• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DISTRIK

C. Semangat Profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus

Kata profetik berasal dari istilah Yunani prophetes, menunjuk pada orang yang dipanggil oleh Allah atas nama-Nya. Profetik dapat diartikan sebagai tindakan seseorang biasanya disebut nabi, yang berpihak pada Allah dan orang-orang lemah dengan resiko dibenci para penguasa (Darminta, 1994: 59). Nabi adalah orang yang secara khusus untuk menyampaikan pesan-pesan Allah melalui

mimpi atau ramalan mengenai apa yang harus dilaksanakan oleh umatNya. Nabi juga biasa berperan dalam kehidupan beragama dan kemasyarakatan, oleh karena itulah setiap kata-kata dan tindakan nabi diikuti oleh masyarakat.

Dalam sejarah keselamatan Bangsa Israel, banyak muncul nabi-nabi yang oleh Allah dipilih dan diutus untuk mengatur kehidupan bangsa tertentu. Setiap orang yang dipilih menjadi nabi Allah tidak memiliki kuasa untuk menolak pilihan tersebut (Yer. 1:2-19). Dalam hal ini, terlihat seperti ada unsur pemaksaan yang dilakukan oleh Allah terhadap oerang yang dipilihNya. Namun tugas bebagai nabi bukan lah tugas yang sembarangan, tugas ini sangat berat karena seorang nabi harus mampu mengayomi bangsa yang dipercayakan kepadanya. Tidak jarang para nabi mendapat ancaman dari para penguasa bangsa (Ams. 7:10-13; Yer. 26:8).

Seorang nabi akan muncul ditengah kehidupan suatu bangsa disaat bangsa tersebut mengalami masa-masa suram dalam tatanan masyarakatnya dan dimana perintah Allah tidak dipatuhi. Nabi sering mempunyai sikap kritis terhadap lembaga-lembaga kekuasaan. nabi mengajak setiap orang untuk kembali kepada kebenaran Allah dan meninggalkan segala tindakan-tindakan yang tidak berkenan bagi Allah.

2. Profetik Karmel dalam Teladan Nabi Elia

Sosok Elia sebagai nabi Allah menampilkan dimensi kenabian yang sangat nyata. Ia adalah seorang yang sepenuhnya siap sedia melayani Allah (Slaterry, 1993: 31). Kesiapan Elia terhadap pelayanan kepada Allah menunjukkan betapa Elia benar-benar mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah.

Pernyataan diri Elia sebagai nabi Allah mau memperlihatkan betapa Elia sepenuhnya sebagai pelayan Allah yang berpihak pada bangsa yang dipercayakan kepadanya. Elia juga merupakan tokoh yang melindungi orang miskin dan tersingkir (Slaterry: 1993: 28). Pelayanan Elia bukan untuk mendapat penghargaan dan dipandang terhormat karena status kenabiannya, namun lebih pada sikap Elia yang sepenuhnya dikuasai oleh sabda Allah. Elia menyadari bahwa dalam setiap pelayanannya, ia memiliki berbagai keterbatasan. Elia memerlukan Allah, oleh karena itu Elia senantiasa dalam keadaan berdoa untuk mencari Allah. Elia menampakkan diri sebagai sosok yang penuh doa dan karya kenabian. Oleh karena itu, Elia mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Elia menjadi teladan bagi para pertapa yang ingin mengalami pengalaman bersemuka dengan Allah.

Tradisi Elia memanggil para Karmelit untuk menjadi nabi pada nubuat. Dimensi kenabian dari spiritualitas Karmel menantang pria dan wanita Karmel untuk terjun ke dunia zaman mereka. Mereka mempunyai siakp terbuka akan Sabda Allah, penuh perhatian akan tanda-tanda jaman, dan perlu menyuarakan ketidakadilan yang mereka lihat. Mereka perlu mencari wajah Allah dalam keheningan dan dalam mereka yang tersingkirkan. Mereka menjadi jantung dan suara hati bagi bangsa, negara dan gereja (Slattery 1993: 38).

3. Profetik Karismatik dalam Peristiwa Pentakosta

Peristiwa Pentakosta menjadi awal pembaharuan dimensi kenabian. Pada saat Pentakosta, Roh Kudus hadir dan memenuhi setiap orang dengan karunia-karunia baru (Kis. 2: 1-13). Kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta

menjadi kekuatan baru bagi para rasul untuk melayani Allah melalui karya kerasulan kepada bangsa-bangsa. Pada saat itu pula, Roh Kudus memulai sebuah Gereja yang baru bagi zaman yang baru pula. Melalui kehadiran Roh Kudus, para rasul mengalami cinta Allah yang besar dalam hidupnya, sehingga mereka menjadi saksi yang meyakinkan dengan diperlengkapi dengan segala karunia yang mereka butuhkan untuk karya pewartaan kepada seluruh bangsa (Indrakusuma, 2011: 5).

Kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta menggambarkan bahwa Allah begitu mencintai umatNya. Cinta Allah yang hadir dalam diri setiap orang memiliki tujuan agar orang tersebut semakin mesra dengan Allah, semakin begairah terhadap injil dan semakin bergairah pula mewartakan Kerajaan Allah kepada orang lain. Cinta kasih Allah bagi manusia adalah sumber segala macam karunia rohani dan jasmani (Indrakusuma, 2012: 16). Setiap orang yang telah menerima Roh Kudus mengerti bahwa ia dapat melaksanakan tugas pewartaan semata-mata karena karunia Allah melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, setiap orang yang telah mengalami peristiwa pentakosta mampu mengalami kehadiran Allah dan membagikan pengalamannya pada sesama.

4. Profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus: Berjuang Membawa Orang Lain Pada Pengalaman Cinta Ilahi

Hidup sebagai nabi berarti siap menjalankan kehendak Allah (Darminta, 1994: 22-23). Resiko manjadi nabi sangat besar, bahkan dalam sejarah bangsa Israel tidak sedikit nabi yang ditolak (Yer. 11:19). Elia dalam perjalanan hidupnya senantiasa berjuang mewujudkan peran kenabiannya. Walaupun sering kali harus

berhadapan dengan berbagai permasalahan politik kerajaan, namun Elia tetap setia aktif menjawab panggilan sebagai nabi Allah (Slattery, 1993: 31). Elia sebagai orang yang sepenuhnya siap sedia melayani Allah ditampakkan dalam setiap perkataan dan tindakannya. Lewat teladan hidupnya, Elia telah menunjukkan bahwa setiap tantangan tidak bisa membuat ia menjauh dari Allah, namun sebaliknya Elia semakin masuk ke dalam kehidupan doa yang mendalam dan semakin mengalami kemesraan Cinta Ilahi. Dalam kehidupan yang penuh doa dan kontemplasi, Elia memberi teladan bagaimana mewujudkan peran kenabian sebagai nabi Allah.

Sikap seperti Elia dan para rasul inilah yang diharapkan menjiwai KTM dalam usaha mengembangkan visi dan misi KTM. Keterlibatan anggota KTM dalam hidup menggereja dapat menjadi tolak ukur pelaksanaan kenabian KTM.

a. Cara Karmel

Semangat persaudaraan, cinta akan keheningan, doa dan kitab Suci yang melekat dalam jiwa Karmel menjadikan mereka insan-insan Allah yang hidup. KTM sebagai komunitas yang mengambil inspirasi dari semangat Karmel ini diharapkan untuk mengembangkannya dalam kehidupan pribadi dan komunitas mereka, serta menularkan semangat karmel itu kepada sesama melalui kesaksian hidup mereka. Di tengah-tengah segala aktifitas dan kesibukan sehari-hari, maka seorang anggota KTM juga dipanggil untuk selalu hidup dalam hadirat Allah (Maria, 2004: 26). Selain itu juga mereka terlibat aktif dalam pelayanan dan mengajarkan kepada orang lain bagaimana mencintai Allah dalam keheningan, bertekun dalam doa dan peresapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan yang hendak dicapai bukan lain dari pada persatuan cinta kasih dengan Allah yang mengubah segalanya. St. Teresa dari Avila melukiskan pengalaman seperti itu dengan sebuah perbandingan, seperti seseorang yang memasuki suatu ruangan istana yang penuh dengan permata yang luar biasa banyak dan indahnya, sampai tidak bisa mengingat lagi satu persatu (Indrakusuma, 2008: 33, 37-38). Keterlibatan aktif anggota KTM dalam mengembangkan semangat Karmel menjadikan mereka nabi-nabi Allah pada jamannya.

b. Cara Karismatik

Pencurahan Roh Kudus yang dibawakan oleh pembaharuan karismatik, merupakan suatu anugerah besar Allah kepada Gereja-Nya dewasa ini (Indrakusuma, 2004: 27). Pengalaman tersebut menjadikan mereka insan-insan Allah yang bersemangat dalam hidup kerohanian. Pengalaman itu memunculkan dalam diri mereka kerinduan akan pengalaman yang sama dirasakan juga oleh orang lain sehingga mengajak orang untuk membuka diri bagi karya Roh Kudus, supaya Roh Kudus berkarya lebih bebas lagi dalam diri mereka serta mejadikan mereka orang-orang kristiani yang bersemangat, penuh kharisma dan karunia. Dengan demikian kehidupan Gereja menjadi lebih hidup kerena dihidupi oleh orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus dan juga wajah Gereja yang pasif menjadi lebih aktif berkat Roh Kudus yang menggerakkannya.

D.Refleksi Kritis atas Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus di

Dokumen terkait