• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOGOR

2 0 0 8

NIM : E051060081

Disetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Si. Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Iman Wahyudi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

karuniaNya sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis berjudul “Karakteristik Oriented Strand Board dari Kayu Akasia dan Afrika Berdasarkan Penyusunan Arah Strand” ini dapat diselesaikan . Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian selama 4 bulan di Laboratorium Bio-komposit, Laboratorium Kayu Solid, Laboratorim Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Dr.Ir.Naresworo Nugroho, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Dr.Ir.Dede Hermawan, M.Sc. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan serta saran dalam berbagai kesempatan diskusi yang terkait dengan penelitian ini, Prof.Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr. selaku penguji luar komisi dan Prof.Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S selaku pimpinan sidang ujian yang telah banyak memberi masukan dan saran. 2. Rektor Universitas Tanjungpura, Dekan Fakultas Kehutanan, dan ketua

Jurusan Teknologi Hasil Hutan atas kesempatan untuk melanjutkan Program Studi Pasca Sarjana dan biaya bantuan penyelesaian studi.

3. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang memberikan Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS).

4. Staf di Laboratorium Bio-komposit, Laboratorium Kayu Solid, Laboratorim Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Keteknikan Kayu yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian, Pak Abdullah, Pak Atin, Pak Amin, Pak Kadiman dan Mbak Esti.

5. Teman-teman angkatan 2006 di pasca sarjana, arief, mbak desy, mbak erni, cici dan teman-teman seprofesi di Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, teman seperjuangan (teteh, anti) dan penghuni Regensi B-26 yang telah memberi semangat, masukan dan dorongan selama proses belajar. 6. Ayahnda H. Hairudin H. Ali, Ibunda Hj. Saniah, mertuaku Kartini, saudara-

saudaraku (Denah Suswati, Emy Hastuti, Aswar, Anwari, Zulfikri, Muntasir), kakak dan adik ipar serta keluarga di Sambas dan Singkawang atas segala doa dan kasih sayangnya.

7. Suami dan putraku tercinta (Fauzi Cahyono dan M. Adib Qashmal) atas kasih, pengorbanan dan dukungannya selama penulis menjalani studi, sehingga mengurangi hari-hari kebersamaan kita. Tanpa pengertian dan dukungan keluarga tercinta mustahil studi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Selain itu tesis ini dapat terselesaikan juga atas dukungan dan dorongan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2008 Nurhaida

anak keenam dari tujuh bersaudara. Ayah bernama H. Hairudin H. Ali dan Ibu bernama Hj.Saniah. Penulis menikah dengan Fauzi Cahyono pada tanggal 13 Maret 2004 dan dari pernikahan ini, penulis telah dikaruniai seorang putra yaitu Muhammad Adib Qashmal.

Pendidikan dasar penulis selesaikan di Sekolah Dasar No. 2 Sambas tahun 1988 dan Sekolah Menengah Pertama No. 1 Sambas hingga tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sambas dan lulus tahun 1994. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Jurusan Kehutanan Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat dan lulus pada tahun 1999.

Pada bulan Desember tahun 2002 penulis diterima menjadi Dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Pada tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) Program Studi Teknologi Hasil Hutan dengan Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan penulis menyusun tesis dengan judul “Karakteristik Oriented Strand Board dari Kayu Akasia dan Afrika Berdasarkan Penyusunan Arah Strand” dibawah bimbingan Dr.Ir.Naresworo Nugroho, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Dr.Ir.Dede Hermawan, M.Sc. sebagai anggota Komisi Pembimbing.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) dan menyajikan karya ilmiah berjudul Teknologi Pembuatan Kayu Lapis dengan Arah Serat 45º pada Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) X di Universitas Tanjungpura Pontianak pada tanggal 9-11 Agustus 2007. Membuat buku “Analisis Perekatan Kayu” bersama tim (Prof. Dr.Ir.Surdiding Ruhendi, M.Sc., Desy NK, Firda AS, Hikma Y, Sahriyanti S, Tito S) yang telah diterbitkan tahun 2007.

DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 4 Tujuan ... 5 Manfaat Penelitian ... 5 Hipotesis... 5 TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Oriented Strand Board ... 6 Perekat Phenol Formaldehyde ... 16

Jenis Kayu ... 17 Percobaan Pendahuluan ... 20 MATERI DAN METODE ... 23 Materi Penelitian ... 23 Metode Penelitian ... 23 Analisis Penunjang... 34 Rancangan Penelitian ... 38 HASIL DAN PEMBAHASAN... 40 Sifat Fisis ... 40

Kerapatan ... 40 Kadar Air... 42 Pengembangan Tebal ... 43 Pengembangan Linier... 45 Daya Serap Air... 47 Sifat Mekanis ... 48

Modulus of Elasticity (MOE) Kering Sejajar Arah Panjang dan Lebar ... 48

Modulus of Rupture (MOR) Kering Sejajar Arah Panjang dan Lebar ... 53 MOE Basah Sejajar Arah Panjang dan Lebar ... 58 MOR Basah Sejajar Arah Panjang dan Lebar ... 59 Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond)... 61 Retensi kekuatan (Strength Retention)... 62 Kualitas OSB terbaik ... 63 KESIMPULAN DAN SARAN... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN... 71

1 Sifat dasar kayu akasia (Acacia mangium willd) ... 20 2 Sifat fisis dan mekanis OSB hasil percobaan pendahuluan ... 21 3 Perbandingan sifat-sifat fisis dan mekanis OSB dengan beberapa standar 21

1 Penggunaan OSB untuk bahan bangunan ... 7 2 Proses pembuatan OSB ... 13 3 Pembuatan strand dengan disk flaker (Nuryawan & Massijaya 2006) 24 4 Alat bantu former device skala laboratorium ... 25 5 Skema penyusunan arah strand ... 26 6 Penyusunan arah strand yang digunakan... 27 7 Pola pemotongan contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanis . 29 8 Pengujian MOE dan MOR... 32 9 Pengujian keteguhan rekat internal (Internal Bond) ... 33 10 Skema pengambilan contoh uji BJ pada penampang kayu

di setiap bagian pangkal dan tengah/ujung batang ... 34 11 Histogram kerapatan ... 40 12 Hasil scan permukaan strand... 41 13 Histogram kadar air ... 42 14 Histogram pengembangan tebal ... 43 15 Histogram pengembangan linier ... 45 16 Histogram daya serap air ... 46 17 Uji keterbasahan kayu akasia dan afrika... 47 18 Histogram MOE kering // arah panjang ... 48 19 Histogram MOE kering // arah lebar ... 50 20 Histogram MOR kering // arah panjang ... 53 21 Histogram MOR kering // arah lebar ... 54 22 Nilai MOE dan MOR hasil penelitian dibandingkan dengan prediksi

dari Hankinson formula ... 57 23 Histogram MOE basah // arah panjang ... 58 23 Histogram MOE basah // arah lebar ... 59 24 Histogram MOR basah // arah panjang ... 59 25 Histogram MOR basah // arah lebar... 60 26 Histogram keteguhan rekat internal (Internal Bond) ... 61

1 Nilai solid content, pH, viscosity perekat Phenol Formaldehyde... 71 2 Hasil pengujian berat jenis dan kadar air kayu ... 72 3 Hasil pengukuran nisbah kelangsingan (selenderness ratio)

dan nisbah aspek (aspect ratio) ... 73 4 Kadar zat ekstraktif kayu akasia dan afrika ... 77 5 Hasil pengukuran dan uji t sudut kontak perekat ... 78 6 Data hasil penelitian sifat fisis ... 79 7 Data hasil penelitian sifat mekanis ... 80 8 Hasil analisis sidik ragam kerapatan ... 81 9 Hasil analisis sidik ragam kadar air ... 82 10 Hasil analisis sidik ragam pengembangan tebal 2 jam ... 83 11 Hasil analisis sidik ragam pengembangan tebal 24 jam ... 84 12 Hasil analisis sidik ragam pengembangan linier 2 jam ... 85 13 Hasil analisis sidik ragam pengembangan linier 24 jam ... 86 14 Hasil analisis sidik ragam daya serap air 2 jam ... 87 15 Hasil analisis sidik ragam daya serap air 24 jam ... 88 16 Hasil analisis sidik ragam nilai MOE kering sejajar arah panjang ... 89 17 Hasil analisis sidik ragam nilai MOE kering // arah lebar ... 90 18 Hasil analisis sidik ragam nilai MOR kering // arah panjang ... 92 19 Hasil analisis sidik ragam nilai MOR kering // arah lebar ... 93 20 Hasil analisis sidik ragam nilai MOE basah // arah panjang... 95 21 Hasil analisis sidik ragam nilai MOE basah // arah lebar ... 96 22 Hasil analisis sidik ragam nilai MOR basah // arah panjang ... 97 23 Hasil analisis sidik ragam nilai MOR basah // arah lebar ... 99 24 Hasil analisis sidik ragam nilai keteguhan rekat (Internal Bond) ... 100 25 Uji t perbedaan lebar dan tebal strand akasia, afrika ... 102 26 Uji t perbedaan selenderness ratiostrand akasia dan afrika... 103 27 Uji t model F, G, H pengujian MOE dan MOR // arah panjang dan lebar 104 28 Gambar kerusakan contoh uji ... 105

31 Contoh perhitungan bahan untuk pembuatan OSB... 110

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan peningkatan konsumsi kayu dengan berbagai bentuk penggunaan akhir, terutama untuk kebutuhan pembangunan perumahan. Peningkatan kebutuhan terhadap kayu tidak diimbangi dengan kemampuan pasokan kayu dari hutan. Peningkatan konsumsi terhadap kayu menimbulkan akibat negatif, yaitu semakin menurunnya potensi hutan berupa kayu dan semakin sempitnya lahan hutan produktif di Indonesia. Laju kerusakan hutan Indonesia adalah termasuk yang tertinggi di dunia. Sampai saat ini diperkirakan antara 1,9-2,8 juta ha per tahun dalam lima tahun terakhir (2000-2005), sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Kehutanan Indonesia sehingga secara keseluruhan, Indonesia telah kehilangan lebih dari 72% dari wilayah hutan alam utuhnya dan 40% dari tutupan hutannya sama sekali hancur. Penebangan besar-besaran berskala industri dan operasi pembalakan liar yang tak terhitung jumlahnya semua berkontribusi terhadap terjadinya kerusakan ini (Greenpeace 2006).

Kayu lapis yang menjadi primadona ekspor non migas selama ini memiliki tingkat efisiensi (rendemen) yang baik dibandingkan dengan kayu gergajian, namun mensyaratkan bahan baku berupa kayu bulat yang berkualitas tinggi sedangkan industri panil-panil kayu di luar kayu lapis (plywood) tidak memerlukan persyaratan bahan baku yang istimewa, artinya bahan baku panil- panil tersebut bisa berasal dari kayu bernilai rendah, log berdiameter kecil, limbah eksploitasi atau limbah pengolahan kayu.

Produksi kayu lapis cenderung menurun dari tahun ke tahun sejak tahun 1996/1997. Pada tahun 2002 produksi kayu lapis Indonesia hanya mencapai angka produksi 1,20 juta m3, terus menurun dari tahun-tahun sebelumnya (Departemen Keuangan 2004).

Dari 120 pabrik kayu lapis nasional, pabrik yang sampai saat ini tercatat masih mengekspor hasil produksinya tinggal 52 pabrik. Lebih parah lagi, pabrik- pabrik ini rata-rata berproduksi dengan kapasitas terpakai kurang dari 50%

kapasitas normal. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo), penurunan ekspor kayu lapis belakangan ini lebih karena kesulitan bahan baku (Tempo 2006).

Masalah keterbatasan bahan baku mengharuskan adanya efisiensi yang tinggi dalam industri kayu lapis. Jenis industri pengolahan kayu yang mempunyai peluang bertahan di masa mendatang adalah industri-industri dengan efisiensi tinggi dan berbasis pada bahan baku kayu kecil, limbah pembalakan, atau produk daur ulang. Oleh karena itu mulai dari sekarang sudah harus dipikirkan struktur industri dan strategi investasi yang tepat sesuai dengan prediksi keadaan masa depan (Nurrochmat 2006).

Dunia perkayuan dewasa ini harus berupaya melakukan diversifikasi bahan baku, salah satu sumber bahan baku menurut Rowell (1998) diantaranya dapat memanfaatkan kayu yang berasal dari pohon berdiameter kecil dan limbah penanaman seperti hasil penjarangan dan pemangkasan, tapi kayu ini dianggap mempunyai mutu yang rendah bila dibandingkan dengan kayu hutan alam sehingga diversifikasi bahan baku berdiameter kecil yang biasa ditemukan pada kayu cepat tumbuh memerlukan ilmu dan teknologi pengolahan kayu, misalnya mengolah kayu menjadi kayu majemuk (composite wood) (Santoso et al. 2000). Bentuk-bentuk produk kayu majemuk diantaranya adalah papan serat, papan partikel, papan wafer, flake board, oriented strand board (OSB) dan comply

(Maloney 1986 dalam Youngquist 1999 dan Rowell 1998).

OSB sebagai bahan material struktural dan salah satu produk panel-panel kayu dirancang untuk menggantikan kayu lapis (Nishimura et al. 2004). OSB yang telah dikembangkan di Amerika dan Kanada sekitar tahun 1960-an dan 1970-an. OSB mulai masuk dalam skala industri dan menjadi bagian dalam pasar panil-panil kayu struktural internasional sejak tahun 1980 dan meraih sukses besar di Amerika Utara dan Eropa (ATTC 1994). OSB telah digunakan secara luas di Amerika dan Kanada untuk atap, dinding, pelapis lantai pada perumahan dan bangunan komersial (Lowood 1997). Kapasitas produksi OSB di Eropa meningkat tajam, pada akhir tahun 2000 kapasitas industrinya mencapai 2 juta m³ / tahun (Nishimura et al. 2004).

Perkembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan fast growing

spesiesnya dapat merupakan sumber bahan baku potensial untuk produksi OSB di masa depan. Didukung dengan ketersediaan kayu hutan tanaman industri yang akan terus meningkat dan sebaliknya produksi kayu bulat dari hutan alam akan terus menurun atau diturunkan. Pada tahun 2005 produksi Hutan Tanaman Industri adalah sebesar 12,8 juta m³ dan produksi hutan alam hanya mencapai produksi 5,7 juta m³ (Departemen Kehutanan RI 2006).

Pemilihan jenis kayu yang cocok untuk bahan baku OSB dihadapkan pada masalah keragaman jenis dan kerapatan kayu, sehingga diperlukan kondisi pengolahan yang sesuai. Pada umumnya bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan OSB, kayu yang memiliki berat jenis (BJ) 0,35– 0,65 lebih disukai dan disarankan (Tambunan 2000) .

OSB merupakan produk panel kayu struktural yang diproduksi dari partikel yang berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air (waterproof) dan dibentuk lapik (mats) dengan arah serat masing-masing strand diatur sedemikian rupa dimana arah serat lapisan permukaan tegak lurus terhadap arah serat lapisan inti sehingga memiliki kekuatan dan karakteristik seperti kayu lapis (APA 2006).

Menurut Maloney (1993) terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi sifat akhir papan yaitu : jenis kayu, jenis bahan baku, jenis partikel, jenis perekat, jumlah dan distribusi perekat, penggunaan aditif, kadar air dan distribusi lapik, lapisan berdasarkan ukuran partikel, lapisan berdasarkan kerapatan, serta orientasi partikel. Pengaturan arah partikel dimaksudkan untuk memperbaiki sifat modulus patah dan modulus elastisitas panel.

Penelitian tentang OSB telah mulai dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sutrisno (1999) yang meneliti pengaruh nisbah tekan terhadap sifat OSB kayu sengon dan tusam, dengan orientasi strand inti tegak lurus dengan lapisan permukaan, OSB yang memenuhi standar dari jenis kayu tusam untuk lapisan luar dan lapisan tengah sebesar 86,67%, kayu campuran antara kayu sengon dan tusam untuk lapisan luar dan lapisan tengah sebesar 78,89%, lapisan luar kayu tusam lapisan tengah kayu sengon sebesar 71,67%, serta jenis kayu sengon untuk lapisan luar dan lapisan inti sebesar 60,70 %. Nishimura dan Ansell (2002) melaporkan

penggunaan analisis image filter untuk memonitor orientasi strand selama proses produksi di industri. Sudut orientasi rata-rata yang digunakan berkisar 25-30°, sedangkan sudut 25° dan 60° digunakan untuk produksi OSB komersial diperoleh bahwa perbaikan sudut orientasi pada produksi OSB komersial akan meningkatkan nilai maksimum MOR dan MOE searah panjang OSB tanpa mengurangi MOR dan MOE searah lebarnya. Moses (2003) meneliti model

strand pada laminated strand lumber (LSL) dari jenis kayu aspen dengan kombinasi seluruhnya terorientasi (model A), seluruhnya acak (model B), lapisan inti acak dan lapisan luar terorientasi, 0°/R/R/0° (model C), lapisan atas acak/inti terorientasi, R°/0°/0°/R (model D), delapan orientasi lapisan, 0°/+45°/-45/0°/0°/- 45°/+45°/0° (model E), model E menunjukkan nilai tertinggi untuk modulus geser dengan nilai antara 2000- 4000 MPa, yang diikuti oleh nilai model C dan model D, sedangkan untuk nilai MOE model C menunjukkan nilai tertinggi antara 70000-14000 MPa, diikuti oleh model E dan model D.

Hasil penelitian Law, et al. (1975) dalam Sutrisno (1999) menunjukkan bahwa pengaturan arah serat pada papan serat berkerapatan tinggi (hardboard), berpengaruh positif terhadap keteguhan tarik. Peningkatan tekanan kempa dari 3,52 kg/cm² sampai 21,09 kg/cm² diikuti oleh peningkatan nilai keteguhan tarik sebesar 122 % pada papan serat terarah, sedangkan pada papan serat acak peningkatannya 100 %. Peningkatan sifat tersebut ditunjukkan oleh keteguhan rekat yang lebih baik pada papan serat terarah daripada papan serat acak. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kerapatan papan serat terarah lebih tinggi daripada papan serat acak karena pengikatan antar serat pada papan serat terarah lebih baik.

Perumusan Masalah

Pada pembuatan OSB penyusunan arah strand umumnya dibuat dengan penyusunan arah strand lapisan permukaan tegak lurus terhadap strand lapisan inti, pengaturan arah partikel terbukti dapat meningkatkan atau memperbaiki sifat modulus patah dan modulus elastisitas panel. Jika digunakan pengaturan strand

dengan beberapa penyusunan arah strand yang berbeda pada OSB yang dibuat dari kayu akasia (Acacia mangium Wild) dan afrika (Maesopsis eminii Engl)

apakah juga dapat meningkatkan sifat-sifat papan yang dihasilkan seperti pada uraian diatas.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fisis dan mekanis OSB dari kayu akasia (Acacia mangium Wild) dan afrika (Maesopsis eminii Engl)

berdasarkan penyusunan arah strand.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi teknologi tentang penyusunan arah strand pada pembuatan OSB dan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari kayu akasia (Acacia mangium Wild) dan afrika (Maesopsis eminii Engl) dalam upaya pengembangan industri OSB di Indonesia. Informasi ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dan sebagai salah satu alternatif untuk pengembangan pemanfaatan kayu-kayu yang berdiameter kecil, berkerapatan rendah dan kayu cepat tumbuh menjadi berkualitas tinggi.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:

1. Penyusunan arah strand akan mempengaruhi sifat fisis dan mekanis OSB yang dihasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Oriented Strand Board

Oriented Strand Board (OSB) adalah sebuah panil yang terdiri atas tiga lapisan, seperti halnya pada kayu lapis dibuat dengan flake (strand) yang tipis atau

wafer kayu dalam suatu plat kempa bersuhu tinggi, dengan resin Phenol Formaldehyde sebagai bahan perekat utama dan di kempa panas (ATTC 1994). OSB merupakan perkembangan dari waferboard, yaitu suatu produk panil yang pertama kali dibuat di Amerika Utara pada tahun 1954. Dibandingkan dengan kayu lapis, waferboard, mempunyai banyak keunggulan, diantaranya dapat menggunakan bahan baku dari jenis yang kurang dikenal, sifat kekuatannya tinggi sehingga sangat cocok digunakan sebagai substitusi terhadap kayu lapis dalam beberapa aplikasi (Walter 1993).

Di Amerika penggunaan OSB ini sangat populer dan dirancang secara khusus serta sudah dimanfaatkan untuk pelapis dinding, dinding, lantai, pelapis lantai, dan penutup atap (Gambar 1). Sejak pemakaian log di industri kayu lapis semakin menurun, OSB menjadi populer sebagai pengganti kayu lapis. Vadja (1978a) dalam Koch (1985) menyimpulkan bahwa OSB sangat cocok digunakan sebagai substitusi terhadap kayu lapis eksterior.

Prospek pengembangan OSB di Amerika pada masa datang sangat positif, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti menyusutnya persediaan log yang bermutu bagus, tingginya biaya produksi industri kayu lapis dan mudahnya penyusupan ke pasar papan partikel (Asian Timber 1995).

Selain itu Asian Timber (1995) menyatakan bahwa OSB dapat dibuat dari jenis kayu yang berkualitas rendah dan panilnya menghasilkan sifat kuat pegang sekrup dan paku yang tinggi serta ikatan internal yang baik. Sedangkan nilai modulus patah dan modulus elastisitas hampir sebanding dengan chipboard.

sumber : http://www.raftertales.com

sumber http://www.ameripanel.com

sumber : http://www.osbguide.com

OSB merupakan papan partikel yang mempunyai kekuatan tinggi dan dibuat dari partikel yang berbentuk strand. Strand itu sendiri memiliki dimensi panjang paling sedikit tiga atau empat kali lebih besar dibanding dengan lebarnya. Perbandingan ini mendukung pelurusan strand-strand dalam rangka pembentukan lapik (Koch 1985).

Berdasarkan arah seratnya, OSB bisa dibuat dengan arah serat sejajar dan tidak sejajar. OSB dengan arah tidak sejajar dapat berupa OSB lapisan luar sejajar sedangkan lapisan tengah acak, atau lapisan luar tegak lurus dengan lapisan tengah. Berdasarkan jumlah lapisannya, OSB terdiri dari papan satu lapis, tiga lapis, lima lapis atau lebih. OSB memiliki sifat sama dengan kayu lapis, sehingga dalam penggunaannya dapat menggantikan kayu lapis dengan ketebalan sama sebagai bahan bangunan (Blomquist et al. 1983; Blinn et al. 1986).

Arah partikel kayu dalam membentuk lembaran papan partikel dapat tersebar acak atau diatur arahnya menurut panjang partikel. Papan partikel yang susunan partikelnya diarahkan menurut panjang partikel disebut papan partikel terarah. Pengaturan arah partikel dimaksudkan untuk memperbaiki sifat modulus patah dan modulus elastisitas panel (Maloney 1993).

Pengaturan arah partikel dapat dilakukan dengan menggunakan metode mekanis atau metode elektris dimana partikel kecil dan besar dapat diarahkan sama baiknya, mampu mengarahkan partikel dari berbagai tipe dan ukuran, bahkan serat. Partikel yang digunakan dalam pembuatan papan terarah harus memiliki nisbah kelangsingan dan nisbah aspek (aspect ratio) yang cukup besar. Nisbah aspek adalah perbandingan antara panjang partikel dengan lebarnya dan sebaiknya lebih besar dari tiga agar diperoleh arah yang cukup baik (Maloney 1993). Hasil penelitian Nishimura et al. (2004) bahwa strand dengan luasan lebih besar akan memiliki nisbah aspek lebih rendah dibandingkan strand dengan luasan yang kecil namun perlu diperhatikan agar mendapatkan kekuatan yang optimal aspek rasio strand-strand yang digunakan untuk bahan baku OSB minimal bernilai 3.

Menurut Walter (1993), dimensi ketebalan dari OSB yang diproduksi tergantung penggunaan akhir dari OSB itu sendiri. Ketebalan OSB berkisar 1,6 mm-6,0 mm untuk lapisan inti kayu lapis dan 6,0 mm-19,0 mm untuk panil

struktural. Di Amerika Serikat dan Kanada ukuran ketebalan yang paling banyak digunakan adalah 3/8 inci (9,5 mm), 7/16 inci (11,1 mm) dan 5/8 inci (15,8 mm). Untuk produk tertentu ketebalannya bisa lebih dari 40 mm bahkan ada yang mencapai 40 mm – 150 mm. Sifat kekakuan (MOE) OSB pada arah longitudinal sebesar 4,72 GPa dan arah transversal sebesar 2,14 GPa.

Bahan baku OSB lebih baik dari jenis kayu cepat tumbuh dengan BJ berkisar 0,35-0,65 dan diameter log sekitar 35-50 cm. Sedangkan ukuran panjangnya bervariasi dari 2,65 m sampai 8,0 m (Dingguo dan Yukun 1990). Pada umumnya bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan OSB, kayu yang memiliki berat jenis (BJ) 0,35 – 0,65 lebih disukai dan disarankan (Tambunan 2000).

Dalam pembuatan OSB, penggunaan perekat sangatlah penting. Tipe dan jumlah resin perekat yang dipakai akan berpengaruh terhadap kualitas OSB yang diproduksi. Sejumlah OSB yang dipersiapkan untuk penggunaan eksterior memakai perekat tahan air seperti Phenol Formaldehide (PF), Isocyanate (MDI),

dan Melamin Urea Formaldehide (MUF). Perekat yang umum digunakan dalam

Dokumen terkait