• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI MUSIK a. Pengertian Musik

Dalam dokumen MODUL SENI BUDAYA PENGANTAR (Halaman 21-37)

1. Jamalus (1988)

Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

Musik merupakan salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian.

3. Prier (1991) setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.

4. Menurut ahli perkamusan (lexicographer)

Musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada,vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”

5. Musik adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya

b. Vocal adalah musik yang dibunyikan oleh suara manusia, didalamnya termasuk bersiul dan bersenandung. Vocal dibagi menjadi 3 jenis suara, antara lain :

 Jenis suara wanita

Terbagi atas jenis suara wanita tinggi (sopran), suara wanita sedang (mezzo sopran), dan jenis suara wanita renda (alto).

 Jenis suara pria

Terbagi atas suara pria tinggi (tenor), suara pria sedang (bariton) dan suara pria rendah (bass)

 Jenis suara anak – anak

Terbagi atas suara anak – anak tinggi dan suara anak – anak rendah c. Sejarah Musik Klasik

1. Era Kuno (Antiquity) (- 500)

Lahir tidak hanya dari bangsa Eropa, namun dari Timur Tengah dan Mesir Kuno yang meninggalkan gaya menyanyi silabis dan melismatis hingga kini tetap digunakan di seluruh dunia. Di Era Kuno, Yunani Kuno juga masuk Negara yang ikut mengukir sejarah musik ini. Di Yunani Kuno sudah mengenal penalaan nada, memilih instrumen musik, mencipta modus dan ritme-ritme, Ahli matematik Pythagoras orang pertama yang meneliti perbandingan-perbandingan getaran dawai dan menetapkan urutan nada-nada yang hingga kini menjadi dasar sistem musik diatonik. Romawi Kuno memberikan sumbangan sejarah berupa

Tangga nada diatonik (tujuh nada) dijadikan standar menggantikan struktur-struktur kromatik dan enharmonik dari sistem musik Yunani. 2. Era Abad Pertengahan (Medieval Era) 600-1450

Seni untuk pelayanan gereja, musik untuk keperluan ibadat, sebagai alat utama untuk memahami karya-karya Tuhan (menurut ajaran Kristen) mengembangkan modus-modus gereja sebagai sistem tangga nada yang hingga kini masih digunakan dalam berbagai peribadatan Kristen

Standarisasi dalam berbagai lapangan pengetahuan juga terjadi dalam musik, diantaranya sistem menyanyi SOLMISASI (rancangan Guido d’Arezzo seorang biarawan dan teoretikus musik). Pemimpin gereja Paus Gregorius I mengatur penggunaan lagu-lagu pujian untuk peribadatan gereja yang dikenal dengan Gregorian chant. Gaya polifoni sebagai teknologi komposisi yang menggabungkan dua alur melodi atau lebih memperkaya rasa keindahan musikal dibandingkan gaya monofon sebelumnya dan cikal-bakal harmoni.

3. Era Renaisans (1450-1600)

Berkembang di Italia dan Eropa Utara. Berwatak klasik, pengekangan, menahan diri, dan kalem. Renaisans dapat diartikan sebagai periode dalam Sejarah Eropa Barat dimana manusia mulai melakukan eksplorasi terhadap dunia, baik melalui perjalanan atau penjelajahan ke Timur maupun ke Selatan belahan bumi, tetapi mereka juga gemar mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesenian. Oleh karena pikiran manusia menjadi semakin bebas, maka musik sekuler mulai muncul dan berkembang pula musik-musik instrumental yang semula kurang mendapatkan tempat di lingkungan tradisi gereja. Tetapi musik gereja tetap sangat penting dan gaya polifonik vokal sangat berkembang pada periode ini. Komposer-komposer terpenting ialah Josquin des Prés, Orlandus Lassus, William Byrd, dan Giovanni Pierluigi da Palestrina. 4. Era Barok & Rokoko (1600-1750) : Musik Terbatas

Ciri – cirinya :

 Melodi cenderung lincah

 Banyak menggunakan ornament

 Harmoni dua nada atau lebih berbunyi bergantian (polifonik/kontrapunk)

 Bentuk vocalnya disebut Seriosa Tokoh :

Johann Sebastian Bach 5. Era Klasik (1750-1820)

 Ornament di batasi

 Ada beberapa peralihan tempo accelerando dan ritardando  Ada peralihan dinamik crescendo dan decrescendo

 Harmoni tiga nada atau lebih bunyi bersamaan (homofonik) Tokoh :

Wolfgang Amadeus Mozart 6. Era Romantik (1820-1900)

Bersifat ekspresif untuk mengungkapkan perasaan yang subjektif, bukan sekedar untuk keindahan

Ciri – cirinya :

 Tidak ada ornament

 Melodi seakan berkomunikasi  Harmoni bervariasi

 Penggunaan dinamik dan tempo bervariasi Tokoh :

Johannes Brahms, Frederic Chopin, Franz Schubert 7. Kontemporer Klasik (Akhir Abad ke 19)

Disebut kontemporer klasik hanya untuk membedakan dengan musik kontemporer. Istilah ini tidak sesuai dengan pengertian sebenarnya. Kontemporer berarti sesuai dengan jamannya. Namun, kenyataannya justru merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan popularitas zamannya.

Sifat musik :

 Impresionis/tidak dibatasi oleh aturan untuk keindahan, atau mengekspresikan perasaan. Namun, lebih sering mengalun sekehendak mood komposernya

 Banyak menggunakan modulasi (perubahan nada dasar)  Ada perubahan komposisi instrument

 Dinamik dan tempo dengan variasi tak lazim

 Harmoni lepas diri dari system tonal (pengelompokan tingkat akor) Tokohnya :

Claude Debussy, George Gershwin d. Jenis-Jenis Musik Populer :

1. Rock

Ciri – cirinya :

 Wilayah nada luas dari nada rendah hingga tinggi  Kekuatan musik pada dinamika aransemen  Lagu kadang sulit disenandungkan

 Lirik lagu cenderung ekspresif  Tempo bisa lambat bisa cepat  Harmoni bisa sangat rumit  Beat cenderung keras 2. Jazz

Ciri – cirinya :

 Vocal dan lirik cenderung dianggap bagian dari bunyi instrument, sehingga kesan dukungan melodi dan harmoni terhadap ekspresi sangat kuat

 Harmoni rumit, memiliki tonalitas yang luas, sehingga kadang berkesan sumbang sering terjadi modulasi

 Ritme melodi cenderung improvisasi 3. Dance

Ciri – cirinya :

 Ritme, Melodi, Harmoni Cenderung Sederhana

 Beat Keras, Konstan Dan Bertempo Sedang, Sesuai Untuk Senam Atau Tari

 Lirik Tidak Terlalu Penting Karena Cenderung Untuk Mengekspresikan Gerak, Bukan Perasaan

4. Latin

Ciri – cirinya :

 Beat konstan, dengan berbagai variasi bunyi perkusi, sesuai untuk tari  Memiliki ciri khas yang bervariasi pada setiap stylenya

 Melodi dan harmoni cenderung sederhana e. Musik Kontemporer :

Ciri – ciri

 Tekstur warna bunyi bisa heterogen ataupun homogeny

 Notasi musik berupa symbol/tanda yang hanya dimengerti oleh pemusik  Musik memiliki kecenderungan improvisasi mengikuti mood pemusik  Bunyi yang dikomposisikan tidak terlalu berasal dari instrument musik  Musik bisa memiliki melodi atau hanya komposisi ritmis

 Melodi dan harmoni tidak selalu mengikuti system tonal  Tidak dibatasi pada satu jenis tangga nada

 Tidak terikat pada satu jenis birama  Dinamik dan tempo bervariasi Contoh :

Kua Etnika (Djaduk Ferianto) Jogjakarta, Sinten Remen (Djaduk Ferianto) Jogjakarta, Herry Roesly (Jakarta)

f. Klasifikasi Alat Musik Menurut Curt Suchs Dan Hornbostel :

1. Aerophone : Udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu sebagai penyebab bunyi

Contoh : recorder, seruling, saxsophone

2. Membranophone : Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi

Contoh : gendang, conga, drum

3. Idiophone : Badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi

Contoh : triangle, cabaza, marakas

4. Chordophone : Senar (dawai) yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi

Contoh : piano, gitar, mandolin

5. Electrophone : Alat musik yang ragam bunyi atau bunyinya dibantu atau disebabkan adanya daya listrik Contoh : Keyboard

f. Pengertian Karawitan

Karawitan berasal dari kata : ka – rawit – an, rawit artinya halus 1. Karawitan menurut arti katanya adalah Kehalusan

2. Karawitan menurut arti luas adalah Musik

3. Karawitan menurut arti khusus adalah seni suara gamelan yang berlaraskan pelog slendro

g. Pengertian Suara, Desah, dan Nada

1. Suara (Swabawa) : Sesuatu yang kita ketahui sumber bunyinya 2. Desah : Sesuatu yang tidak kita ketahui sumber bunyinya 3. Nada : Suara yang tertentu dan mempunyai jumlah getaran

tiap detik h. Laras

1. Menurut arti khususnya, Laras adalah : Enak didengar/indah

2. Menurut arti luasnya, Laras adalah : Urut-urutan nada dalam satu gembyangan yang tertentu tinggi rendahnya dan tertentu banyaknya.

Menggembyang adalah bila kita menabuh dengan dua kanan kiri bersama dengan atara 4 nada (mengapit)

Contoh : 123561

Laras Gamelan Jawa memiliki 5 Nada

Satu Gembyangan (1 Oktav) adalah 1200/Centi suara

Tiap satu nada yang satu dengan yang lain mempunyai nada antara atau yang biasa disebut Sruti/Interval

Untuk mencatat suatu seni suara dalam karawitan, digunakan Titi Laras atau Titi Nada

i. Titi Latas/Titi Nada Dibagi menjadi 2

1. Titi Laras berdasarkan laras:

Adalah titi laras tidak ditentukan oleh frekwensi (banyaknya getaran tiap detik) tetapi ditentukan oleh unda usuk atau perbandingan

Menurut Ki Hajar Dewantara, tonika yang dipergunakan sebagai dasar adalah : 1 2 3 4 5 1 untuk laras Pelog dan Slendro, beliau menamakan titi laras “Sari Swara”

Menurut Bpk. Mahyar Kusumadinata (Bandung) cara membaca titi laras adalah : do ; mi ; na ; ti ; la.

2. Menurut R T Wreksodiningrat membuat system titi laras berdasarkan bilahan gamelan, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7

Cara ini dinamakan Sistim KEPATIHAN. Cara ini masih dipergunakan sampai sekarang

a) Menabuh Gamelan, meliputi : - Cara menabuh

- Pembagian tugas tiap ricikan - Koposisi gending/lagu - Catatan titi laras gending b) Seni Suara

- Lagu dolanan - Tembang/sekar - Gerong/bawa j. Gamelan

Ricikan Gamelan adalah satuan dari alat-alat gamelan yang ditabuh Ricikan Kendang adalah Sebuah Kendang

Nama-Nama Ricikan Gamelan : 1. Rebab

Hanya satu jenis saja. Untuk keperluan dua perangkat gamelan pelog dan slendro dibutuhkan dua buah rebab (satu untuk slendro dan satunya untuk pelog)

2. Kendang

Ada 4 macam, yaitu :

a. Kendang Ageng/Kendang Gendhing dengan diameter 45 cm b. Kendang Wayangan dengan diameter 40 cm

c. Kendang Batangan (Kendang Ciblon) dengan diameter 33 cm d. Kendang Ketipung dengan diameter 25 cm

3. Gender Barung

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai tiga buah gender, yaitu : - Satu untuk gender Slendro

- Satu untuk gender Pelog Nem - Satu untuk gender Pelog Barang 4. Gender Penerus

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai tiga buah gender, yaitu : - Satu untuk gender Slendro

- Satu untuk gender Pelog Nem - Satu untuk gender Pelog Barang 5. Bonang Barung

- Satu ricikan bonang barung Slendro - Satu ricikan bonang barung Pelog

6. Bonang Penerus

Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah bonang barung : - Satu ricikan bonang barung Slendro

- Satu ricikan bonang barung Pelog 7. Saron Barung

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai dua ricikan, - Satu untuk laras slendro

- Satu untuk laras pelog 8. Saron Penerus

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai dua ricikan, - Satu untuk laras slendro

- Satu untuk laras pelog 9. Demung

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai dua ricikan, - Satu untuk laras slendro

- Satu untuk laras pelog 10. Slentem

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai dua ricikan, - Satu untuk laras slendro

- Satu untuk laras pelog 11. Kenong

Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 10 pencon kenong - 5 Pencon kenong slendro, yaitu bernada : 2 3 5 6 1

- 5 Pencon kenong pelog, yaitu bernada : 2 3 5 6 7 12. Kempul

Tiap gamelan mempunyai kempul komplit slendro/pelog 10 buah - 5 buah laras slendro

- 5 buah laras pelog 13. Ketuk dan Kempyang

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai 2 buah ketuk dan 2 buah kempyang. Untuk ketuk slendro larasnya 2, untuk ketuk pelog larasya 6 14. Clempung

Tiap gamelan slendro dan pelog, mempunyai 2 buah clempung, yaitu : 1 untuk laras slendro dan 1 untuk laras pelog

15. Siter

untuk gamelan slendro dan pelog, jumlah siter ada 2 bentuknya seperti clempung, namun bentuknya lebih kecil 16. Siter Penerus

untuk gamelan slendro dan pelog, jumlah siter ada 2, Bentuknya lebih kecil lagi. Nadanya 1 oktav lebih kecil dari siter

17. Gambang

Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah gambang, yaitu gambang slendro dan gambang pelog

18. Suling

Tiap gamelan slendro dan pelog mempunyai 2 buah suling, yaitu suling slendro dan suling pelog

19. Gong

Gamelan Slendro dan Pelog mempunyai 3 buah gong k. Pengertian Dalam Gamelan

1. Gamelan Seperangkat

Gamelan laras slendro atau pelog yang komplit ricikannya 2. Gamelan Sepangkon

2 Perangkat gamelan Slendro dan Pelog 3. Gangsa

Gamelan yang dibuat dari bahan tembaga dicampur dengan timah 4. Sengganen

Gamelan yang dibuat dari bahan plat-plat besi atau kuningan 5. Wilahan

Bagian dari ricikan gamelan yang dibuat dari logam atau kayu yang berbentuk bilah

6. Plangkan

Bagian dari ricikan gamelan yang dibuat dari pada kayu yang dapat diperinci sebagai berikut

a. Rancakan :

Plangkan pada bonang dan kenong b. Pangkon :

Plangkan pada demung, saron barung dan penerus c. Grobokan :

Plangkan pada gender dan slentem d. Gayor :

Plangkan untuk menggantungkan kempul dan gong 7. Pluntur

Tali – tali pada gender, bonang, slentem, dan lain-lain 8. Klante

Tali-tali pada kenong, kempul dan gong C. SENI TARI

a. Pengertian Tari

 Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta

 Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah

 Soeryodiningrat menyatakan bahwa tari merupakan gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari

 Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh

b. Unsur Pokok Tari 1. Gerak

Elemen pokok tari adalah gerak. Rudolf Laban pakar tari kreatif menyatakan bahwa gerak merupakan fungsional dari Body ( gerak bagian kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak, atau tingkatan gerak), time (berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), dinamyc (kualitas gerak menyangkut kuat,lemah, elastis dan penekanan gerakan).

Berpijak kepada pendapat di atas, tari terdiri dari unsur gerak sebagai unsur utama, ruang, waktu, dan tenaga. Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian,

olah raga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada khususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah distilisasi atau distorsi.

2. Motif Gerak Tari

3. Motif Gerak Tari Berpasangan Atau Kelompok 4. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang harus diisi, ruang dalam tari mencakup semua gerak yang diungkapkan oleh seorang penari terbentuk melalui perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat dan ruang gerak penari itu sendiri.

Ruang bersentuhan langsung dengan penari. Ruang gerak penari merupakan batas paling jauh yang dapat dijangkau penari. Di sisi lain, ruang menjadi salah satu bentuk dari imajinasi penari dalam mengolah ruang gerak menjadi bagian yang berpindah tempat, posisi dan kedudukan. 5. Tenaga

Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Disain adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari digambarkan secara bermakna ke dalam; desain atas dan disain lantai (La Meri: 1979: 12). Ruang gerak tari diberi makna melalui garis lintasan penari dalam ruang yang dilewati penari. Gerak tari yang diperagakan menunjukan intensitas gerak yang dapat menjadi salah satu indikasi. Tenaga yang diwujudkan oleh gerakan berhubungan dengan kualitas gerak. Hal ini dapat tercermin pada tenaga yang disalurkan oleh penghasil gerak dalam mengisi gerak menjadi dinamis, berkekuatan, berisi, dan menjadi anti klimak dari tensi dan relaksasi gerak secara keseluruhan.

6. Ekspresi

Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh ke dalam aktivitas pengalaman seseorang, selanjutnya dikomunikasikan pada penonton/pengamat menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa ke dalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang terkendali). 7. Iringan Tari

Iringan dan tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesan sebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan, sehingga hubungannya sangat erat dan dapat membantu gerak lebih teratur dan ritmis. Musik yang dinamis dapat menggugah suasana, sehingga mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari sehingga komunikatif. Musik dalam tari memberi keselarasan, keserasian, keseimbangan yang terpadu melalui alunan keras-lembut, cepat-lambat

melodi lagu. Pada dasarnya tari membutuhkan iringan sebagai pengatur gerak.

c. Tari Berdasarkan Konsep Garapan

1. Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun melalui generasi ke generasi. Tarian jenis ini telah mengalami perjalanan cukup panjang, bertumpu pada pola garapan tradisi yang kuat. Tari jenis ini biasanya memiliki sifat kedaerahan yang kental dengan pola gaya tari atau style yang dibangun melalui sifat dan karakter gerak yang sudah ada sejak lama. Tari-tarian tradisional yang dilestarikan oleh generasi pendukung biasanya sangat diyakini atas kemasyalakatannya. Masyarakat yang mau terlibat di sini ikut andil dalam melestarikan tari tradisional melalui rasa tanggung jawab dan kecintaan yang tidak bisa dinilai harganya. Masyarakat yang bersangkutan memandang bahwa tarian jenis ini menjadi salah satu bentuk ekspresi yang dapat menentukan watak dan karakter masyarakat yang mencintai tarian tersebut. Dengan demikian tergambar perangai, kelakukan dan cermin pribadinya.

a) Tari Primitif

Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tarian ini lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur. Pada jaman ini jenis tarian ini sudah mulai tidak kedengaran lagi gaungnya.

b) Tari Rakyat

Tari-tarian yang disebut pada bab ini adalah tarian yang hingá kini berkembang di Daerah yang bersangkutan. Masalah pembagian apakah termasuk fungsi dan peran yang dimiliki tidak diperhitungkan.

bentuk tari lebih dekat ke rumpun tari Melayu. Pengaruh agama Islam yang kuat. Gerakan tarinya lincah dan gesit,namun tidak ekspresif. Pakaian menutup semua anggota badan (aurat) dan iringan menggunakan alat musik sederhana dengan tepukan tangan sebagai pelengkap instrument.

Misalnya : Daerah Sumatra Utara (Sumut) tari Tor-tor gerak merapatkan dan mengembangkan ke dua telapak tangan sambil bergerak di tempat dan geser kaki, Tari Cawan dengan membawa cewan di atas kepala. Tari Serampang Dua belas dengan gerak berpasangan muda mudi yang sedang berdendang. Tari Manduda, Tari Kain, Tari Andungandung, Tari Angguk, Tari Tari Mainang Pulau Kampai, Tari Baluse, Tari Tononiha, Tari Terang Bulan, Tari Pisu Suri, Tari Baina, Tari Tari Barampek, Tari Basiram Tari Bulang Jagar, Tari Buyut Managan Sihala, Tari Cikecur, Tari Kapri, Tari Karambik dll.

 Bali

Mempunyai sifat gerak dan iringan yang mengesankan. Gerakan tari tegas dan ekspresif. Semua anggota badan digunakan untuk mengekspresikan makna dan misi tari sehingga terkesan sakral. Penari Pria menggunakan celana panjang sampai lutut yang dibalut kain warna cerah atau kotak – kotak hitam putih, dan ikat kepala atau kuluk bersulam benang emas. Penari wanita menggunakan kebaya panjang, berbalut selendang sampai dada dan memakai hiasan kepala

 Sulawesi

Didominasi oleh penari wanita yang memiliki perwatakan lembut. Iringan kontras menggebu-gebu terutama instrument gendang yang dimainkan oleh seorang penari. Pakaiannya baju kurung dan ikat pinggang keemasan.

 Jawa dan Sunda

Teknik tari Jawa dan Sunda meliputi hal-hal sebagai berikut :

 Semangat bathin yang member kekuatan gerak, daya tahan dan kemantapan ekspresi

 Sadar akan harga diri,yang memancarkan keagungan, kewibawaan, berisi,kepastian,keberhasilan dan kesempurnaan sikap

 Kemanunggalan lahir bathin, pemusatan kendali ekspresi kepribadian yang bulat

 Kukuh tak bergeming dari kemantapan, tak goyah atas segala gangguan

c) Tari Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang telah ada di Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di Indonesia khususnya di yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon, kerajaanbone, Kerajaan Mataram Kuno, dan Kerajaan Klungkung di Bali.

Tari Non Tradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang sudah ada seperti tari tradisional. Tari jenis ini tari pembaruan. Tari nontradisional lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya adalah tari karya Didik nini towok misalnya tari wek-wek, persembahan. Tari karya Bagong Kussudihardjo misalnya tari yapong, wira pertiwi. Karya Wiwik Widyastuti tari cantik, tari karya Abdul rochem tari Gitek balen, tari nandak ganjen karya Entong sukirman dll. d. Fungsi Tari

a) Tari Sebagai Sarana Upacara Ciri – ciri :

1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk persembahan

2. Sebagai sarana memuja dewa (keagamaan) yang berarti bersifat sakral, 3. Bersifat kebersamaan dan diulang-ulang.

Misalnya :

 Upacara maju perang : Mandau (Kalimantan)

 Upacara panen : tari Pakarena (Sulawesi Tenggara) dan tari Manimbon (Toraja)

 Upacara khitanan : tari Sisingaan (Jawa Barat), tari Jaran Buto (Blitar)  Upacara mengusir roh atau mengusir penyakit : tari Sang Hyang (Bali),

tari Mabugi (Toraja)

 Upacara menjemput tamu : tari Reyog Ponorogo, tari Reyog Dodog (Tulungagung), tari Pendet (Bali), tari Cakalele (Maluku)

b) Tari Sebagai Sarana Hiburan Ciri – ciri :

1. Mood yang bergembira ria 2. Unsur gerak sederhana dan bebas 3. Pakaian bebas

4. Mudah melibatkan peserta lainnya 5. Relatif mudah dipelajari

Contoh :

Tayub (Jawa Tengah & Jawa Timur), Ketuk Tilu (Jawa Barat), Gandrung (Banyuwangi), dll

c) Tari Sebagai Sarana Seni Pertunjukan Ciri – ciri :

1. Pola garapannya merupakan penyajian yang khusus untuk dipertunjukkan

2. Adanya faktor imajinatif/kreativitas

3. Adanya Ide yang mengandung dan mengarah pada bentuk pementasan yang professional

4. Lokasi pementasan berada ditempat yang khusus Contoh :

Tari Gambyong (Surakarta), Golek (Yogyakarta), dll e. Beberapa tarian daerah di Nusantara

 Serampang dua belas

Menggunakan irama samba, tempo cepat, teknik tarian ini menunjukkan kelembutan. Yang terasa dalam langkah dan penampakan kaki. Arah geraknya vertikal.

 Jaipongan

Menggunakan irama gendang, pencak sunda. Diperkuat dengan musik tanjidor. Teknik Jaipongan menitik beratkan pada langkah kaki. Gerak

Dalam dokumen MODUL SENI BUDAYA PENGANTAR (Halaman 21-37)

Dokumen terkait