B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM
7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 1 Kondisi Eksisting
Kondisi Eksisting Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Gambaran secara umum kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten Bener Meriah baik pada aspek teknis maupun pada aspek non teknis pendukung sebagai berikut.
Hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup:
a. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/on- site, sistem terpusat/off-site);
b. jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah; c. tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.
Kondisi eksisiting pengembangan air limbah d i K a b u p a t e n B e n e r M e r i a h secara teknis dapat ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 7.18. Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten Bener Meriah
Prasarana Jumlah Kapasitas Sistem
Pengolahan Lembaga Pengelola Keterangan Kondisi (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Truk Tinja 1 Unit 3 m3 Pengangkutan BLHK Kurang Baik
IPLT 0 Unit - - BLHK Belum ada
IPAL 0 Unit - - - Belum ada
Sumber : BLHK Kab. Bener Meriah, 2015
Tabel 7.19. Cakupan Pelayanan Sistem On Site
No. Kecamatan
Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpul Pengolahan
Jamban
Keluarga MCK Lainnya
Septik
tank Cubluk Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. 2. NA NA NA NA NA NA NA 3. Dst. b. Pendanaan
Kemampuan masyarakat dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah sistem onsite seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, sudah berjalan
secara swadaya dan berjalan baik. Retribusi pengurasan tanki septik
juga demikian secara swadaya dengan membayar setiap trip Rp. 300.000/trip.
c. Kelembagaan
Organisasi pengelolaan air limbah di Kabupaten Bener Meriah saat ini secara khusus belum ada untuk sementara dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Bener Meriah melalui Bidang Kebersihan dan Pertamanan. Ke depan sudah direncanakan sebuah lembaga baru berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mengelola TPA dan IPLT karena berada dalam satu lokasi.
d. Peran Serta Swasta dan Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah sistem onsite seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, sudah berjalan secara swadaya dan berjalan baik. Retribusi pengurasan tanki septik juga demikian secara swadaya dengan membayar setiap trip Rp. 300.000/trip.
Kondisi Eksisting Pengelolaan Persampahan Kabupaten Bener Meriah
Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, diuraikan sebagai berikut ini:
a. Aspek teknis
Sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang
dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
Pertamanan Kabupaten Bener Meriah melalui bidang Kebersihan dan
Pertamanan. Teknik operasioanal pengelolaan sampah di
Kabupaten Bener Meriah dilakukan dari masyarakat sampah dibuang ke konteiner sampah yang ada beberapa titik, sedangkan dari kawasan pertokoan dan komersial menyediakan bin sampah yang secara berkala diambil petugas. Selanjutnya konteiner sampah akan dibawa ke TPA. Sumber sampah yang dihasilkan rata-rata 255
terkumpul, terangkut dan terolah s/d TPA . cakupan pelayanan adalah 30 % dari luas kawasan perkotaan
Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas ditampilkan dalam tabel-tabel 6.16 dan 6.17.
Tabel 7.20. Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini
No. Uraian Volume Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1. Cakupan pelayanan 35 % 10 % Simpang Tiga
Redelong, 10 % Pondok Baru dan 10 % Wih Pesam
2. Perkiraan timbulan sampah 255 m3/hari 3. Timbulan sampah yang
terangkut :
- Permukiman 97 m3/hari
- Non Permukiman 55 m3/hari
- Total 152 m3/hari
4. Kapasitas Pelayanan TPA 1000 m3/hari
b. Pendanaan
Kemampuan masyarakat dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan: rendah. Sementara anggaran Pemerintah Kabupaten Bener Meriah untuk pengelolaan persampahan setiap tahunnya sangat terbatas. Untuk pembangunan TPA didanai dari dana APBN.
c. Kelembagaan
Organisasi pengelolaan sampah di Kabupaten Bener Meriah saat ini secara khusus belum ada untuk sementara dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bener Meriah melalui Bidang Kebersihan dan Pertamanan. Ke depan sudah direncanakan sebuah lembaga baru berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mengelola TPA dan IPLT karena berada dalam satu lokasi.
d. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan saat ini adalah kepatuhan dalam membuang sampah pada tempatnya, membuang sampah domestik ke konteiner sampah yang tersebar pada beberapa titik, pertokoan maupun lingkungan perumahan. Sebagain masyarakat juga mengelola sampah domestik masing-masing dengan menyediakan lobang sampah pada kebun atau halaman rumah masing- masing. Kesediaan masyarakat membayar retribusi sampah untuk kawasan komersial, hotel, restorant cukup bagus, secara rutin membayar retribusi sampah.
Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis besar adalah sebagai berikut:
(1) Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83 %; (2) Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir
lambat atau tergenang mencapai 14,49 %;
(3) Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68 %.
Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, dapat diuraikan berikut ini:
a. Aspek teknis
Pada wilayah Kabupaten Bener Meriah terbagi dalam 5 wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu :
1. DAS Jambo Aye 2. DAS Peusangan; 3. DAS Wih Bidin.
Potensi sumber daya air yang dimiliki sangat besar karena dialiri oleh 3 (tiga) sungai besar yang disebut diatas. Dengan karakteristik dan pola
aliran sungai ini, terdapat permasalahan berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan.
Pembagian blok drainase menjadi :
a. Pembagian blok drainase, meliputi:
1. Blok I wilayah permukiman Perkotaan Redelong di Kecamatan Bukit meliputi Kampung Pasar Simpang Tiga Redelong, Bale Atu, Hakim Tungul Naru, Babussalam, Bale Redelong, Paya Gajah, Blang Sentang, Uning, Tingkem Benyer, Ujung Gele, Bujang, Godang, dan Reje Guru;
2. Blok II wilayah pusat pemerintahan kabupaten di Kecamatan Bukit meliputi Kampung Kute Kering, Kute Lintang, Serule Kayu, Kute Tanyung, Batin Wih Pongas,Tingkem Bersatu dan Tingkem Asli;
3. Blok III wilayah permukiman Pondok Baru di Kecamatan Bandar, meliputi Kampung Simpang Utama, Tawar Sedenge, Purwosari, Puja Mulia, Mutiara, Janarata, Pondok Baru dan Bahgie Bertona; dan
4. Blok IV wilayah pusat Perkotaan Pante Raya di Kecamatan Wih Pesam meliputi Kampung Pante Raya, Wih Pesam, Simpang Bale, Bener Mulie dan Kebun Baru.
5. Blok V Wilayah Pusat Perkotaan Blang Rakal meliputi Kampung Blang Rakal;
6. Blok VI Wilayah Pusat Perkotaan Reronga, meliputi Kampung Reronga dan Gajah Putih;
7. Blok VII Wilayah Pusat perkotaan Lampahan, meliputi Kampung Lampahan Barat, Lampahan Timur, Mekar Ayu;
8. Blok VIII Wilayah Pusat perkotaan Simpang Balek, meliputi Kampung Simpang Balek, Bener Mulie dan Kebun Baru;
9. Blok IX Wilayah Pusat pemukiman perkotaan Bener Kelipah Selatan, meliputi Kampung Bener Kelipah Utara dan Lot Bener Kelipah;
10. Blok X Wilayah Pusat perkotaan Wih Tenang Uken, meliputi Kampung Wih Tenang Uken;
11. Blok XI Wilayah Pusat perkotaan Sosial Kecamatan Mesidah, meliputi Kampung Sosial; dan
12. Blok XII Wilayah Pusat perkotaan Samar Kilang, meliputi Kampung Rata Mulie, Kampung Blang Panu, Gerpa, Goneng, Kerlang, Kute Lah Lane, Pasir Putih, Payung, Uning, Tempen Baru, Geruti Jaya, Rusip, Tembolon dan Wihni Durin.
b. Sistem saluran meliputi penetapan saluran primer atau conveyor drain, saluran pengumpul sekunder dan tersier atau collector drain;
c. Sistem pembuangan terdiri atas :
1. Pemasangan pintu air yang kedap air beserta pompa air pada hilir saluran; dan
2. Pembuatan tanggul banjir di sepanjang saluran pembuangan dekat tepian sungai, khususnya pada bagian yang rendah; dan 3. Pengembangan zona dan blok drainase lainnya meliputi seluruh
f. Pendanaan
Kemampuan masyarakat dalam penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase perkotaan belum ada, demikian pula peran swasta. Sementara ini peran Pemda dalam membiayai seperti pembiayaan pembangunan serta pemeliharaan saluran drainase berasal dari anggaran Pemda (APBK) Kabupaten Bener Meriah.
c. Kelembagaan
Organisasi pengelolaan drainase perkotaan di Kabupaten Bener Meriah belum ada. Sementara ini perawatan saluran drainase untuk skala lingkungan dilakukan oleh masyarakat secara swadaya sedangkan perawatan saluran sekunder dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Bener Meriah.
d. Peraturan Perundangan
Sampai saat ini belum ada peraturan perundangan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan yang dimiliki oleh Kabupaten Bener Meriah.
e. Peran Serta Masyarakat dan swasta
Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunan sistem drainase perkotaan. Sementara ini perawatan saluran drainase untuk skala lingkungan dilakukan oleh masyarakat secara swadaya secara berkala dengan mengadakan kerja bakti. Peran swasta belum ada perannya di sub sektor drainase di Kabupaten Bener Meriah.
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
a. Permasalahan dan Tantangan Air Limbah
i. Identifikasi Permasalahan Air Limbah
Masalah yang dihadapi Kabupaten Bener Meriah dengan
membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari
aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah:
(1) Belum optimalnya penanganan air limbah;
(2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah; (3) Belum optimalnya manajemen air limbah:
a. Belum optimalnya perencanaan;
b. Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Kabupaten Bener Meriah, secara umum adalah:
Kesadaran masyarakat masih rendah dalam pengelolaan air limbah;
Belum adanya IPLT regional;
Keterbatasan armada truk penyedot tinja karena cakupan yang luas;
Keterbatasan personel/operator dan dan kapasitas personel;
Belum adanya master plan pengolahan air limbah. Tabel 7.21. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan
Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Akan dilakukan (1) (2) (3) (4) (5) A. Kelembagaan :
- Bentuk Organisasi Badan pemantapan
- Tata Laksana (Tupoksi, SOP, dll) Ada Pemantapan
- Kualitas dan Kuantitas SDM Baik/kurang Pelatihan
Pelatihan, tambah personil
B. Perundangan terkait sektor air
limbah (Perda, Pergub, Perwali) Belum ada Segera disusun
- Sumber-sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/
Masyarakat) Alokasi dana APBD
- Retribusi
D. Peran serta Masyarakat dan
Swasta Kurang Kampanye
E. Teknis Operasional :
1. Sistem On-Site Sanitation :
- MCK NA
- Jamban keluarga/cubluk/septik
tank Diperkotaan swadaya
Cubluk ditingkatkan
- Septik tank Komunal ada
Di kompleks perkantoran
- PS Sanimas Tidak ada diusulkan
- Truk Tinja Baik
Penambahan armada
- IPLT Belum ada Rencana
pembangunan di
Perumpaken Ben Jadi (satu lokasi dengan TPA)
Membentuk UPTD
2. Sistem Off-Site Sanitation :
- Sambungan rumah Tidak ada
- Sistem jaringan pengumpul Tidak ada
- Sistem sanitasi berbasis
masyarakat Tidak ada
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah:
(1) Belum optimalnya penanganan air limbah;
(2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah; (3) Belum optimalnya manajemen air limbah:
a. Belum optimalnya perencanaan;
b. Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
ii. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Tantangan dan peluang sesuai karakteristik Kabupaten Bener Meriah terkait pembangunan sektor air limbah. Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal.
Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di Tahun 2014 dan Target
MDG’s 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.
Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui Tabel 6.14.
Tabel 7.22. Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkanPermen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar
Standart Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Air Limbah Permukiman Tersedianya system air limbah setempat yang memadai
10 % 2014 Dinas yang membidangi PU
Tersedianya system air limbah skala komunitas/ kawasa/kota
5 % 2014 Dinas yang membidangi PU
penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
b. Permasalahan dan Tantangan Persampahan
i. Identifikasi Permasalahan Persampahan
Permasalahan pengelolaan sampah yang dihadapi di Kabupaten Bener Meriah adalah cakupan pelayanan yang demikian luas, sehingga saat ini yang terlayani pengangkutan sampah adalah kawasan perkotaan yaitu Kec. Bukit, Bandar, Wih Pesam dan Timang Gajah. Dan beberapa pasar di Ibukota Kecamatan. Permasalahan lainnya adalah kelembagaan pengelola sampah yang mandiri belum ada sehingga belum efektifnya pelayanan dan retribusi sampah dari masyarakat. Tarif retribusi yang rendah juga jadi permasalahan karena tidak dapat menutup biaya operasional dan perawatan armada sampah.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikas permasalahan dituangkan pada tabel 6.18.
Tabel 7.23. Permasalahan Pengelolaan SampahYang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalahan Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Akan dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A Kelembagaan :
- Bentuk Organisasi Belum Belum Dibentuk UPT pengelola IPLT dan TPA
- Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dan lain-lain) Tupoksi SOP
- Kualitas dan kuantitas SDM Kurang
Pelatihan Santasi permukiman
Pelatihan pengelolaan IPAL Pelatihan pengelolaan IPLT Operator TPA
B Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/Masyarakat/dll) APBN/APBK APBN/APBK APBN
- Tarif Retribusi sampah
Rp. 20 rb/bl komersil Rp. 20 rb/bl rt besar
Rp. 10 rb/bl rt kecil
- Realisasi penarikan retribusi (% terhadap target) 100 % rutin
C Perundangan (Perda, Pergub, Perwali dst) - - -
D Peran serta masyarakat dan swasta Tidak ada
Kerjasama daur ulang
sampah Pemberian mesin daur ulang sampah
E Teknis Operasional :
1. Dokumen perencanaan (MP, FS, DED) Belum ada MP Sedang diusulkan
2. Perwadahan Sudah ada
3. Pengumpulan Sudah ada
4. Penampungan Sementara (TPS) Tidak ada
5. Pengangkutan baik
6. Pengolahan 3R Belum optimal Pemilahan sampah Akan dioptimalkan 3R
7. Pengelolaan Akhir di TPA
Belum optimal sanitary landfill
Controled land fill setiap
bulan Akan dioptimalkan setiap 30 cm
8. Pengendalian pencemaran di TPA baik Buffer zone dan kolam lindi baik, sumur kontrol
9. Sarana penunjang TPA
Belum ada
jembatan timbang
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah :
(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat);
(2) Belum optimalnya manajemen persampahan :
a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi);
b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan
persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen); c. Belum memadainya penanganan sampah.
ii. Tantangan Pengembangan Persampahan
Menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik Kabupaten Bener Meriah terkait pembangunan sektor persampahan. Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihak swasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmen stakeholder.kota/kabupaten dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM bdang Cipta Karya yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan
pengelolaan Persampahan. Target pelayanan dasar bidang
Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor
14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 6.44.
Tabel 7.24 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar
Standart pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan Sampah Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan 20 % 2014 Dinas yang membidangi PU Tersedianya system penanganan sampah di perkotaan 70 % 2014 Dinas yang membidangi PU
c. Permasalahan dan Tantangan Drainase Permukiman
i. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan
Paramater dalam menganalisa kebutuhan pengelolaan drainase adalah: faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan drainase ; besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).
Tabel 7.25. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase
No. Aspek Pengembangan Drainase Permasalahan Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Akan dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A Kelembagaan :
- Bentuk Organisasi Pengelola Belum ada Diusulkan
- Tata laksana (Tupoksi, SOP, dan lain-lain) Ada
- Kualitas dan kuantitas SDM Kurang
Diusulkan pelatihan dan tambah pegawai
B Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBD
Prov/Kab/Kota/Swasta/Masyarakat/dll) APBK/ APBK APBN
C Perundangan (Perda, Pergub, Perwali dst) Belum ada Diusulkan
D Peran serta masyarakat dan swasta Tidak ada Penyuluhan
Teknis Operasional PS:
1.
Aspek Perecanaan (Master Plan, FS, DED)
Belum ada RIS
Drainase Sedang diusulkan
2. A. Saluran
- Primer Masih kurang
- Sekunder Masih kurang Pembangunan baru Pembangunan baru
- Tersier Masih kurang peningkatan peningkatan
B. Turap Masih kurang Pembangunan baru Pembangunan baru
C. Bangunan pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa,
talang, dsb) Masih kurang
Pembangunan baru Pembangunan baru
D. Waduk, Kolam Retensi, Sumur Resapan
Perlu sumur
resapan Pembangunan baru Pembangunan baru
ii. Tantangan Pengembangan Drainase
Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan sesuai karakteristik Pemeruntah Kabupaten Bener Meriah terkait pembangunan sektor drainase adalah :
Cakupan wilayah yang luas
Banyak dialiri sungai besar yang bermuara di pesisir.
Belum terintegrasinya sistem drainase di perkotaan
Pasang air laut dan abrasi
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM CK yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 6.22.
Tabel 7.26. Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar
Standart Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian Keterangan Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman
Drainase Tersedianya system jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam ) dan tidak lebih dari 2 kali setahun 50 % 2014 Dinas yang membidangi PU 7.4.2 Sasaran Program a. Air Limbah
Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-
site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal.
Kriteria Lokasi
Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan:
Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan;
(TFL) untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;
pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/ coaching, pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah (septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM/ mandor/ tukang dan pemberdayaan masyarakat;
pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;
membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan Septic Tank;
produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/ Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);
sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal