• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Umum dan Latar Belakang Menetukan Arah Kiblat Masjid/ Mu ṣ alla di Kota Medan

BAB III : MEDAN DAN MASJID/MU Ṣ ALLA DI KOTA MEDAN

MEDAN DAN MASJID/MU Ṣ ALLA DI KOTA MEDAN

C. Sejarah Umum dan Latar Belakang Menetukan Arah Kiblat Masjid/ Mu ṣ alla di Kota Medan

Ketika beberapa Masjid/Muṣalla dikunjungi oleh peneliti, maka

diperoleh data dan informasi bahwa secara umum sejarah berdirinya

Masjid/Muṣalla di kota Medan adalah dibangun berdasarkan kebutuhan

pada pelaksanaan ibadah bagi umat Islam, sehingga bisa dianalisa dari

tahun ketahun jumlah Masjid/Muṣalla yang ada di kota Medan terus

bertambah jumlahnya hal ini salah satu faktornya adalah karena semakin

bertambah jumlah penduduk muslim di kota Medan.9

Adapun latar belakang dahulu Masjid/Muṣalla di kota Medan dalam

hal menentukan arah kiblat bila dilihat dari letak bangunannya secara rata-

8

Adapun yang dimaksud dengan latar belakang menentukan arah kiblat di sini adalah latar belakang dahulunya bagaimana menentukan arah kiblat Masjid/Muṣalla yang ada di kota Medan.

9

Data ini hanya merupakan data yang dihasilkan dari masyarakat atau pengurus Masjid/Muṣalla saat peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data akurasi Masjid/Muṣalla. (kemudian peneliti mengumpulkan informasi data tersebut sehingga menjadi kesimpulan informasi seperti ini/menurut persepsi peneliti).

rata, maka bisa dianalisa bahwa Masjid/Muṣalla tersebut rata-rata arah bangunannya ke Barat, hal ini karena persepsi kaum muslimin di kota

Medan saat itu bahwa keberadaan kiblat atau Ka’bah dari kota Medan

adalah Barat, ketika menentukan arah Baratpun mereka tidak menggunakan alat yang akurat, mereka hanya menentukan arah Barat itu dengan panduan tenggelamnya matahari. Di mana matahari tenggelam maka disanalah arah Barat. Mereka tidak mengetahui bahwa arah tenggelamnya matahari sepanjang tahun terus mengalami perubahan, mulai dari Barat Daya sampai dengan Barat Laut.

Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Maskufa dalam bukunya Ilmu

Falaq, penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan bahwa Saudi Arabia

tempat di mana Ka’bah berada terletak di sebelah Barat Indonesia. Hal ini

dilakukan dengan kira-kira saja tanpa ada perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik dengan arah Barat.16810

10

Namun jika diteliti dari sejumlah Masjid/Muṣalla yang ada di kota Medan berdasarkan rata-rata, walaupun menentukan arah Barat dengan

matahari tenggelam dengan persepsi menghadap kiblat (Ka’bah), ada

juga yang kemungkinan benar akurasi arah kiblatnya,11 sebab hal ini jika

dianalisa bahwa matahari tenggelam dalam sepanjang tahun juga akan ditemukan tenggelamnya di arah Barat Laut, jika dirata-ratakan arah kiblat

Masjid/Muṣalla dari kota Medan adalah berkisar arah Barat Laut. Namun

menentukan arah kiblat dengan versi ini sangat kecil sekali kemungkinan

benar menghadap arah Barat Laut.12

Jika demikian halnya, muslim di kota Medan saat itu belum mengetahui menentukan arah kiblat dengan cara yang benar, ada beberapa faktor mengapa arah kiblat di kota Medan secara rata-rata belum benar, yaitu: 16913

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arah kiblat.14

11

Ini hanya asumsi dasar peneliti sebab sepanjang tahun matahai tenggelam akan terus berubah, mulai dari Barat Daya, Barat dan sampai dengan Barat Laut, saat matahari tenggelam di Barat Laut maka diasumsikan jika masyarakat membangun Masjid/Muṣalla dengan berdasarkan matahari tenggelam saat itu, maka akan memungkinkan benar arah kiblatnya namun hal ini sangat kecil tingkat akurasi arah kiblatnya.

12

Ini hanya asumsi peneliti dari informasi yang diterima saat-saat meneliti ke lapangan.

13

Informasi-informasi ini diperoleh saat-saat penulis (peneliti) terjun kelapangan dalam rangka mengkoreksi data keakuratan arah kiblat bangunan Masjid/Muṣalla yang ada di kota Medan, bertemu langsung dengan para kenaziran atau pengelola Masjid/Muṣalla, informasi dalam bentuk lisan ini, penulis (peneliti) uraikan dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga menjadi sebuah tulisan yang mengandung informasi penting.

14

Hal ini terjadi pada Masjid/Muṣalla yang dibangun pada masa dahulu, dimana ilmu pengetahuan tentang menentukan arah kiblat belum berkembang, jadi mereka menentukan arah kiblat berdasarkan tanda-tanda atau keyakinan yang ada saat itu. (Analisa penulis).

2. Kurang mengetahui teknik menentukan arah kiblat, baik secara

tradisional maupun dengan peralatan modern.17015

3. Ada asumsi keyakinan yang masih dianggap benar bahwa persoalan menghadap kiblat, boleh menghadap kemana saja tidak

harus tepat ke Ka’bah, sebab persoalan ibadah salat menghadap

kiblat adalah persoalan hati dan iman. Sehingga bagi mereka, koreksi arah kiblat bukanlah suatu hal yang dianggap penting. Faktor lain yang menjadi penghambat atau penghalang untuk terlaksananya penentuan arah kiblat yang benar adalah :

1) Terkadang karena menaruh rasa hormat yang terlalu berlebihan kepada para leluhurnya (kiyai, syaikh atau ustadz) yang turut serta

menentukan arah kiblat bangunan Masjid/Muṣalla yang ada, sehingga

sekalipun sudah diketahui dan bisa dibuktikan bahwa arah kiblat bangunan Masjid/Muṣalla tidak benar (tidak tepat) mereka tidak mau mengkoreksi ke arah yang benar arah kiblat tersebut, mereka tetap bertahan pada arah sebelumnya, hal inipun terkadang bisa menimbulkan konflik di tengah-tengah jama’ah Masjid/Muṣalla.16

15

Alat yang digunakan dahulu dalam menentukan arah kiblat menurut analisa peneliti adalah kompas di mana penggunaannyapun tidak mempertimbangkan pengaruh benda-benda seperti besi atau logam, tidak memehami deklinasi magnetik sehingga pengunaannya hanya apa adanya. Lain halnya sekarang alat modern yang digunakan adalah theodolite atau kompas tetapi mempertimbangkan harga deklinasi magnetik.

16

Data-nya diperoleh dari pengalaman peneliti terjun ke lapangan saat cek akurasi arah kiblat, ada Masjid/Muṣalla yang telah dilakukan kalibrasi akurasi arah kiblat tetapi setelah petugas pulang para jama’ah atau pengurus Masjid/Muṣalla tidak mengikuti hasil yang dibuat oleh petugas resmi yang diakui, mereka lebih meyakini arah kiblat Masjid/Muṣalla yang telah dibuat oleh leluhur sebelumnya (kiyai, syaikh atau ustadz yang ada sebelumnya).

2) Adanya konflik di tengah jama’ah Masjid/Muṣalla, bila koreksi arah kiblat dilakukan maka arah sajadah tidak lagi mengikuti struktur

bangunan Masjid/Muṣalla, sehingga banyak menghilangkan shaf

dan tidak indah dipandang mata jama’ah disebabkan bentuk arah

sajadah miring.17

17

Semua informasi dan data-data ini hanya bagian dari hasil penelitian peneliti dan asumsi/analisa yang disimpulkan oleh peneliti dari informasi yang diterima.

BAB IV

HASIL PENELITIAN : UPAYA AKURASI DAN SOLUSI