• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II JALAN DAN WALIMAH DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM

A. Sejarah Singkat MUI

Catatan sejarah peristiwa berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada tanggal 17 Rajab 1395 Hijriah bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 Miladiyah, di Jakarta sebagai hasil musyawarah Nasional I Majelis Ulama Indonesia yang berlangsung pada tanggal 12s/d Rajab 1395 H/21 s/d 26 Juli 1975 M di Balai Sidang Jakarta.

MUI Provinsi Lampung (awal namanya Majelis Ulama) sangatlah berharga.Peristiwa penting dan bernilai religius sejak 39 tahun yang lalu, jangan sampai terlupakan, apalagi terabaikan. Peristiwa ini harus ditulis dan direkam untuk dijadikan sejarah berdirinya MUI Provinsi Lampung. Ditengah-tengah haru-biru perjuangan pembangunan daerah, pembangunan sosial dan pembangunan mental spiritual Provinsi Lampung.Provinsi yang berjuluk Gerbang Sumatera, dengan ciri khasnya Siger da Sang Bumi Ruai Jurai.

Pada tahun 1971 para tokoh agama dan masyarakat Lampung mempunyai gagasan bagaimana mengumpulkan para ulama dan kyai di Kota Madya Tanjungkarang dan Telukbetung. Langkah awal yang dilakukan pada saat itu adalah mengadakan silaturrahmi dengan para Ulama dan Kyai di Kota Madya

Tanjungkarang dan Telukbetung untuk memikirkan nasib umat Islam di Lampung yang masihmemprihatinkan.

Silaturrahim adalah pembuka jalan untuk menciptakan Ukhuwah Islamiyah agar makin erat dan akrab, sekaligus ajang menyusun strategi dakwah yang efektif dan berkesinambungan.

Banyak kepentingan umat Islam yang dirugikan dan banyak sekali suara sumbang yang mendiskriditkan umat Islam.Umat Islam yang mayoritas berjuang dengan caranya sendiri-sendiri dan yang sudah barang tentu memunculkan banyak perbedaan-perbedaan yang terjadi.Sehingga menjadikan posisinya lemah dihadapan pemerintah dan musuh-musuh Islam.Untuk memecahkan masalah tersebut, pertemuan dilaksanakan setiap bulan dengan tempat yang berpindah-pindah.Masalah yang dibahas pada saat itu merupakan masalah yang urgen, seperti aqidah dan ukhuwah, sedang masalah khilafiah tidak perdebatkan, selama masih berdasarkan Al

Qur‟an dan hadis.

Masalah terpenting lainnya adalah bagaimana menciptakan persatuan dan kesatuan umat, ruhul jihad dalam berdakwah memiliki ciri dakwah yang efektif dan berkesinambungan dapat terwujud.

Setelah beberapa kali diadakan pertemuan guna membahas masalah-masalah serta hal-hal yang tidak menguntungkan umat Islam pada saat itu, maka para ulama dan cendekiawan mengusulkan agar dibentuknya Lembaga Ulama.Dan Alhamdulillah yang pada saat itu disponsori oleh KH. Mansyur Yatim, KH. Shobir, H. Suwarno Ahmadi (Rektor IAIN Raden Intan Lampung) dan masih banyak yang

lain, maka terbentuklan Ikatan Ulama Lampung.Karena pengurus dan anggotanya telah mewakili ulama dan kyai serta cendekiawan se-Lampung.

Pada setiap pertemuan diisi tausiyah dan dialog untuk memikirkan strategi dakwah yang efektif dan praktis. Hal tersebut mendapat simpatik dan respon dari masyarakat serta peserta yang menghadiri kegiatan pada saat itu. Walaupun baru satu tahun berjalan dan belum resmi diberi nama MUI, karena pada saat itu nama yang dipakai adalah Forum Ukhuwah Ulama, Kyai dan Cendekiawan se-Lampung, forum ini mempunyai program-program dan kegiatan sangat padat dan dapat menampung aspirasi masyarakat.

Walaupun organisasi keulamaan di Lampung ini baru berjalan satu tahun, tetapi organisasi ini telah mendapat undangan pada acara Musyawarah Alim Ulama (cikal bakal MUI) Pusat di Jakarta pada bulan Juli 1974.Pada acara tersebut diwakili oleh 4 (empat) orang yaitu KH. Mansyur Yatim, H. Suwarno Ahmadi, Zakaria Nawawi dan H. Baheram Bakar.

Berdasarkan surat keputusan Musyawarah Alim Ulama Pusat Jakarta pada bulan September 1974 memberikan mandat untuk membentuk Majelis Ulama Lampung. Oleh karena itu, para Pengurus Ulama dan Cendekiawan di Lampung mengadakan pertemuan di Kampus IAIN Raden Intan di Kaliawi Tanjungkarang, yang dihadiri kurang lebih 24 orang peserta dari golongan ulama, kyai dan cendekiawan dari Tanjungkarang, Telukbetung, Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Utara.

Mereka dengan rasa ukhuwah Islamiyah berdialog dan berdiskusi membicarakan strategi perjuangan Islam melalui jalur lembaga dakwah bukan partai politik.Memang pada saat membentuknya banyak tokoh Islam kala itu kecewa, karena Parpol Masyumi terpaksa harus membubarkan diri. Dialog berlangsung alot dan banyak argumentasi yang disampaikan tentang metode dan startegi berjuang, berdakwah dan pembelaan terhadap agama, dengan tetap memperjuangakan Amar

Ma‟rufNahi Mungkar. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1974, bertepatan dengan

hari Jum‟at 12 Zulhijah 1394 H, para peserta rapat menetapkan dan memilih H. Suwarno Ahmadi sebagai Ketua Umum danA. Kadir Hanafi sebagai Sekrterais Umum Majelis Ulama Lampung. Periode perhidmatan kepengurusan MUI Provinsi lampung pada awal periode ini adalah dari tahun 1974 s.d 1979.

Kemudian pada tanggal 21-27 Juli 1975 mendapat undangan Munas MUI pertama di Convention Hall Senayan Jakarta.Utusan MUI Lampung yang hadir pada acara tersebut adalah KH. Zakaria Nawawi, H. Baheran Bakar dan H. Tarmizi Nawawi. Bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 dimana pada tanggal tersebut, dijadikan sebagai hari jadi (terbentuknya) MUI Pusat secara resmi.

Dengan telah terbentuknya kepengurusan MUI di seluruh provinsi, maka kebijakan-kebijakan yang dicanagkan dan di tetapkan akan dapat cepat terakomodasi ke daerah-daerah. Disamping itu, keberadaan MUI tetap kokoh dan tidak mudah untuk dilemahkan. Demikian pula keberadaan MUI di setiap kabupaten kota pun demikian halnya. Keberadaanya berkembang menyesuaikan dengan pemekaran

wilayah di daerah masing-masing. Sehingga setiap kabupaten dankota yang ada kepengurusan MUIpun harus ada pula.

Adapun dalam kepengurusan awal MUI Provinsi Lampung, kepengurusan Kotamadya dan Kabupaten yang ada dalam periode awal adalah :

1. MUI Kota Madya Tanjungkarang dan Telukbetung (Sebelum menjadi Kota Bandar Lampung)

2.MUI Kabupaten Lampung Tengah 3.MUI Kabupaten Lampung Selatan, dan 4.MUI Kabupaten Lampung Utara46

Hingga sekarang tahun 2017, MUI sudah ada di seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, yakni 15 (lima belas) MUI Kabupaten/Kota.

Secara umum Majelis Ulama Indonesia dari pusat hingga ke daerah tidak terkecuali MUI Provinsi Lampung memiliki cita-cita mewujudkan potensi kemasyarakatan yang lebih baik sebagai hasil kerja keras serta kerja sama segenap

umat, melalui aktivitas para ulama, umara‟ dan cendekiawan muslim untuk kejayaan Islam dan umat Islam („Izzul Islam wal muslimin) guna membangun masyarakat yang diridhai Allah SWT yang penuh rahmat (rahmatan lil‟alamin) di tengah-tengah kehidupan umat manusia. khususnya bangsa Indonesia menuju masyarakat yang berperadaban.

Sesuai dengan tema Musyawarah Nasional VII “Meneguhkan Tanggung Jawab Ulama Dalam Membangun Khaira Ummah” maka MUI selalu berikhtiar semaksimal

46

mungkin menggerakkan segenap komponen bangsa, baik kepemimpinan maupun kelembagaan secara dinamis dan efektif, sehingga mampu melaksanakan fungsinya sebagai khadimul ummah (pelayan umat), wasilah wa wasathah ummah (perantara dan penengah umat) serta secara terus-menerus menegakkan amar ma‟ruf nahi

munkar.

Adapun langkah-langkah untuk mewujudkan cita-cita besar MUI adalah mengajak semua lapisan hingga level kepemimpinan dan kelembagaan yang dinamis dan efektif sehingga mampu mengawal umat Islam dalam melaksanakan aqidah Islamiyah, membimbing mereka dalam menjalankan ibadah, menuntun mereka dalam mengembangkan pengetahuan dan menjadi panutan mereka dalam bertindak tanduk yang bercirikan akhlaqul karimah.

B.Visi dan Misi

Dokumen terkait