• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Teori Lokasi

2.3.2 Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Berdasarkan kebutuhan program ruang minimum, kebutuhan ruang kelas minimum pada sebuah sekolah dasar adalah 6 kelas dengan masing-masing kelas berisi 40 murid diatas lahan seluas ±3000-7000 m. Secara lebih rinci, kebutuhan ruang dari sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain (SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan):

a. Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus disediakan

b. Perhitungan proyeksi jumlah siswa yang akan menentukan tipe sekolah serta kebutuhan jumlah ruang, luas ruang dan luas lahan.

c. Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan didasarkan tipe masing-masing sekolah yang dibedakan menurut:

1) jumlah rombongan belajar; 2) jumlah peserta didik;

3) jumlah tenaga kependidikan

4) kebutuhan ruang belajar, ruang kantor, dan ruang penunjang;

5) luas tanah, dan lingkungan/lokasi sekolah. d. Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk

masing-masing sarana pendidikan tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing tingkatan pendidikan. Berdasarkan pemaparan diatas, sekolah dasar dapat digolongkan berdasarkan rombongan belajar, peserta didik,

luas ruangan minimum serta luas lahan minimun sehingga didapatkan klasifikasi tipe sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Standar Penentuan Tipe Sekolah Dasar Tipe Sekolah Rombongan Belajar (Rombongan) Peserta Didik (Siswa) Luas Ruang Minimum (m2) Luas Lahan Minimum (m2) Tipe A 12 480 1.000 3.000 Tipe B 9 360 633 2.000 Tipe C 6 240 251 1.000

Sumber: SNI 03 1733 2004 (Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota)

Adapun kriteria penyediaan fasilitas pendidikan SD di kawasan perkotaan berdasarkan kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk pendukung minimal 1.600 jiwa; b. Kebutuhan luas lantai minimum pada setiap SD adalah

633 m2 sedangkan untuk kebutuhan luas lahan minimum adalah 2.000 m2. Dengan standar kepadatan 1,25 m2/jiwa;

c. Radius pencapaian maksimal 1.000 m;

d. Berada di tengah kelompok warga dan tidak menyeberang jalan raya;

e. Bergabung dengan taman sehingga terjadi

pengelompokan kegiatan.

Penentuan lokasi fasilitas pendidikan sekolah dasar dapat didekati dengan konsep Neighborhood Unit yang

dikembangkan oleh Clarence Perry pada tahun 1929. Konsep ini merupakan pembentukan unit lingkungan seluas 160 Ha yang dihuni oleh 5.000-6.000 jiwa. Dengan demikian unit lingkungan memiliki tingkat kepadatan yang rendah yakni sebesar 10 RT/Ha. Dalam setiap unit lingkungan harus dilengkapi dengan sebuah sekolah dasar yang mampu melayani 1.000-1.200 siswa. Bentuk unit lingkungan ini juga dibentuk sedemikian rupa sehingga siswa tidak perlu berjalan lebih dari seperempat mil untuk mencapai sekolahnya. Sepuluh persen luas unit lingkungan digunakan sebagai kawasan perbelanjaan, gereja, perpustakaan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas penunjang tersebut dihubungkan langsung dengan lokasi sekolah dasar. Jalan arteri dibentuk mengelilingi unit lingkungan sehingga jalan akses didalam unit lingkungan hanya terbatas untuk masyarakat unit lingkungan tersebut. (Gallion dalam Meenakshi, 2011).

Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sebuah unit lingkungan dikelilingi oleh jalan utama dengan sekolah dasar sebagai pusat dari unit lingkungan dan pusat kegiatan lainnya diletakkan dibatas luar unit lingkungan. Dengan demikian jalan yang berada didalam unit lingkungan bersifat semi privat dengan bentuk culdesac.

Gambar 2.4 : Perry’s Neighborhood Unit

Sumber : Meenakshi, 2011

Dalam konsep Neighborhood Unit versi Clarence A. Perry, terdapat enam prinsip dasar yang merupakan aspek utama yang meliputi ranah kerja beberapa institusi, sosial dan perencana fisik. Adapun keenam kriteria tersebut adalah (Meenakshi, 2011):

 Jalan didalam unit lingkungan mempunyai akses yang terbatas karena jalan arteri diletakkan mengelilingi unit lingkungan.

 Pola jalan dibentuk dengan model cul-de-sac sehingga tercipta lalu lintas yang tenang, aman dan mempunyai intensitas yang rendah.

 Penduduk di unit lingkungan harus mendukung keberadaan sekolah dasar.

 Unit lingkungan harus terpusat pada sekolah dasar bersama dengan lembaga lain yang memiliki jangkauan pelayanan sebesar batas lingkungan.

 Jari-jari unit lingkungan maksimal seperempat mil sesuai dengan jarak tempuh maksimal siswa SD untuk mencapai sekolah.

 Pusat perbelanjaan harus diletakkan di persimpangan jalan besar yang berada pada tepi unit lingkungan. Konsep Neighborhood Unit kemudian dikembangkan melalui beberapa variasi oleh beberapa ahli salah satunya adalah Chiara. Pada tahun 1995, Chiara mengusung konsep Neighborhood Unit dengan membuat radius maksimum pencapaian sekolah dasar menjadi rentang jarak antara seperempat mil hingga setengah mil. Hal ini didasarkan pada perbedaan kepadatan unit lingkungan yang bebeda-beda. Untuk unit lingkungan dengan kepadatan rendah jarak antara rumah dan sekolah dasar lebih dari setengah mil dengan catatan jalur tersebut dilayani oleh angkutan umum. Selain itu konsep Chiara juga membagi pusat unit lingkungan menjadi tiga yakni sekolah dasar dan dua pusat perbelanjaan (Chiara dalam Mariana, 2011).

Gambar 2.5 : Chiara’s Neighborhood Unit

Sumber : Mariana, 2011

Pada Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa terdapat kawasan yang diarsir dan tidak diarsir. Kawasan yang tidak diarsir merupakan kawasan yang dapat mencapai sekolah dasar dengan berjalan kaki. Sedangkan untuk kawasan yang diarsir merupakan kawasan yang dapat mencapai sekolah dasar dengan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi. Pada Neighborhood Unit versi Chiara dapat dilihat bahwa pusat-pusat kegiatan berkumpul ditengah unit lingkungan.

Teori lain yang dapat diadopsi dalam penentuan lokasi dan jangkauan pelayanan untuk fasilitas sekolah dasar adalah teori central place atau teori pusat pelayanan. Teori ini dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933. Teori

Christaller berpendapat bahwa pusat-pusat cenderung tersebar membentuk pola heksagon atau segi enam. Hal tersebut didapatkan dengan asumsi bahwa wilayah studi mempunyai topografi dan kehidupan ekonomi yang homogen (Kodoatie, 2010).

Gambar 2.6 : Hipotesis Christaller

Sumber : Kodoatie:181, 2010

Teori pusat pelayanan merupakan pembagian kegiatan sosial ekonomi kedalam pusat-pusat pelayanan tertentu tak terkecuali fasilitas pendidikan. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi struktur hirarki ruang maka semakin tinggi pula skala pelayanan yang terbentuk. Pada Gambar 2.6 terlihat bahwa pusat pelayanan pada tiap wilayah saling terhubung dan mempunyai satu pusat pelayanan dengan jangkayan pelayanan yang lebih besar pada yang berada di pusat heksagon. Untuk itu fasilitas pendidikan yang memiliki jenjang yang berbeda dapat mengaplikasikan konsep ini dalam pembagian jangkauan pelayanan sesuai dengan jenjang sekolah yang ada. Sebuah fasilitas pendidikan harus mempunyai dua prinsip dasar yang ada pada teori pusat pelayanan oleh Christaller yakni :

1. Range

Jangkauan aktivitas pelayanan yang diukur berdasarkan jarak maksimum yang mampu ditempuh oleh pengguna layanan. Jarak maksimum diasumsikan selaras dengan biaya transportasi yang dikeluarkan. Sehingga pada jarak maksimal tersebut seseorang sudah tidak mampu untuk memperoleh pelayanan tersebut.

2. Threshold

Jumlah penduduk minimum yang dapat mendukung adanya aktivitas pelayanan sehingga pelayanan menjadi efisien dan efektif. Hal ini berkaitan pula dengan kepadatan penduduk dan luas jangkauan pelayanan. Karena jika kepadatan penduduk tinggi maka jangkauan pelayanan akan semakin kecil pula.

Dokumen terkait