• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEJARAH MUNCULNYA METODE QIRA’ATI DAN

B. Metode Iqra’

1. Sejarah Perkembangan Iqra’

Metode Iqra’ disusun oleh As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta, lahir tahun 1933, beliau wafat pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun.22 Dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushala) Yogyakarta. Team AMM ini berdiri sekitar Tahun 1984, dengan kegiatannya memotivasi agar setiap masjid dan mushala terselenggara jamaah tadarus yang diikuti oleh angkatan mudanya (putra maupun putri) dengan pola kegiatan yang sama.

Team AMM kemudian mendirikan TK al-Qur’an pada tanggal 16 maret 1988 oleh Drs. H. Djunaidi (Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Depag DIY) selaku pengurus LPTQ DIY. Metode Iqra’ semakin berkembang dan menyebar secara merata di Indonesia setelah Musyawarah Nasional V Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang menjadikan TK al-Qur’an dan metode Iqra’ sebagai program nasional tepatnya pada 27-30 Juni 1989 di Surabaya.

Setelah TK al-Qur’an AMM berlangsung selama 1 tahun dan menunjukkan hasil yang baik, maka atas desakan dari orangtua yang memiliki putra-putri SD yang belum mampu membaca al-Qur’an, maka tepat pada tanggal 16 Ramadhan 1409 dibukalah Taman Pendidikan

21

Ustadz Maman, Pengurus Metode Iqra’ Yayasan Mabdail Falakh, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Januari 2010. Lihat juga Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an,

artikel diakses pada 29 Desember 2009 http://studyofislamiccenter.blogspot.com/2009/11/metode-pengajaran-baca-tulis-al-quran1.html

22

Hidayatulamin, Mengenang 14 Tahun Wafatnya KH. Asad Humam, artikel diakses pada 25 maret 2010 dari http://hidayatulamin .wordpress.com/2010/02/28mengenang-14tahun-wafatnya-k-h-as’ad-humam

Qur’an (TPA) AMM. Secara garis besarnya memiliki sistem dan metode pengajaran yang sama.

Dalam waktu yang singkat, rata-rata 6-9 bulan anak-anak TK dan SD telah mampu membaca al-Qur’an. Karena keberhasilan inilah yang mendorong LPTQ Munas yang ke VI di Yogyakarta telah menetapkan Team Tadarus AMM yang mengelola TKA-TPA sehingga Balai Penelitian dan Pengembangan Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an (keputusan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun1991 tertanggal 7 Februari ) diresmikan oleh Menteri Agama Munawir Syadzali.23

Metode Iqra’ dari awal penyusunannya sudah terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

10 sifat buku Iqra’ adalah:

a.Bacaan langsung: tanpa dieja, tidak usah dikenalkan nama huruf, tidak ada hafalan hijaiyah. Jadi tidak dikenalkan huruf alif, tanda baca fathah, kemudian dieja alif fathah A, dan seterusnya, tetapi langsung diajarkan bunyi huruf A, Ba, Ta dan seterusnya.

b.CBSA: (cara belajar santri/ siswa aktif) biarkan peserta aktif membaca/ menulis/ berlatih, guru cukup menyimak dan menegur kalau ada kesalahan dan jangan sampai menuntun. Siswa harus didorong untuk aktif dan guru hanya membimbing dan menerangkan pokok pelajaran saja. Sesudah siswa jelas dan bisa mengulangi dengan baik, maka siswa

23

Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia,

disuruh membaca sendiri bacaan-bacaan berikutnya dan guru hanya menyimak saja.

c.Private: siswa berhadapan langsung dengan guru. Dalam belajar membaca al-Qur’an, siswa harus berhadapan langsung dengan gurunya, agar siswa mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan makhrajnya, karena itulah siswa disimak satu persatu secara bergantian.

d.Modul: siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam menyelesaikan materi Iqra‘ tergantung dari kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan kelas atau orang lain. Jadi cepat dan lambatnya dalam menyelesaikan Iqra‘ tergantung dari kemampuan masing-masing siswa, sehingga meskipun mulainya bersama-sama akan tetapi selesainya bervariasi.

1. Listening skill: melatih mendengar bunyi huruf dan kata. 2. Oral drill: latihan lisan, mengucapkan yang didengar.

3. Reading skill: membaca huruf yang didengarkan dan diucapkan. e.Asistensi: siswa senior dijadikan asisten untuk membantu mengajar

(mengatasi kekurangan guru). Jika terpaksa kekurangan tenaga guru, maka bisa menunjuk siswa-siswa terpilih untuk menjadi asisten penyimak bagi siswa yang lain yang tingkat jilidnya berada dibawahnya.

f. Praktis: teori ilmu tajwid diajarkan setelah santri mampu membaca al-Qur’an. Buku Iqra’ disusun dan diajarkan secara praktis, langsung

menekankan praktek, tanpa mengenalkan istilah-istilah ilmu tajwidnya, jadi langsung diajarkan bagaimana pengucapannya.

g.Sistematis: diajarkan secara bertahap. Disusun secara lengkap dan sempurna, terencana serta terarah, dimulai dari pelajaran yang dasar dan sederhana, dengan rangkaian huruf demi huruf, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akhirnya ketingkat suatu kalimat yang bermakna. h.Variatif: buku Iqra’ 6 jilid berwarna. Disusun secara berjilid-jilid terdiri

dari 6 jilid dengan sampul yang warna-warni, sehingga menarik selera siswa untuk saling berlomba dalam mencapai warna-warna jilid berikutnya.

i. Komunikatif: dalam buku Iqra’ terdapat rambu petunjuk yang akrab dan mudah dipahami. Ungkapan kata rambu-rambu petunjuk, menyenangkan bagi pembaca dan yang mempelajarinya, juga diikuti ungkapan kata dalam bahasa indonesia yang terasa akrab dan mudah dipahami.

j. Fleksibel: cocok untuk segala usia, dari balita taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, sampai orang dewasa. Buku Iqra’ bisa dipelajari oleh anak usia TK, SD, SMP, SMU, mahasiswa serta orang-orang tua (manula) disamping itu, siapa pun yang sudah bisa membaca al-Qur’an pasti bisa mengajarkannya.24

24

Fitriinsani, Metode-Metode Baca Tulis Al-Qur’an Di Indonesia, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http://fitriinsani.wordpress.com/2009/12/12/metode-metode-baca-tulis-al-Qur’an-di-indonesia/

Tujuan Iqra’ yaitu sebagai berikut:

1.Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an dari segi bacaannya, yang sesuai dengan kaidah tajwid.

2.Menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari.

3.Dapat melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang Islami.

4.Meningkatkan kembali para guru ngaji agar lebih hati-hati dalam mengajarkan al-Qur’an

5.Anak dapat menghafal surat-surat pendek. 6.Anak dapat membaca ayat-ayat pilihan. 7.Anak dapat menulis huruf al-Qur’an.25

Buku bacaan Iqra’ ialah buku bacaan yang sangat populer selain mudah praktik membaca dan menghafal al-Qur’an, tidak hanya di Indonesia tapi juga di sebagian negara Asia Selatan Timur. Guru Agama lokal pengajian Qur’an di Kotagede, Yogyakarta Jawa Tengah membuat buku bacaan Iqra’ pada akhir 1980an dan mendirikan TPA dan sekolah al-Qur’an untuk anak-anak SD.

Metode buku Iqra’ telah diperkenalkan kepada masyarakat melalui jaringan Mahasiswa Muslim Universitas sepanjang dan seluruh

25

Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, h. 6

Indonesia, karena investor dari buku Iqra’ mencakup pendidikan al-Qur’an pada masyarakat Yogyakarta dan bekerja sama dengan mahasiswa.

Perhatian dan usaha untuk mempelajari al-Qur'an bukan hanya dipelajari oleh para pemeluk agama Islam di Jazirah Arab saja, tetapi juga berkembang sampai ke negara-negara pinggiran Islam, seperti dunia Melayu yang mencakup Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, buku pegangan pembelajaran al-Qur'an (pengajaran baca-tulis huruf al-Qur'an) yang umum diajarkan kepada anak-anak adalah buku Iqra’. Adapun penggunaan buku Iqra’ dalam pembelajaran bertujuan untuk mempermudah para siswa dalam membaca al-Qur'an.

Dalam pembelajaran al-Qur’an di Indonesia, metodologi Iqra’ menjadi pilihan populer oleh Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Hal ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa alasan: pertama, sosialisasi Iqra’ oleh KH. As’ad Humam bersama balai litbang LPTQ Nasional dan team tadarus Amm Yogyakarta sebagai metodologi yang sistematis, terstruktur dan mengandalkan cara cepat belajar membaca al-Qur’an secara nasional merupakan yang pertama dari pada metodologi yang lain. Kedua, buku panduan Iqra’ mudah didapat di pasaran, dan tidak melalui prosedur yang rumit untuk membelinya. Ketiga, pengajarnya tidak harus ada persyaratan ujian, maka siapapun yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, bisa mengajar baca Qur’an dengan buku Iqra’. Keempat, dari segi pembelajaran, Iqra’ merupakan metode yang simpel dan mudah. Kelima,

para instruktur TPA saat ini sebagian besar pernah mengalami pembinaan dari Iqra’, minimal pernah mengajar dengan metodologi ini.26

Keberhasilan suatu Pendidikan, khususnya dalam pengajaran al-Qur’an tidak lepas dari penggunaan sistem pengajaran yang baik yang digunakan dalam pengajaran, karena sistem pengajaran merupakan salah satu hal terpenting dalam pendidikan.

2. Klasifikasi Metode Iqra’

a. Metode Iqra’ untuk anak-anak b. Metode Iqra’ untuk dewasa

Pada awalnya As’ad Humam hanya menyusun Iqra’ jilid 1 sampai 6 itu untuk (TKA) Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an. Yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia dini (4 sampai 6 tahun) dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia SD ( 7 sampai 12 tahun) Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya.

Pada tahun 1992, Tasyrifin Karim dari Kalimantan Selatan mengembangkan pengajian untuk orang dewasa dengan menggunakan metode Iqra’ dewasa. Ternyata hasilnya cukup memuaskan antara 10-20 kali pertemuan yang tadinya buta huruf al-Qur’an hingga menjadi mampu membaca al-Qur’an. Perbedaan antara metode Iqra’ untuk anak-anak dengan metode Iqra’ dewasa dari prinsip-prinsip pengajarannya saja seperti:

26

Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam,

1. Usahakan sebelum memulai pelajaran mengulang-ulang bacaan lengkap huruf hijaiyah baik secara urut maupun acak serta mengulang-ulang huruf yang sering keliru bacaan maupun makhrajnya baik dengan irama atau tidak.

2. Buku panduan praktis belajar baca tulis al-Qur’an (metode Iqra’ terpadu) digunakan saat tatap muka, khususnya pada saat klasikal, sementara pada saat privat bila masih ada waktu yang cukup sebaiknya dilengkapi dengan buku Iqra’ yang halamannya disesuaikan dengan pokok bahasan.

3. Pada pertemuan V-VI dan seterusnya (kelompok lanjut) pada saat klasikal boleh diberikan penjelasan tentang harakat, sukun, tasydid, panjang pendek, maupun bacaan tanwin sesuai dengan pelajaran yang akan dibahas berikutnya, serta materi surat-surat pendek maupun doa-doa harian seperlunya.

4. Dianjurkan kepada peserta untuk banyak berlatih membaca maupun menulis diluar waktu belajar mengajar yang sudah disepakati.27

Dalam hal ini, penulis hanya meneliti metode Iqra’ yang disusun oleh As’ad Humam saja.

Dokumen terkait