dengan sebuah ruangan untuk Buddha

fokus utama di altar. Sakyamuni Buddha dan kedua muridnya, satu hall/aula untuk yang 3 Buddhas ( mencakup Amitabha dan Buddha Baisayjaraja ) dan satu hall/aula untuk yang 3 Bodhisattva utama; disamping pelindung dan lain-lain.

18 Sekte atau Tradisi

Hanya satu sekte utama yang selamat setelah beberapa tahun yang mengurangi jumlah dari 18 atau lebih sekte.

8 sekte utama (Cina) yang berdasarkan pada bagian / doktrin ( sutras, sastras atau vinaya) tentang pengajaran. Yang empat sekte lebih menitikberatkan pada praktek Tanah Suci / Tanah Amitabha, Ch'an, Vajrayana dan Vinaya (Bukan untuk umat biasa) sangat terkenal dibandingkan dengan sekte filosofi seperti Tien Tai, Avamtasaka, Yogacara dan

Madhyamika

19 Pengaruh ajaran lain

Sebagian besar ajaran sebelum Buddhism seperti ajarna Hindu / Brahmin mempengaruhi. Banyak terminologi seperti karma, sangha, dll sudah berlaku ketika Buddha Sakyamuni hidup. Acuan telah dibuat dari Vedas dan Upanishads.

Selama pengintegrasian dan adopsi oleh orang- orang di dalam

peradaban lain, ada pengaruh timbal balik yang kuat. Di dalam Negeri China, kedua- duanya Confucianism dan Taoism

menggunakan beberapa yang mempengaruhi Buddhism yang mana pada gilirannya

mempunyai sebuah dampak pada kepercayaan yang berasal dari penduduk setempat. Hal ini telah diulangi di Jepang dan Tibet.

20 Buddha Sejati Tidak terdapat dalam ajaran Theravada

Penekanan yang kuat terhadap hal ini, semua sekte melaksanakan praktek ini.

TH.Stcherbatsky, Ph.D. di dalam bukunya The Conception of Buddhist Nirvana (With Sanskrit Text of Madhyamaka-Karika), menjelaskan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana secara garis besar sebgai berikut: 1) Perbedan di dalam interpretasi mengenai Pratiyasamutpada

2) Perbedaan di dalam konsep mengenai Nirvana 3) Perbedaan di dalam tujuan akhir

4) Perbedaan yang berhubungan dengan usaha untuk pencapaian Nirvana

5) Perbedaan yang berhubungan dengan penghapusan mengenai avaranas atau rintangan

6) Perbedaan di dalam konsep mengenai Dharma 7) Perbedaan di dalam konsep mengenai Buddhology

8) Hinayana intelektual, Mahayana intelektual juga bakti-puja 9) Hinayana pluralistic, Mahayana non-dualistik

10) Hinayana rasionalistik, Mahayana gaib

Di samping terdapat perbedaan antara Aliran Hinayana dengan Mahayana, keduanya juga memiliki persamaan, yaitu:

Persamaan antara Hinayana dan Mahayana

1) Memusnahkan kemelekatan, kebencian, dan khayalan ataun ilusi (raga,

dvesa, moha).

2) Dunia tiada permulaan atau awal (anamaggo-ayam-samsaro) begitu juga akhir.

3) Empat Kesunyataan Mulia atau Kebenaran Utama, dukha, samudaya,

nirodha, marga, dan 8 Jalan Utama.

4) Semua makhluk dunia dan obyek adalalah tidak kekal (anatiya), bersifat sebentar (ksanika) dan di dalam keadaan terus-menerus berubah (Santana),

dan tanpa adanya sesuatu substansi nyata (anatmakam).

5) Hukum Sebab-Akibat yang saling bergantungan (pratitya-samutpada) adalah berlaku secara universal.

Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan—terutama di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran—di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta—serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam.

Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-

dharma (Dewanagari: सनातनध्म), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi‖ yang

melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri.

Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama Weda Kuno), agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer. Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, "sintesis Hindu" tersebar ke selatan, hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di bawah dominansi kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah "Hinduisme" mulai dipakai secara luas), agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan independen. Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan

oleh gerakan "modernisme Hindu", yang menekankan mistisisme dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri bangsa India.

Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja

[sembahyang] dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut sadu (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai moksa.Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti (apa yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya (kurban), prosesi ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu. Kitab-kitab utama di antaranya adalah

Weda, Upanishad (keduanya tergolong Sruti), Mahabharata, Ramayana,

Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama (semuanya tergolong Smerti).

Kata Hindu (melalui bahasa Persia) berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama sebuah sungai di sebelah barat daya subbenua India, yang dalam bahasa Inggris disebut Indus. Menurut Gavin Flood, pada mulanya istilah 'hindu' muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindu. Maka dari itu, awalnya istilah 'Hindu' merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama.

Kata Hindu diserap oleh bahasa-bahasa Europa dari istilah Arab al-Hind, dan mengacu kepada negeri bagi bangsa yang mendiami daerah sekitar sungai Sindu. Istilah Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang mengacu kepada seluruh suku di India. Pada abad ke-13, Hindustan muncul sebagai nama alternatif India yang acap disebutkan, yang memiliki arti "Negeri para Hindu".

Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan dalam beberapa teks berbahasa Sanskerta seperti Rajatarangini dari Kashmir (Hinduka, kr. 1450) dan beberapa teks mazhab Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang berbahasa Bengali, seperti Caitanyacaritamerta dan Caitanyabhagawata. Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan Yawana atau Mleccha. Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut para penganut agama tradisional India

secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-19 untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India.

Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha yang penting meliputi tiga hal, yakni :

• Dengan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, maka bangsa Indonesia memasuki zaman Sejarah

• Kesenian yang bercorak Hindu-Buddha berkembang di Indonesia • Di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha

Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.

Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.

Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :

 Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.

 Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadiannya.

Munculnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti :

 Seni Bangunan. Seni Bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.

 Seni Rupa. Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief-relief ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasanan alam Indonesia, terlihat dengan adanya

Dalam dokumen Sejarah Peradaban Manusia dan Kebudayaan (Halaman 55-76)

Dokumen terkait