• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Sektor Unggulan

Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa besarnya nilai koefisien LQ untuk masing-masing sektor adalah sebagai berikut :

1. Sektor Pertanian.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini didukung dengan berbagai program baik yang bersifat intensifikasi maupun ekstensifikasi lahan pertanian yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Subang (BPS, 1999).

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini diakibatkan kurangnya penerapan teknologi dan juga sarana dan prasarana pendukung.

3. Sektor Industri Pengolahan.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengimpor dari daerah lain. Hal ini diakibatkan dari adanya industri-industri kecil/menengah yang tutup sebagai akibat dari tingginya biaya produksi terutama tingginya bahan baku yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini disebabkan kurangnya sarana infrastuktur untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap sektor ini.

5. Sektor Bangunan/Konstruksi.

Selama kurun waktu 1993-1997 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengimpor dari daerah lain. Tahun 1998-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. 6. Sektor Perdagangan.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini didukung dengan kemudahan untuk akses ke pasar serta adanya peningkata prasarana sosial ekonomi dalam menyalurkan komoditi perdagangan.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini disebabkan masih sedikitnya sarana pengangkutan terutama angkutan umum serta kurangnya sarana komunikasi misalnya akses internet.

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini karena kurangnya kualitas sumber daya manusia dan sarana kelembagaan keuangan di Kabupaten Subang.

9. Sektor Jasa-jasa.

Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini di dukung oleh sub sektor jasa hiburan dan rekreasi dan sub sektor pemerintahan setelah adanya otonomi daerah.

46

Tabel 5.8. Nilai Kuosien Lokasi di Kabupaten Subang 1993-2003

Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

pertanian 2,44 2,67 2,75 2,97 3,27 3,08 2,78 2,94 2,86 3,05 3,04 pertambangan dan

penggalian 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,15 0,18 0,10 0,10 0,10 0,13 industri pengolahan 0,27 0,25 0,23 0,22 0,20 0,16 0,15 0,13 0,13 0,13 0,12 listrik, gas dan air

bersih 0,15 0,16 0,19 0,23 0,22 0,25 0,25 0,30 0,30 0,29 0,32 bangunan/kontruksi 0,86 0,85 0,87 0,89 0,96 1,00 1,00 1,06 1,08 1,07 1,05 perdagangan, hotel dan restoran 1,50 1,48 1,50 1,52 1,51 1,47 1,47 1,80 1,81 1,78 1,82 pengangkutan dan komunikasi 0,35 0,35 0,39 0,45 0,49 0,51 0,51 0,65 0,69 0,70 0,66 keuangan,

persewaan dan jasa

perusahaan 0,47 0,44 0,45 0,46 0,45 0,41 0,38 0,39 0,38 0,35 0,34 jasa-jasa 1,40 1,41 1,47 1,55 1,62 1,41 1,43 1,63 1,78 1,72 1,57

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis Shift-Share (S-S)dan analisis Location Quotien (LQ), maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisis S-S yaitu terdiri dari:

a. Analisis PDRB Kabupaten Subang tahun 1993-2003 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor primer yang meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang, diikuti dengan sektor tersier. Sedangkan sektor sekunder mengalami penurunan melalui sektor industri pengolahan dan sektor bangunan/konstruksi.

b. Berdasarkan Rasio PDRB Kabupaten Subang, sektor primer masih mendominasi melalui kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki rasio terbesar. Sektor tersier menduduki tempat kedua, sedangkan sektor sekunder di tempat ketiga.

c. Hasil analisis komponen pertumbuhan wilayah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat membawa pengaruh positif terhadap perubahan PDRB Kabupaten Subang.

d. Pergeseran bersih menyebabkan kenaikan PDRB Kabupaten Subang. Sektor yang bersifat progresif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

48

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan dan daya saing yang baik adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

2. Hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis yang merupakan sektor unggulan yaitu : sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

6.2. Saran

1. Berdasarkan analisis Shift-Share pada hasil dan pembahasan, dimana sektor primer adalah sektor yang mendominasi maka pemerintah Kabupaten Subang sebaiknya terus mendorong perkembangan sektor primer misalnya sektor pertanian dengan cara intensifikasi lahan pertanian dan mengembangkan potensi agribisnis sesuai misi yang hendak dicapai pemerintah daerah Kabupaten Subang, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian melalui penerapan teknologi tepat guna serta peningkatan sarana dan prasarana pendukungnya dalam rangka pengembangan sumber daya alam spesifik lokalita.

2. Berdasarkan analisis sektor unggulan, pemerintah Kabupaten Subang sebaiknya memperhatikan sektor-sektor non basis yang memiliki potensi pertumbuhan dan daya saing yang baik seperti sektor listrik, gas dan air bersih agar dapat dimanfaatkan secara tepat terutama bagi masyarakat Kabupaten Subang, melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana sektor tersebut.

Adi, W. 2001. Kajian Ketimpangan Pembangunan Ekonomi antar Wilayah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan Pembangunan-LIPI, Jakarta.

Adji, Y. Peta Potensi Kabupaten Subang. http://www.pikiran-rakyat.com/petapotensi.php?id=3. [30 November 2005]

Badan Pusat Statistik. 2005. PDRB Kabupaten Subang 2001-2003. http://jabar.bps.go.id/Tabel/PDRB.htm. [30 November 2005]

Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang. 1999. PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Subang tahun 1993-1998. BPS Kabupaten Subang, Subang.

________. 2002. PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Subang tahun 1998-2001. BPS Kabupaten Subang, Subang.

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 1997. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1993-1996. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung.

________. 2000. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1996-1999. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung.

________. 2002. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1997-2000. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung.

________. 2003. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 2000-2002. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung.

________. 2004. PDRB Kabupaten/ Kota di Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 2001-2003. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung.

Budiman, A. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta.

50

Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi : Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3S, Jakarta.

Dwiastuti, R. 2004. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Klaten [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor, Bogor.

Friyaningsih. 2003. Analisis Struktur Perekonomian Indonesia Sebelum Krisis Ekonomi dan Masa Krisis Ekonomi [Skripsi]. Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Glasson, J.1974. Pengantar Perencanaan Regional (Bagian Satu dan Dua). Paul Sitohang [penerjemah](1990). Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lemhanas. 1997. Pembangunan Nasional. PT balai Pustaka-Lemhanas, Jakarta. Nazara, S. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Pardjoko, F, R. Suyedi, dan H. Sarana.2001. Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Tangkap“Linau” Bengkulu Selatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir. [paper]. program pasca sarjana/S3.

http://rudyct.250x.com/sem1_012/kel-e1.htm. [30 November 2005]

Pemkab Subang. 2005. Pemerintahan Kabupaten Subang. http://www.subang.go.id/. [22 September 2005]

Putra, A. 2004. Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Jambi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, R. 2001. Analisis Usahatani dan faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Padi Pada Daerah Hulu, Tengah dan Hilir Jaringan Irigasi teknis ( Kasus Di kabupaten Subang, provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Richardson, H. W. 1985. Dasar- dasar Ilmu Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Sahara. 2004. Analisis Shift-Share (Materi Kuliah). Tidak diterbitkan.FEM IPB, Bogor.

Sambodo, M. T. 2002. Analisis Sektor Unggulan Di Kalimantan Barat. Jurnal ekonomi dan Pembangunan. X : 33.

Sjahrir. 1992. Analisis Ekonomi Indonesia. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Thoha, M. dan M. Soekarni,. 2000. Studi Kelayakan Ekonomi Pembentukan Propinsi Baru : Kasus Banten. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan.

VII: 45-77.

Todaro, M. P. Dan S.C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke-3. Erlangga, Jakarta.

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah)

Sumber : BPS Kab. Subang (1999, 2002), BPS (2005)

Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.

Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1 567742 602717 639748 677066 683588 674626 691918 710404 715732 731574 743654 2 1696 1727 1952 2194 2449 12318 10680 10497 9721 9880 11876 3 110409 115384 121446 127895 127382 90775 87289 89728 91533 92832 94280 4 4483 5151 6559 9102 9881 12314 13837 16384 17804 18890 21157 5 71079 75712 83490 93166 97307 62201 60564 61927 62547 67988 70708 6 379317 402055 432075 465825 490561 466737 482255 506163 531200 574767 612403 7 27240 29459 34426 42678 45672 48359 49245 54237 62000 66651 71767 8 30501 31482 33429 36009 39570 24433 24457 26562 28697 29813 31877 9 185908 189898 199877 213794 226007 219162 225715 237217 269306 277269 298591 PDRB 1378375 1453585 1553002 1667729 1722417 1610925 1645960 1713119 1788540 1869664 1956313

54

Lampiran 2. PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah)

Sumber : BPS Jawa Barat (1997, 2000, 2002, 2003,2004)

Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.

Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1 9107764 8989698 9350686 9341211 8675504 8013996 9098516 7842831 8087029 7655177 7908908 2 3761707 3538119 3464618 3588869 3624037 2912315 2142073 3487447 3273481 3126111 3005026 3 15948243 18142182 20810291 24113080 26310836 20913548 21029934 21833139 22908171 23631807 24528735 4 1169776 1303723 1390037 1633677 1859827 1816765 2046564 1800088 1919108 2072936 2124092 5 3220480 3558630 3847812 4298221 4202306 2262253 2210240 1904918 1875250 2032148 2182380 6 9919222 10797261 11577618 12552514 13511208 11565563 11968042 9139872 9499500 10307025 10855949 7 3080943 3314599 3569072 3844345 3908369 3497994 3555871 2708612 2890102 3025101 3495539 8 2546718 2836519 3019396 3220568 3666643 2189229 2369171 2226119 2470843 2719727 3007163 9 5184820 5342375 5461635 5651045 5810194 5676177 5780294 4717178 4901359 5143225 6142134 PDRB 53939673 57823106 62491165 68243530 71568924 58847840 60200705 55660205 57824843 59713257 63249926

56

Lampiran 4. Tabel Rata-Rata Penduduk Per Desa, Per Kilometer Persegi, Per Rumah tangga Dan Sex Ratio Di Kabupaten Subang Akhir Tahun 2003

Rata-Rata Penduduk Per Kecamatan D E S A Km2 Rumah Tangga Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) 01. Sagalaherang 3.757,62 390,70 3,24 99,25 02. Jalancagak 4.307,29 598,97 3,40 98,37 03. Cisalak 3.823,92 479,60 3,53 98,34 04. Tanjungsiang 3.938,73 502,91 3,20 95,49 05. Cijambe 4.584,38 436,66 3,28 101,23 06. Cibogo 4.054,86 399,16 3,54 99,89 07. Subang 10.489,00 1.391,95 3,57 100,38 08. Kalijati 4.480,88 527,30 3,27 99,42 09. Cipeundeuy 5.568,71 397,52 3,49 98,21 10. Pabuaran 6.261,36 638,15 3,51 99,99 11. Patokbeusi 7.083,00 841,71 3,34 100,54 12. Purwadadi 4.866,18 575,76 3,44 96,31 13.Cikaum 4.659,50 654,98 3,37 93,72 14. Pagaden 4.600,47 1.000,87 3,08 97,05 15. Cipunagara 5.859,30 542,23 3,38 96,72 16. Compreng 5.496,75 640,46 3,68 95,39 17. Binong 4.586,35 829,18 3,20 102,17 18. Ciasem 9.931,30 954,11 3,67 100,10 19. Pamanukan 6.023,93 1.038,92 3,36 101,25 20. Pusakanagara 5.236,25 918,64 3,52 96,85 21. Legonkulon 3.891,40 395,19 3,42 100,98 22. Blanakan 6.362,00 667,26 3,33 95,12 J U M L A H 5.345,69 656,56 3,40 98,72 Tahun 2002 5.321,94 653,65 3,40 98,76 Tahun 2001 5.338,35 650,46 3,38 98,81 Tahun 2000 4.980,66 606,88 3,60 97,73 Tahun 1999 4.962,60 604,68 3,65 97,78 Sumber : BPS (2005)

Lampiran 5. Distribusi PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003

(persen) Tahun Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2002 2003 1 41,19 41,46 41,19 40,60 39,69 41,88 42,04 40,02 39,13 38,01 2 0,12 0,12 0,13 0,13 0,14 0,76 0,65 0,54 0,53 0,61 3 8,01 7,94 7,67 7,67 7,40 5,63 5,30 5,12 4,97 4,82 4 0,33 0,35 0,42 0,55 0,57 0,76 0,84 1,00 1,01 1,08 5 5,16 5,21 5,38 5,59 5,65 3,86 3,68 3,50 3,64 3,61 6 27,52 27,66 27,82 27,93 28,48 28,97 29,30 29,70 30,74 31,30 7 1,98 2,03 2,22 2,56 2,65 3,00 2,99 3,47 3,56 3,67 8 2,21 2,17 2,15 2,16 2,30 1,52 1,49 1,60 1,59 1,63 9 13,49 13,06 12,87 12,82 13,12 13,60 13,71 15,06 14,83 15,26 Sumber : BPS Kab. Subang (1999, 2002), BPS (2005)

Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.

58

Lampiran 6. Contoh perhitungan Analisis Shift-Share dan Analisis Location Quotien

1. Perubahan indikator kegiatan ekonomi (Tabel 5.1)

ij ij ij = Υ −Υ

ΔΥ '

Untuk sektor pertanian : ΔYij = 743654 – 567742 = 175912 dst Persentase perubahan kegiatan ekonomi

( )

% 100 ' % × Υ Υ − Υ = ΔΥ ij ij ij ij (175912/567742)

Untuk sektor pertanian : %ΔYij = x100% = 30.98 dst 567742

2. Rasio indikator kegiatan ekonomi (Tabel 5.1 dan Tabel 5.2)

ij ij ij ri Υ Υ − Υ = '

Sektor pertanian di Kabupaten : ri = (743654-567742)/ 567742 = 0.31 dst

. '. . i Ri i i Υ Υ − Υ =

Sektor pertanian di Propinsi : Ri = (7908908-9107764)/ 9107764 = -0.13 dst

.. .. .. ' Υ Υ − Υ = Ra Rasio PDRB Propinsi : Ra = (63249926-53939673)/ 53939673 = 0,17 3. Komponen pertumbuhan nasional (PN) (Tabel 5.1)

( )

ij ij Ra

PN = Υ

Untuk sektor pertanian : PN = (0,17) 567742 = 17,26 4. Komponen pertumbuhan proporsional (PP) (Tabel 5.1)

( )

ij

ij Ri Ra

Untuk sektor pertanian : PP = (-0.13 - 0,17) 567742 = -30.42 dst 5. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) (Tabel 5.1)

( )

ij ij ri Ri

PPW = − Υ

Untuk sektor pertanian : PPW = (0.31- (-0.13))567742 = 44.15 dst 6. Pergeseran Bersih

ij ij

ij PP PPW

PB = +

Untuk sektor pertanian : PBij = (-30.42) + 44.15 = 13.72 dst 7. Analisis LQ (lampiran 1 dan 2)

N N S S N S N S LQ i i i i / / / / = =

Untuk sektor Pertanian tahun 1993 :

LQ = (sektor pertanian 1993 kab Subang/ sektor pertanian 1993 Jawa barat) (PDRB 1993 Kab Subang/ PDRB1993 Jawa Barat) LQ = (567742 / 9107764)

(1378375 / 53939673) LQ = 2.44 dst

Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang -200.00 -100.00 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 PPW PP pertanian pertambangan dan penggalian industri pengolahan

listrik, gas dan air bersih bangunan/kontruksi perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi keuangan, persew aan dan jasa perusahaan jasa-jasa

Dokumen terkait