• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

C. Saran

5. Bagi Sekolah

Sekolah juga memiliki peran dalam perkembangan seorang anak. Menghadapi anak dari keluarga single parent, sekolah sebaiknya mencoba untuk menjadi teman bagi anak. Hal ini berarti bahwa sekolah tidak hanya memperhatikan soal kemampuan akademik anak, tapi juga perkembangan anak secara utuh sebagai seorang pribadi. Selain itu, pemberian materi pelajaran tentang keluarga hendaknya lebih hati-hati dan peka dengan kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga-keluarga, misalnya keluarga single mother atau keluarga single father.

70

DAFTAR ACUAN

Anindiajati, Katarina Prasista Palupi. (2007). Perbedaan intensi melakukan hubungan seksual pranikah remaja putri dari keluarga utuh dengan keluarga single parent mother. (Skripsi tidak diterbitkan), Unika

Soegijapranata, Semarang. Diunduh dari

http://eprints.unika.ac.id/1434/1/02.40.0159_Katarina_Prasista_Palupi_A. pdf

Athirah. (2013). Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan. (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Hasanuddin, Makassar. Diunduh dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/12158/SKRIPSI

%20LENGKAP-FEB-AKUNTANSI-ATHIRAH.pdf?sequence=1

Badan Pusat Statistik. Persentase rumah tangga menurut daerah tempat tinggal, kelompok umur, jenis kelamin kepala rumah tangga, dan status

perkawinan, 2009-2013. bps.go.id. Diunduh dari

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1605

Bellak, Leopold & David M. Abrams. (1997). The T.A.T, the C.A.T, and the S.A.T in Clinical Use (6th edition). Boston: Allyn & Bacon.

Bird, Joseph & Bird, Lois. (1972). Power to the parents! A common-sense psychology of child raising for the 70s. New York: Doubleday & Company, Inc.

Chaplin, J.P. (1968/2011). Kamus lengkap psikologi (Kartini & Kartono, terj). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dagun, Save M. (1990). Psikologi keluarga: Peranan ayah dalam keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Dubin, Robert & Dubin, Elisabeth Ruch. (1965). Children’s social perceptions: A review of research. Child Development, 36, (3), 809-838.

Etikawati, Agnes Indar. (2014). Apersepsi mengenai figur ayah dan ibu pada anak-anak di Yogyakarta. Jurnal Penelitian Universitas Sanata Dharma, 17, (2), 78-90.

Golombok, Susan & Badger, Shirlene. (2010). Children raised in mother-headed families from infancy: A follow-up of children of lesbian and single heterosexual mothers, at early adulthood. Human Reproduction, 25, (1), 150-157.

Gross, R. (2010/2013). Psychology: The science of mind and behavior 6th edition (Soetjipto, Helly Prajito & Sri Mulyantini Soetjipto, terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harmini, Sri. (2004). Keluarga ideal ditinjau dari filsafat Jawa. Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, 180, (28).

Hendricks, Cher. (2009). Improving school through action research: A comprehensive guide for educators 2nd edition. Upper Saddle River, NJ: Pearson.

Hertz, Rosanna. (2002). The father as an idea: A challenge to kinship boundaries by single mothers. Symbolic Interaction, 25, (1), 1-31.

Hidayati, Farida, Kaloeti, Dian Veronika Sakti & Karyono. (2011). Peran ayah dalam pengasuhan anak. Jurnal Psikologi Undip, 9, (1).

Khisbiyah, Yayah. (1994). Family dynamics, family breakups and their impacts on children. Buletin Psikologi, II, (2).

Kimani, Elishiba & Kombo, Kisilu. (2000). Challenges facing nuclear families with absent fathers in Gatundu North District, Central Kenya. The African

Symposium, 10, (2), 11-25. Diunduh dari

http://www.ncsu.edu/aern/TAS10.2/TAS10.2Kimani.pdf

Kotwal, Nidhi & Prabhakar, Bharti. (2009). Problem faced by single mothers. Journal of Social Science, 21, (3), 197-204.

Krampe, Edhyte M. (2003). The inner father. Fathering, 1, (2), 131-148.

Krampe, Edhyte M. (2009). When is the father really there?: A conceptual reformulation of father presence. Journal of Family Issues, 30, (7), 875-897.

Lamb, Michael E. (ed.). (2010). The role of the father in child development 5th ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Lesnanto. (2011). Peran pengetahuan non-diskriminatif terhadap konsep hubungan manusia-alam dalam teori pertanian alami Masanobu Fukuoka. (Skripsi tidak diterbitkan), Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Maruli, Aditia (ed.). (2013). Berapa jumlah anak yatim di Indonesia?.

antaranews.com. Diakses dari

http://www.antaranews.com/berita/366329/berapa-jumlah-anak-yatim-di-indonesia- pada 25 Juni 2015 pukul 09.00.

Milkie, Melissa A., Simon, Robin W. & Powell, Brian. (1997). Through the eyes of children: Youths’ perceptions and evaluations of maternal and paternal roles. Social Psychology Quarterly, 60, (3), 218-237.

National Center for Fathering. The consequences of fatherless. fathers.com. Diunduh dari http://www.fathers.com/statistics-and-research/the-consequences-of-fatherlessness/

Osmond, Edgar Graden Cordell. (2010). The fatherless identity: An exploratory case study of men’s fatherless experiences. Thesis tidak diterbitkan,

University of Saskatchewan, Saskatoon. Diunduh dari

http://ecommons.usask.ca/bitstream/handle/10388/etd-08242010-190013/DefendedThesis_ETD_Format.pdf

Rahman, Istianah A. (2008). Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis ayah dan ibu dengan perilaku disiplin remaja. Lentera Pendidikan, 11, (1), 69-82.

Santrock, John W. (2009). Life-span Development, 12th ed. New York: McGraw-Hill.

Septiyani, Arida, Sukarti & Indirawati, Emma. (2007). Hubungan antara persepsi remaja awal terhadap peran ayah dalam keluarga dengan ketrampilan sosial pada remaja. (Hasil penelitian tidak diterbitkan), Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta. Diunduh dari

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-03320184.pdf

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Swargarini, Tyta Wahyu. (2007). Perilaku prokrastinasi akademik pada siswa SMA ditinjau dari persepsi anak terhadap peran ayah dalam pengasuhan. (Skripsi tidak diterbitkan), Unika Soegijapranata, Semarang. Diunduh dari

http://eprints.unika.ac.id/1251/1/00.40.0280_Tyta_Wahyu_Swargarini.pdf Syarifah, Hani, Widodo, Prasetyo Budi & Kristiana, Ika Febrian. (2012). Hubungan antara persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan

dengan kematangan emosi pada remaja di SMA Negeri “X”. (Proceeding

tidak diterbitkan), Universitas Diponegoro, Semarang. Diunduh dari

http://core.ac.uk/download/pdf/17333705.pdf

Usman, Musyarani, Cangara, Syaifullah & Muhammad, Rahmat. (2011). Kehidupan orang tua tunggal (Studi kasus ibu sebagai kepala keluarga di Kelurahan Parangloe). (Thesis tidak diterbitkan), Universitas Hasanuddin,

Makassar. Diunduh dari

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07. pdf

Wade, C. & Tavris, C. (2007/2009). Psikologi, edisi 9, jilid 1 (Padang Mursalin & Dinastuti, terj). Jakarta: Erlangga.

Williams, Stephen. (2008). What is fatherhood?: Searching for the reflexive father. Sociology, 42, (3), 487-502.

Winnicott, D.W. (1963). From dependence to independence in the development of the individual. In D.W. Winnicott, The maturational processes and the facilitating environment (pp. 83-99). New York: International Universities Press.

Yardley, L. (2008). Demonstrating validity in qualitative psychology. In J.A. Smith (Ed.) Qualitative psychology: A practical guide to methods (2nd edn, pp.235–251). London: Sage.

anak yatim. 2015. Dalam kbbi.web.id. Diakses pada 18 Mei 2015, dari

http://www.kbbi.web.id/anak

figure. 2015. Dalam dictionary.cambridge.org. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.dictionary.cambridge.org/dictionary/english/figure

figure. 2015. Dalam oxforddictionaries.com. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/figure

figure. 2015. Dalam thefreedictionary.com. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.thefreedictionary.com/figure

peran. 2015. Dalam kbbi.web.id. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.kbbi.web.id/peran

role. 2015. Dalam dictionary.cambridge.org. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.dictionary.cambridge.org/dictionary/english/role

role. 2015. Dalam oxforddictionaries.com. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

role. 2015. Dalam thefreedictionary.com. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

http://www.thefreedictionary.com/role

sosok. 2015. Dalam kbbi.web.id. Diakses pada 9 Oktober 2015, dari

PRA PENGAMBILAN DATA

Hari, tanggal : Sabtu, 9 Januari 2016

Waktu : 10.00 WIB, estimasi waktu 30-45 menit

Tempat : SD Pangudi Luhur Yogyakarta (kelasnya Bu Ida) Partisipan : 10 anak (kontak para ortu), Arum (asisten penelitian) Peralatan : Yi Cam, rol kabel, tripod, presensi (nama, no HP anak) Rancangan acara:

1. Rapport: halo adik-adik, gimana kabarnya? Tadi belajar apa aja? Kalau Sabtu memang pulang jam 10 ya? dst

2. Perkenalan satu per satu  nama, kelas, umur, alamat, dsb 3. Penjelasan proses pengambilan data

Terimakasih buat kesediaan (sebut nama satu-satu) untuk bergabung dalam kelompok ini. Di beberapa pertemuan berikutnya kita akan ngobrol dalam kelompok ini, kita akan saling belajar satu sama lain tentang pengalaman, pengetahuan, pikiran teman yang lain yang bisa menambah pengetahuan kita juga. Saya di sini berharap dari ngobrol-ngobrol ini nanti teman-teman bisa belajar sesuatu, ya dapat manfaat lah dari ngobrol-ngobrol kita ini. Di pertemuan ini selain kenalan, nanti kita juga bakal ngatur jadwal untuk pertemuan berikutnya, nah tapi sebelum ke situ, Mbak Vania pengen tau juga harapan temen-temen untuk proses kita.

4. Expectation setting  Minta anak tulis atau gambarkan pikiran dan perasaannya saat ini, dan harapan dalam kelompok ini.

5. Games keakraban  3-6-9

6. Atur jadwal untuk pengambilan data (selama kurang lebih tiga minggu, estimasi waktu 1-2 jam)  surat untuk ortu menyusul setelah kesepakatan terjadi

PENGAMBILAN DATA 1

Hari, tanggal : Sabtu, 23 Januari 2016

Waktu : 10.00 WIB, estimasi waktu 2 jam

Tempat : SD Pangudi Luhur Yogyakarta (kelasnya Bu Ida, 5 PL 1)

Partisipan : 10 anak (kontak para ortu), Arum, Ria, Retha (asisten penelitian: time keeper – permainan jangan terlalu lama, ingatkan jam 11.50; pegang handycam) Peralatan : YiCam, rol kabel, tripod, presensi (nama), makan, minum, handycam, DVR Rancangan acara:

1. Rapport: halo teman-teman, gimana kabarnya? Tadi belajar apa aja? Gimana rasanya nggak ikut pramuka buat yang kelas 5?

2. Mood-meter (before)  Minta anak gambarkan perasaannya saat ini, jangan lupa beri nama dan keterangan gambar di balik (bikin pakai kertas HIJAU – sebelum)

3. Games keakraban  Saya berkata (kurang lebih 15’) Saya berkata berdiri. Duduk. Angkat tangan kanan.

Saya berkata pegang hidung. Pegang dagu. Pegang jidat. Saya berkata pegang rambut. Saya berkata gandeng salah satu teman. Lepas gandengan.

Saya berkata pegang telinga teman. Pegang kaki teman. Saya berkata jongkok. Lepas sepatu.

Saya berkata permainan selesai! 4. Penjelasan proses pengambilan data

Selamat siang adik-adik. Bagaimana kabarnya? Tadi belajar apa saja? Terimakasih sudah mau datang siang ini untuk ngobrol bersama. Sebelum kita mulai ngobrol-ngobrolnya, ada beberapa hal yang perlu kita sepakati bersama ya. Yang pertama, adik boleh minum atau makan sambil kita ngobrol-ngobrol. Yang kedua, adik-adik mohon menyimpan semua gadget di dalam tas. Yang ketiga, kalau adik-adik-adik-adik ingin ke toilet selama kita ngobrol-ngobrol nanti bilang ya, kita bisa berhenti sebentar. Nah sebelum kita lanjut, ada yang mau ke toilet?

Nah siang ini kakak akan memberikan sejumlah pertanyaan. Adik-adik bebas memberikan jawaban apapun, silakan ngomong sejujur-jujurnya. Tapi ini adalah diskusi. Coba, menurut temen-temen diskusi itu apa? <<tunggu jawaban mereka soal diskusi>> Nah, dalam diskusi ini, siapapun bisa saling menanggapi, mau setuju, atau ada pendapat yang beda boleh, tapi tunggu sampai temennya selesai omong ya. Diskusi kita ini akan saya rekam. Saya tidak akan menyebarluaskan apa yang kita obrolkan hari ini, jadi mohon teman-teman juga menyimpan cerita-cerita ini ya, jangan diomongkan kepada siapapun di luar diskusi ini.

5. Questions

Pertanyaan pembuka:

1. Kita perkenalan dulu ya, silakan sebut nama dan kelas berapa. Pertanyaan pendahuluan:

Pertanyaan transisi:

1. Kalau tentang ayah, sejauh yang kamu tahu, ayahmu ada di mana?

2. Sejauh yang kamu tahu ayahmu itu memangnya lagi apa kok tidak tinggal di rumah?

Pertanyaan kunci:

1. Pernah ketemu ayahmu? Coba ceritakan kapan terakhir kali kamu ketemu ayahmu.

2. Coba ceritakan apa yang biasanya kamu lakukan bersama ayahmu. 3. Coba ceritakan bagaimana perasaanmu kalau ketemu ayahmu. 4. Coba ceritakan apa yang kamu pikirkan kalau lagi sama ayahmu. 5. Coba ceritakan bagaimana perasaanmu kalau tidak ketemu ayahmu.

6. Kalau lagi nggak sama ayah, kamu biasanya mikirin ayah nggak? Mikirnya apa? 7. Sejauh yang kalian tahu, apa yang biasanya dilakukan ayah? (PERAN)

8. Darimana kalian tahu semua itu? (SYMBOLIC atau PERSONAL) 9. Sejauh yang kalian tahu, ayah itu sifatnya gimana? (SOSOK) 10.Darimana kalian tahu semua itu? (SYMBOLIC atau PERSONAL) Pertanyaan penutup:

1. Apakah masih ada yang ingin diceritakan tentang ayah? 6. Debriefing

Adik-adik, diskusi kita siang ini sudah selesai. Bagaimana perasaannya? Terimakasih untuk semua cerita adik-adik. Kalian anak-anak yang luar biasa! <<DIPULIHKAN PERASAAN KEMBALI KE PERASAAN GEMBIRA ATAU SEPERTI SEBELUM DISKUSI – RELAKSASI>>

7. Mood-meter (after)  Minta anak gambarkan perasaannya saat ini, jangan lupa beri nama dan keterangan gambar di balik (bikin pakai kertas KUNING – sesudah)

PENGAMBILAN DATA 2

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Januari 2016

Waktu : 10.00 WIB, estimasi waktu 2 jam

Tempat : SD Pangudi Luhur Yogyakarta (kelasnya Bu Ida, 5 PL 1)

Partisipan : 10 anak (kontak para ortu), Arum, Ria, Retha (asisten penelitian: time keeper – permainan jangan terlalu lama, ingatkan jam 11.50; pegang handycam) Peralatan : YiCam, rol kabel, tripod, presensi (nama), makan, minum, handycam, DVR Rancangan acara:

1. Rapport: halo teman-teman, gimana kabarnya? Tadi belajar apa aja? Gimana rasanya nggak ikut pramuka buat yang kelas 5?

2. Mood-meter (before)  Minta anak gambarkan perasaannya saat ini, jangan lupa beri nama dan keterangan gambar di balik (bikin pakai kertas HIJAU – sebelum)

3. Games keakraban  Data Processing (Retha) 4. Questions

1. Sejauh yang kalian tahu, apa yang biasanya dilakukan ayah? (PERAN) 2. Darimana kalian tahu semua itu? (SYMBOLIC atau PERSONAL) 3. Sejauh yang kalian tahu, ayah itu sifatnya gimana? (SOSOK) 4. Darimana kalian tahu semua itu? (SYMBOLIC atau PERSONAL) 5. Ibu pernah cerita soal ayah? Apa yang diceritakan?

Pertanyaan penutup:

1. Apakah masih ada yang ingin diceritakan tentang ayah? 5. Debriefing

Adik-adik, diskusi kita siang ini sudah selesai. Bagaimana perasaannya? Terimakasih untuk semua cerita adik-adik. Kalian anak-anak yang luar biasa! <<DIPULIHKAN PERASAAN KEMBALI KE PERASAAN GEMBIRA ATAU SEPERTI SEBELUM DISKUSI – RELAKSASI>>

6. Mood-meter (after)  Minta anak gambarkan perasaannya saat ini, jangan lupa beri nama dan keterangan gambar di balik (bikin pakai kertas KUNING – sesudah)

7. Penutup

Pamit, terimakasih, minta maaf 8. Makan siang

Dokumen terkait